Buku “Christ in the Market Place-Menerapkan Karakter Kristus di Dunia Perbankan” Menarik dan Penting Dibaca

291
Dr. Lasmaida Gultom, MBA, D.Min di sebuah acara OJK.

Narwastu.id – Buku karya Dr. Lasmaida Gultom, MBA, D.Min berjudul “Christ in the Market Place-Menerapkan Karakter Kristus di Dunia Perbankan” ini menarik disimak dan penting, baik oleh rohaniwan, akademisi maupun kaum awam. Buku setebal 134 halaman dengan warna sampul biru ini, terdiri dari 7 Bab. Bab pertama “Karakter Kristus“, Bab 2 “Relasi Manusia“, Bab 3 “Perbankan di Indonesia“, Bab 4 “Tata Kelola Perbankan“, Bab 5 “Pentingnya Memiliki Relasi dengan Tuhan dalam Dunia Perbankan“, Bab 6 “Berelasi Intim dengan Tuhan“, Bab 7 “Epilog.” Dalam salah satu Bab di buku ini dipaparkan, apakah karakter itu? Orang sering kali menilai karakter sebagai sesuatu yang tercermin dalam perbuatan seseorang. Ada beberapa definisi tentang karakter. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, dan budi yang terdapat dalam diri seseorang, karakter dapat juga diartikan sebagai akumulasi dari watak, kepribadian serta sifat yang dimiliki seseorang yang terbentuk secara tidak langsung dari proses pembelajaran yang dilaluinya.

Karakter seseorang bukan berasal dari sesuatu bawaan sejak lahir, melainkan lebih kepada bentukan dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, jika seseorang tinggal di lingkungan yang menjunjung tinggi kekeluargaan, kemungkinan besar ia memiliki karakter loyal. Penilaian terhadap seseorang dapat diberikan setelah mengetahui karakternya, misal apakah orang tersebut baik atau tidak. Karena itu, karakter seseorang sering kali diidentikkan sejalan dengan tingkah lakunya. Sebagai contoh, orang yang sopan berbicara, menghargai orang lain, senang menolong akan dinilai memiliki karakter baik atau positif. Sebaliknya, jika ia senang mencela, berbohong, dan selalu berkata tidak sopan, ia akan dinilai memiliki karakter buruk. Dengan kata lain, karakter seseorang tercermin dari perilakunya. Untuk memahami pengertian karakter lebih dalam, berikut ini beberapa deñinisi karakter menurut para ahli.

Pertama, Soemarno Soedarsono. Karakter merupakan suatu nilai yang terpatrí dalam diri seseorang melalui pengalaman, pendidikan, pengorbanan, percobaan, serta pengaruh lingkungan yang dipadupadankan dengan nilai-nilai dalam dirinya dan menjadí nilai intrinsik yang terwujud dalam sistem daya juang yang mendasari sikap, perilaku, dan pemikirannya. Kedua, Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab. Karakter merupakan himpunan pengalaman mengenai pendidikan dan sejarah yang mendorong kemampuan seseorang untuk menjadi alat ukur mewujudkannya. Karakter ini mencakup bentuk pemikiran, perilaku, sikap, dan budi pekerti. Ketiga, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Karakter dapat diistilahkan sebagai sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, akhlak yang dimiliki seseorang yang membedakan seseorang dengan orang lain. Keempat, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2008). Karakter merupakan bawaan dari hati, jiwa, budi pekerti, kepribadian, sifat, tabiat, personalitas, temperamen, dan watak. Berkarakter juga diartikan sebagai kepribadian, bersifat, berperilaku, berwatak, dan bertabiat.

Berdasarkan pengertian karakter di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum karakter merupakan bawaan dari hati, iiwa, budi pekerti, kepribadian, sifat, tabiat, personalitas, temperamen, dan watak sebagai nilai-nilai intrinsik dalam diri seseorang yang dipadupadankan dengan pengalaman dan pendidikan yang menjadi dasar sikap, perilaku, dan pemikiran seseorang. Setiap orang memiliki karakter masing-masing. Karena itu, sejak dini perlu ditanamkan nilai dan moral sosial yang baik agar kelak ia memiliki karakter positif.

Ditulis di buku ini, WJS Poerwadarminta mengatakan karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Dari istilah psikologis, karakter menunjuk kepada sifat khas yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dari individu lainnya. Sedangkan karakter Kristus disebut juga dengan sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang Kristen. Kristen adalah sebutan untuk seseorang yang telah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi dan meneladani hidup serta ajaran-ajaran-Nya dalam kehidupan sehari- hari. Karakter Kristus adalah kualitas rohani yang dimiliki oleh seorang Kristen. Apa itu karakter Kristus? Mengapa karakter Kristus perlu diajarkan? Ada beberapa hal yang terkait perlunya mengajarkan karakter Kristus: (a) Kemerosotan moral.

Kemerosotan moral merupakan penyakit sosial dalam masyarakat. Karena itu, perlu segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pendidikan karakter. (b) Bahaya pluralisme.

Saat ini orang semakin menyadari berbagai aturan moral yang berbeda dari budaya yang berbeda. Hal ini menuntut kemampuan beradaptasi agar seseorang dapat bertahan menghadapi dan menyesuaikan diri dengan keragaman budaya dan aturan moral dimaksud. (c) Semakin sedikit mentor atau orang yang patut diteladani.

Dr. Lasmaida Gultom, MBA, D.Min saat menerima penghargaan dari Penasihat Majalah NARWASTU, Dr. H.P. Panggabean, S.H., M.S. yang juga pemuka masyarakat Batak pada awal Januari 2020 lalu.

Semangat keteladanan semakin pudar akibat berkurangnya model atau mentor. Model atau mentor seperti orang tua, guru, pembina dan pelatih berperan dalam pembentukan karakter seseorang. Sayangnya saat ini, model atau mentor semakin sulit ditemukan. Identitas orang Kristen dikenal melalui dua kualitas transformatif metamorfosis yang dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid Tuhan Yesus kepada dunia ini. Kedua metafora ini dapat juga diartikan sebagai penetrating power of the Gospel yang harus ditunjukkan oleh murid-murid Tuhan Yesus yang telah mengalami transformasi. Implikasi dari kedua metafora ini adalah orang Kristen harus memikul beban moral secara konsisten dan konsekuen. Implikasi lebih jauh, sebagai panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan memberi solusi dalam permasalahan dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.

Karakter Kristus yang kurang baik merupakan salah satu aspek yang merusak kesaksian Kristen. Seperti firman Tuhan berkata jika garam menjadi tawar, maka ia tidak berguna (Matius 5:13), dan jika terang disembunyikan di bawah gantang, maka ia tidak dapat menerangi semua orang (Matius 5:15). Oleh karena itu, Tuhan Yesus Kristus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang balk (kalá erga) dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Kata Yunani “kala erga” atau diterjemahkan “perbuatan baik”, dapat diartikan moral, kualitas dan manfaat sebagai cermin dari kualitas karakter seseorang.

Seseorang dapat dikenali melalui karakter yang khas dalam dirinya. Pembentukan pribadi meliputi kombinasi beberapa faktor yaitu hereditas, lingkungan, dan kebiasaan. (a) Hereditas adalah faktor yang dibawa (diwariskan) dari orang tua melalui proses kelahiran. Faktor hereditas ini seperti keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan spiritual. Faktor keturunan memiliki peran dalam pembentukan karakter seseorang. (b) Lingkungan adalah lingkungan keluarga, lingkungan tradisi, budaya, dan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan mempunyai peran dan pengaruh penting dalam membentuk karakter seseorang (c) Kebiasaan sebagai suatu tindakan atau tingkah laku yang terus menerus dilakukan menjadi suatu keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasaan ini akan turut membentuk karakter  seseorang.

Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum ketiga faktor di atas membentuk karakter seseorang. Namun, ada faktor pembeda antara orang Kristen dan bukan Kristen, yaitu faktor regenerasi atau kelahiran baru. Faktor ini bersifat radikal dan supernatural. Faktor regenerasi ini sangat penting dalam pembentukan karakter Kristus karena tanpa regenerasi ini seseorang akan gagal menyenangkan Allah.

Dr. Lasmaida Gultom, MBA, D.Min Bbersama Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos usai menerima penghargaan sebagai salah satu dari “21 Tokoh Kristiani 2019 Pilihan NARWASTU.

Berelasi Intim dengan Tuhan

Di Bab 6 di buku ini ada juga ditulis kesaksian Lasmaida Gultom yang menarik disimak. Dan inilah penuturannya, seperti yang dimuat di bukunya. Saya lahir pada 10 April 1965 di Desa Maria Hombang, sebuah desa terpencil di Pokan Baru, Kecamatan Huta Bayu Raja, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Saya adalah anak tunggal. Ayah saya almarhum T.A. Gultom, adalah seorang guru SMA. Sedangkan ibu saya bernama Elmina Samosir. Ia seorang guru SD. Ayah kembali ke rumah Bapa di Surga sejak saya berumur 11 tahun. Saat itu, saya masih kelas 5 SD. Untuk urusan spiritual, ibu saya mendidik saya dengan keras.

Sejak umur 4 tahun, saya sudah mengenal Sekolah Minggu. Saya juga dididik untuk tekun berdoa sebelum makan, sebelum dan sesudah tidur. Ibu juga mendidik saya untuk rajin dan bersih dengan urusan beres beres rumah. Untuk urusan sekolah, saya tidak boleh terlambat. Saya juga harus belajar keras supaya mendapat nilai baik ketika ulangan. Tidak boleh menyontek. Orang tua selalu menanamkan kepada saya untuk terus mengandalkan Tuhan dalam setiap hal yang saya lakukan. Meskipun saat itu saya belum begitu paham dengan hal tersebut. Maklum, saya masih kecil.

Masa SD ada tiga hal penting yang ditekankan orangtua saya ketika mendidik saya, yaitu disiplin, jujur, dan suka berdoa. Waktu terus berjalan. Setelah lulus SD, saya melanjutkan ke SMP Negeri 6 di Pematang Siantar. Di sini, saya tinggal bersama keluarga lain. Untunglah, sejak kecil saya sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Jadi ketika tinggal bersama keluarga lain, saya tidak merepotkan mereka. Saya bisa membantu mereka dengan memasak, mencuci piring dan pakaian, menyeterika pakaian, menyapu dan mengepel lantai. Saya juga mulai belajar mengelola keuangan sendiri. Setiap kali mendapat kiriman uang dari ibu, saya mencatatnya. Pun ketika saya membelanjakannya. Hal ini saya lakukan karena saya harus mempertanggungjawabkan uang yang saya terima dari ibu. Nah, pada masa ini, saya belajar tentang tanggung jawab, berbagi dan mengelola keuangan.

Karakter Kristen Mulai Terbentuk (SMA). Setelah lulus SMP, saya melanjutkan ke SMA Budi Mulia di Pematang Siantar. Saya mulai kos karena itu saya bertanggungjawab atas kebersihan kos. Selain belajar dengan rajin di sekolah, saya juga aktif dalam berbagai kegiatan sekolah seperti kegiatan sekolah, olah raga renang dan tolak peluru. Saya juga menjadi anggota tim volly putri SMA Budi Mulia. Meski memiliki banyak kegiatan yang menghabiskan waktu, saya rajin berdoa dan beribadah setiap Hari Minggu. Namun, saya belum membaca firman Tuhan. Mendengar firman pada saat ibadah Minggu saja. Saya juga harus mengelola uang yang diberikan ibu untuk semua kepentingan sekolah, sewa rumah dan kebutuhan makan minum sehari hari dengan melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran sebagaimana telah dilakukan sejak SMP. Pada masa SMA ini, karakter saya mulai terbentuk kuat, yaitu disiplin, jujur, suka berdoa, bertanggungjawab, suka berbagi dengan mentraktir teman dan mampu mengelola uang dengan baik.

Mulai Berkarier di Dunia Perbankan

Setelah lulus SMA pada tahun 1984, saya langsung berangkat ke Jakarta dengan tujuan melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Indonesia. Sayangnya, saya tidak lulus ujian sehingga saya memutuskan untuk kuliah di Universitas Pancasila. Pada Oktober 1984, saya mulai berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila. Saya belum mengikuti kuliah dengan serius karena masih ingin berkuliah di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Indonesia. Hal ini berdampak pada hasil perkuliahan semester 1. Saya hanya mendapatkan IP 2,67. Pada semester 2, seorang senior mengajak saya mengikuti persekutuan doa di kampus. Tata ibadahnya bernyanyi sambil bertepuk tangan dan berdoa hingga menangis. Hal ini asing bagi saya yang terbiasa beribadah yang menjadi jemaat di gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Setelah mengikuti persekutuan tersebut, saya tidak mau lagi mengikuti persekutuan di kampus.

Hingga pada suatu saat di tahun 1985, setelah selesai semester 2 tahun pertama kuliah, dengan kasih dan anugerah Tuhan Yesus, saya dilawat dan dijamah melalui penglihatan. Saya dibangkitkan dari tempat tidur langsung berlutut dan berdoa serta menyaksikan kehidupan saya sejak masa kecil sampai dewasa dalam alam roh. Dalam doa dan penglihatan itu, Tuhan berkata, “Anak-Ku engkau begitu jahat di mata-Ku. Saya merespons suara Tuhan dengan berkata, ‘Jika memang Tuhan ada, bekerja dalam hidupku. Aku mau Tuhan pakai seturut kehendak-Mu.” Selesai berdoa, saya menyadari bahwa baju saya basah dengan air mata. Ternyata saya berdoa selama satu jam dari pukul 00.00 hingga pukul 01.00 dini hari. Setelah lawatan dan jamahan Tuhan itu, roh, hati, jiwa dan pikiran saya rindu untuk bersekutu, berdoa, memuji dan menyembah serta membaca firmanNya.

Selama saya kuliah, banyak hal yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan saya. Tuhan membentuk karakter hidup rendah hati, hidup kudus dengan fokus kepada Tuhan Yesus, berani menyaksikan Tuhan Yesus, berdisiplin dan berkomitmen. Sebagai contoh: Setiap ujian, saya selalu memulai dan mengakhirnya dengan doa. Pada masa kuliah ini, saya juga menjadi koordinator persekutuan Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila mulai semester 3 hingga semester 8. Saya juga bertugas sebagai song leader, berbagi firman Tuhan, doa puasa untuk rumah tangga yang bermasalah termasuk pelayanan orang-orang yang kerasukan roh-roh jahat. Saya membangun hubungan yang intim dengan Tuhan dengan bersaat teduh. Berdoa dan membaca firman Tuhan setiap pagi dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti belajar sungguh-sungguh, disiplin, jujur, suka berdoa, bertanggung jawab baik di rumah maupun di kampus, suka berbagi dan mampu mengelola uang dengan baik serta berupaya menjadi contoh dan teladan sebagai wujud pelayanan bagi sesama dan Tuhan sehingga Tuhan Yesus tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Masa Bekerja. Saya mulai membangun persekutuan dengan Tuhan secara pribadi bersama komunitas Kristus di kantor dan di luar kantor. Saya mulai bekerja di PT. Taspen (Persero) pada tahun 1990 sebagai staf di Bagian Anggaran selama kurang lebih 1 tahun. Saat saya memulai bekerja di Taspen, belum ada persekutuan pegawai Kristen. Kemudian saya bersama beberapa teman Kristiani membentuk persekutuani setiap Hari Jumat. Hal ini sebagai jawaban doa saya saat masih kuliah. Saya merindukan Tuhan Yesus menempatkan saya bekerja di perusahaan yang mengizinkan ibadah persekutuan dilakukan. Akhir tahun 1990, saya bekerja di Bank Indonesia sebagai staf pemeriksa bank pemerintah (saat ini disebut bank BUMN). Bertugas sebagai pemeriksa bank memiliki tantangan yang sangat berat khususnya terkait kejujuran atau integritas. Pada tahun 1990 masih sangat rawan pemeriksa atau pengawas bank mendapatkan suap dari bank yang diperiksa/diawasi. Saya sangat bersyukur atas kebaikan Tuhan Yesus dan dengan pimpinan Roh Kudus, saya mampu tidak menerima suap dan menyadari bahwa menerima suap adalah dosa.

Firman Tuhan dalam Keluaran 23:8 berkata, “Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang benar.” Dalam persekutuan Kristen di Bank Indonesia, saya aktif sebagai song leader. Saat itu, banyak perkara dan tantangan yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan saya sebagai pegawai di Bank Indonesia. Salah satunya, adanya surat kaleng yang meragukan integritas saya. Saya dituduh menerima pemberian dari pihak ketiga yang dikirimkan kepada pimpinan bahkan sampai Gubernur Bank Indonesia yang dilakukan oleh anggola tim (anak buah) saya. Surat kaleng tersebut dimaksudkan supaya saya tidak mendapat promosi untuk jabatan berikutnya. Ajaib dan dahsyat, kuasa Tuhan Yesus membuktikan bahwa tuduhan itu tidak benar, saya dinyatakan tidak terbukti bersalah melalui pembelaan empat pimpinan tinggi di BI yang tidak seiman. Sampai akhirnya, saya dipromosikan oleh Tuhan Yesus ke level jabatan lebih tinggi melalui pimpinan yang dimaksud.

Sejak 2013 sampai dengan saat ini, saya bekerja di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang bertugas mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan (SJK) di Indonesia. Saya menjabat Analis Eksekutif Senior (AES) di Departemen Pengendalian Kualitas Pengawasan Bank. Sebelumnya saya bertugas mengkoordinasi pelaksanaan literasi dan edukasi keuangan kepada masyarakat Indonesia. Tugas selanjutnya melakukan pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) internal OJK dan SJK sebelum menjadi AES. Banyak kesempatan yang Tuhan Yesus berikan untuk melanjutkan studi program master luar negeri, doktor di dalam negeri dan short course, seminar, konferensi baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta promosi jabatan termasuk ujian dan tantangan dalam pelaksanaan tugas di OJK.

Saya banyak melibatkan diri dalam komunitas Kristen dan umum di kantor dan di luar kantor seperti komunitas alumni SMA, Universitas, S2, S3, satu angkatan masuk kerja di BI serta keluarga dan di lingkungan tempat tinggal.

Umumnya tugas dan peran saya sebagai bendahara. Saya sangat menyadari bahwa Tuhan Yesus memberikan tugas ini supaya saya mampu menjadi bendahara yang dipercaya oleh sesama termasuk menjadi bendahara Tuhan. Hal ini untuk menyaksikan bahwa anak-anak Tuhan yang hidup melekat erat dengan Tuhan memiliki integritas, komitmen, dan konsistensi yang kuat. Saya sangat menyadari bahwa semua yang dapat saya capai itu karena kasih dan anugerah Tuhan Yesus. Di samping itu, saya juga dimampukan tetap berelasi intim dengan Tuhan dengan bersaat teduh (berdoa dan membaca firman Tuhan setiap pagi) dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti belajar sungguh-sungguh, disiplin, jujur, suka berdoa, bertanggung jawab baik di rumah maupun di kantor, suka berbagi, mengelola uang bagi kemuliaan nama Tuhan, taat dan setia serta senantiasa berupaya menjadi contoh dan teladan sebagai wujud pelayanan bagi sesama dan Tuhan sehingga Tuhan Yesus tampak dalam setiap aspek kehidupan.

Terbentuknya Karakter Baru. Karakter baru saya terbentuk melalui pengalaman hidup semasa studi, bekerja, dan melayani Tuhan sampai dengan saat ini, yaitu: disiplin, jujur atau memiliki integritas atau walk the talk, kudus, bertanggung jawab, berkomitmen, konsisten, memberi contoh dan teladan, suka berbagi atau murah hati, rendah hati, kasih dan pemaaf, suka berdoa, memuji, menyembah dan membaca firman Tuhan, sukacita, tenang, damai sejahtera taat dan setia, sabar, tekun dan penguasaan diri. KL

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here