Pdt. Mangatur Manurung, M.Th Praeses HKBP yang Khotbahnya Sering Viral di Media Sosial

3755
Pdt. Mangatur Manurung, M.Th. Mendekatkan jemaat lewat khotbah kepada Tuhan.

Narwastu.id – Hamba Tuhan yang satu cukup fenomenal di Sinode HKBP. Pdt. Mangatur Manurung, M.Th, kini dipercaya sebagai Praeses HKBP Distrik XIX Bekasi. Pdt. Manurung menekuni kuliah teologia di STT HKBP Nommensen Pematang Siantar (Sumatera Utara) dan STT Jakarta. Sebelumnya ia pernah dipercaya sebagai Pendeta Resort HKBP Duta Permai Bekasi (2010-2014), Pendeta Resort HKBP Setia Mekar Bekasi (2014-2016), Praeses HKBP Distrik XV Sumbagsel (2016-2018), Praeses HKBP Distrik XXVII Borneo (Kalimantan) dan kini dipercaya sebagai anggota Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi, Jawa Barat. Pria kelahiran Laguboti, Toba, Sumatera Utara, 18 Juli 1970 ini adalah suami tercinta Ellen Ance Lumbanraja, S.Si, dan ayah dua anak, Yosef Aruana Manurung dan Azel Gracio Manurung.

Pdt. Mangatur Manurung dikenal pengkhotbah yang ekspresif dan khotbah-khotbahnya lantang serta digemari banyak warga gereja. Khotbahnya selalu viral di media sosial (Medsos), baik di YouTube, Facebook maupun group WA. Banyak warga gereja menyebut Pdt. Mangatur Manurung yang khotbahnya dilontarkan dengan bahasa populer dan menyentuh hati jemaat bergaya Karismatik. Pdt. Manurung selain giat melayani di HKBP, ia pun aktivis gerakan oikoumene, dan pernah dipercaya sebagai Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Sumatera Selatan, dan pernah juga dipercaya sebagai Ketua Bidang Organisasi PGI Se-Kota Bekasi dan Dewan Penasihat Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Provinsi Kalimantan Timur.

Sebagai Hamba Tuhan, Pdt. Mangatur selama ini mampu menarik perhatian jemaat dengan khotbah-khotbahnya yang bisa mendekatkan jemaat kepada Tuhan. Tak heran, nama Pdt. Mangatur yang kini dijuluki “Pendeta Fenomenal di HKBP” begitu populer. Dari catatan Majalah NARWASTU, mantan Ephorus Sinode GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) Pdt. Dr. Jaharianson Saragih, M.Sc, juga dikenal pendeta beraliran Lutheran yang kerap dijuluki “Pendeta Fenomenal di GKPS.” Pdt. Jaharianson Saragih yang juga cucu pendiri Sinode GKPS Pdt. Jewismar Saragih sering diundang oleh banyak gereja melayani di berbagai kebaktian kebangunan rohani (KKR), dan gaya khotbahnya mirip pendeta Karismatik.

Mengomentari kiprah pelayanan Pdt. Mangatur Manurung selama ini, tokoh gereja beraliran Lutheran di DKI Jakarta, Pdt. Halomoan Simanjuntak, S.Th, yang dulu mantan Sekretaris Umum PGI Wilayah Sumatera Selatan serta mantan anggota Majelis Pusat Sinode HKI dan termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani Inspiratif 2017 Pilihan Majalah NARWASTU” menyebut, “Pdt. Mangatur Manurung itu sahabat saya. Dia gigih melayani dan punya talenta luar biasa. Khotbah-khotbahnya viral di media sosial, karena karunia dari Tuhan itu dia kembangkan terus. Dia pelayan yang setia dan peduli kawan.” Saat bicara di podcast Majalah NARWASTU pada awal November 2022 lalu, dan kala ditanya, bagaimana tanggapan Pimpinan Pusat HKBP tentang khotbah Pdt. Mangatur Manurung yang sering viral di media sosial selama ini, ia dengan bijak menjawab, “Di HKBP tidak ada bersaing-bersaing, kita semua adalah pendeta yang mengembangkan bakat masing-masing. Pimpinan juga pasti melihat itu. Ada pendeta yang pintar nyanyi, ada pendeta juga yang pintar di bidang-bidang lain. Semua bawa bakatnya, bahkan banyak pendeta HKBP yang pintar berkhotbah. Hanya kebetulan saja khotbah saya masuk ke YouTube, lalu bisa banyak orang yang menonton. Artinya bagi Pimpinan HKBP tidak ada masalah.”

Pdt. Manurung menerangkan, ia pernah dulu belajar Ilmu Psikologi mengambil S2, tapi tidak selesai. “Dan ini sebenarnya diawali dari pergumulan pribadi. Saya punya tiga anak, dua anak itu autis. Jadi anak yang pertama sudah dipanggil Tuhan dua tahun lalu, sekarang tinggal yang satu. Jadi menghadapi dua anak autis ini menjadi pergumulan besar, sehingga saya harus bergumul juga sebagai pendeta. Ingin maju, tetapi di sisi lain ini tidak bisa diabaikan. Artinya, di sinilah jawaban spiritual yang luar biasa, ‘Hei, Pak Mangatur, kamu itu pendeta terlebih dahulu, baru ini semua ikut, ada anakmu, ada isterimu dan ada pergumulanmu. Sehingga kau harus motivasi dirimu, jangan kalah dengan ini. Akhirnya dalam doa saya selalu bilang, ‘Tuhan, saya tidak pernah minta anak yang seperti ini, saya tidak pernah minta dari Tuhan. Tapi Tuhan yang memberi, oleh karena itu Tuhan saya harus menangkan ini. Sebenarnya inilah yang memotivasi saya. Jadi berangkat dari motivasi diri sebenarnya. Kalau saya tidak keluar dari pergumulan, ini akan menekan saya. Sekarang anak saya ini harus diurus, karena belum bisa bicara jelas sudah umur 18 tahun. Badan lebih besar dari saya, tetapi saya dan isteri selalu bilang, ini tidak bisa melemahkan kita, kita harus keluar dari sini.”

Katanya lagi, itu sebenarnya yang terus memotivasinya. “Apapun beratnya pergumulan itu kita harus melihat dari sisi Tuhan. Tuhan itu adalah Tuhan yang menyayangi, Tuhan yang memberikan kesempatan untuk berkarya. Inilah usaha saya dalam khotbah-khotbah saya, sehingga unsur motivasinya terlihat, karena saya tidak mau melihat penderitaan itu sebagai hukuman. Tetapi penderitaan itu bagian dari perjalanan kehidupan menuju kesempurnaan iman, dan menunjukkan kualitas sebagai seorang pelayan menghadapi setiap masalah sulit di tengah kehidupan ini. Makanya saya  tidak mau bicara soal itu kalau tidak perlu. Tapi kalau saya anggap itu perlu memotivasi orang. Jadi kalau belajar khusus ilmu retorika tidak ada. Dan ini yang selalu saya yakini, orang yang bisa memotivasi dirinya untuk keluar dari berbagai pergumulan hidup, itulah orang yang bisa memotivasi orang lain juga,” papar Pdt. Manurung kepada Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos.

Pdt. Manurung menambahkan, itulah yang ia tunjukkan di dalam khotbah-khotbahnya. “Saya selalu melihat dari sisi-sisi itu, apapun nats khotbahnya saya selalu akan arahkan. Jemaat sekarang adalah jemaat yang pergumulannya banyak. Mulai dari ekonomi, keluarga, anak-anak, semuanya yang menghimpit. Sehingga bagi saya di gereja khotbah itu harus memotivasi mereka. Pertama, melihat pergumulan itu sebagai bagian perjalanan iman. Itu paketan hidup, artinya ada pergumulan ada sukacita. Ini harus berjalan terus demi kesempurnaan kita. Lalu kedua, dengan pergumulan itu kita mengenal siapa kita dan siapa Tuhan kita. Kita akan tahu dengan pergumulan ini kita pecundang atau pemenang. Saya selalu bilang, kita pemenang. Lalu dengan pergumulan ini kita akan semakin tahu siapa Tuhan kita. Ternyata Tuhan itu Tuhan yang selalu mecintai kita, dan mengasihi kita sekalipun kita berdosa. Inilah semangat luar biasa, makanya bagi saya mengangkat semangat ini menjadikan mereka sebagai pemenang,” pungkasnya.

Pdt. Manurung mengatakan, ia selalu menganalogikan perjuangan hidup ini adalah “ayam petarung.” “Diberi makan dan diberi apapun, tujuannya hanya satu, yaitu menang di dalam perjuangan. Beda dengan ayam potong yang diberi makan sampai kenyang, tapi tiga bulan kemudian harus dipotong. Artinya apapun sumber energi kita hari ini termasuk Firman Tuhan, ini harus menginspirasi kita,” tukasnya. Tentang gerakan oikoumene Pdt. Manurung menerangkan, dulu sebelum Praeses HKBP Bekasi ia dulu Ketua Bidang Organisasi Se-Bekasi. “Sekarang saya tidak aktif PGI di Bekasi. Tetapi kita sering juga berkomunikasi dengan Ketua PGI di Bekasi, karena melalui Ketua PGI Bekasi jadi anggota FKUB di Bekasi. Dulu saya pernah menjadi Ketua Umum PGI Wilayah di Sumatera Selatan. Bagi saya, gereja harus membangun gerakan bersama, gereja tidak boleh berdiri sendiri dan gerakan oikoumene merupakan gerakan bersama untuk memenangkan gereja, memenangkan masyarakat,” terangnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here