Pdt. Jahenos Saragih, M.Th, M.M. Teolog dari Sinode GKPS dan Ketua Majelis Pertimbangan PGI Wilayah Jawa Barat

47
Pdt. Jahenos Saragih, M.Th., M.M. Teolog yang peduli kerukunan umat beragama.

Narwastu.id-Ketua Majelis Pertimbangan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) Wilayah Jawa Barat yang juga mantan Ketua Umum PGI Wilayah Jawa Barat, Pdt. Jahenos Saragih, M.Th, M.M. pertama kali bertandang ke kantor Majalah NARWASTU pada Kamis sore, 19 Februari 2021silam. Kunjungan itu sebetulnya sudah direncanakan sejak akhir 2020 lalu, namun baru tahun 2021 pendeta senior asal Sinode Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) ini bisa bertamu ke kantor majalah dengan motto “Menyuarakan Kabar Baik” ini.

Pdt. Jahenos Saragih yang dikenal teolog yang produktif menulis, dalam kunjungannya juga membawa buku terbarunya berjudul “Jaminan Kepastian Keselamatan-Tinjauan Etis Teologis Kristiani” ke kantor NARWASTU. Sembari menyeduh kopi dan menikmati roti di kantor majalah kesayangan kita ini, pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat ini menerangkan, peran media Kristiani seperti NARWASTU sangat dibutuhkan di tengah gereja dan masyarakat untuk memberi pencerahan serta memberikan informasi yang mencerdaskan. Sekadar tahu, pendeta yang juga pakar etika Kristen dan manajemen gereja ini adalah tokoh gereja yang sudah lama mengikuti pemberitaan Majalah NARWASTU, apalagi majalah ini banyak beredar di kalangan jemaat GKPS.

Pdt. Jahenos yang pernah jadi dosen STT Abdi Sabda, Medan, pernah pula menjadi Ketua PGI di Lampung serta salah satu Penasihat DPD Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Lampung. Di bukunya berjudul “Jaminan Kepastian Keselamatan” ikut juga Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, M.Th dan Dirjen Bimas Kristen Protestan Kementerian Agama RI, Prof. Thomas Pentury memberi sambutan. “Ini buku yang saya siapkan selama tiga bulan di masa pandemi ini untuk memberi pencerahan iman pada jemaat,” ucap pria kelahiran Pematang Raya, Simalungun, Sumatera Utara, 11 Juli 1957 yang sudah emeritus pada medio 2017 lalu itu.

Pdt. Jahenos yang menyelesaikan studi dari STT HKBP Pematang Siantar, STT Jakarta dan Sekolah Tinggi Manajemen Indonesia (STMI) LPMI Rawamangun, Jakarta Timur, sering juga berbicara di forum-forum diskusi tokoh Kristen dan pemuka agama di Jawa Barat. Saat muncul aksi intoleran di sejumlah gereja di Jawa Barat, seperti di GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, dan pembubaran ibadah Natal 2016 di Bandung, ia pun tegas bicara kepada kepala daerah setempat agar memperhatikan ibadah umat Kristen supaya tidak melanggar HAM. “Kita harus bicara tegas agar apa yang dialami umat kita didengar pemerintah daerah,” ujar Pdt. Jahenos Saragih yang kini didorong sejumlah tokoh gereja di Jawa Barat agar bersedia tampil sebagai calon DPD-RI dari Jawa Barat di Pemilu 2024 mendatang.

“Tapi saya amat terbatas dalam hal keuangan kalau ingin maju jadi calon DPD-RI. Tapi kalau tokoh-tokoh gereja di Jawa Barat dan umat mendukung, saya bisa saja maju. Tapi tetap semuanya kita bawa di dalam doa,” ujar pendeta yang pernah melayani di Tanah Karo, Sumatera Utara, Bandar Lampung, Jakarta dan Bandung ini. Kunjungannya di kantor NARWASTU kala itu diterima Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos dan tim. Di akhir kunjungannya ia pun berdoa bagi tim NARWASTU agar disertai dan diberkati Tuhan di Tahun Baru 2021.

Sekadar tahu, pria asal Batak Simalungun ini pernah dipercaya selama dua periode sebagai anggota Majelis Pusat Sinode GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun). Pdt. Jahenos mengatakan, ia sangat terpanggil untuk ikut di dalam gerakan oikoumene, sehingga di dalam pelayanannya pun ia sering menggaungkan pentingnya kebersamaan dan persatuan gereja-gereja untuk menghadapi tantangan yang tengah terjadi di tengah masyarakat dan bangsa. Dan kalau ada keinginannya untuk maju sebagai calon DPD-RI dari dapil Jawa Barat, FKUB dan Majelis Pertimbangan PGI itu juga bagian dari pelayanannya di tengah masyarakat.

Dalam berbagai kesempatan berdialog dan berdiskusi dengan para pemuka agama di Provinsi Jawa Barat, Pdt. Jahenos Saragih kerap mengingatkan para agamawan tersebut agar mewaspadai bahaya terorisme, radikalisme dan intoleransi. “Dan Kementerian Agama RI mesti memperhatikan itu. Jangan sampai Kementerian Agama RI gagal membina kerukunan beragama. Ada tiga hal yang sering mengganggu kerukunan di negeri kita, yaitu kata kafir, pribumi dan nonpribumi serta istilah mayoritas-minoritas. Dalam berbagai pertemuan tokoh tokoh agama di Jawa Barat, itu sering saya sampaikan. Istilah itu harus kita tinggalkan,” pungkasnya.

Melalui FKUB Jawa Barat yang di dalamnya ada tokoh-tokoh dari berbagai ormas, kata Pdt. Jahenos, ia berupaya agar semua pemuka agama dan ormas-ormas yang ada menjaga kerukunan beragama. Menurutnya, para pendiri bangsa ini sudah berjuang dan berdarah-darah merebut kemerdekaan supaya bangsa ini hidup rukun, damai dan sejahtera. “Dan saya sampaikan itu kepada tokoh-tokoh NU, Muhammadiyah dan MUI yang ada di Jawa Barat. Dan selama ini komunikasi kami amat baik. Saya pun dalam berbagai kesempatan sering menyampaikan supaya potret kerukunan yang ada di Kampung Sawah, Kota Bekasi (Jawa Barat) bisa dijadikan potret kerukunan di Indonesia. Karena di situ ada berdiri gereja Katolik, Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan masjid,” papar Pdt. Jahenos Saragih.

Lalu saat bicara seputar Natal, ujar Pdt. Jahenos, Natal itu sesungguhnya Hari Kelahiran Yesus Kristus yang tak hanya kita rayakan secara seremonial, tapi juga pratikal. Natal adalah bukti kelahiran Yesus, sehingga kita perlu tahu apa yang diharapkan dari yang lahir itu dari kita, yakni mengasihi sesama terutama kaum marginal. Yang lahir itu lahir di kandang domba, itu merupakan simbol kesederhanaan. Sehingga gereja jangan terlalu wah atau membuang-buang anggaran saat merayakan Natal, terlebih saat ini masa pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi. Pohon Natal kala bersinar itu punya makna supaya hidup kita tetap bersinar pada sesama.

Menurutnya lagi, Natal juga Hari Kedatangan Yesus secara historis, dan secara eskatologis menyangkut kedatangan Yesus kedua kali. “Natal adalah peringatan Yesus yang lahir dan hadir di bumi. Dan melalui pandemi ini kita melihat ritual dan seremonial itu tak hanya di gedung dan menghambur-hamburkan dana. Tapi di rumah pun kita bisa merayakan Natal tanpa mengurangi kualitas ibadah. Di Natal ini kita diingatkan supaya jangan mengurangi kepedulian kita kepada sesama,” ucapnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here