Narwastu.id – Pada 22 sampai 24 Maret 2019 lalu, Perhimpunan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) yang dipimpin Dr. Yusak Tanasyah (Beritabaik.com)-Betty Bahagianty, S.Sos (Majalah NARWASTU) mengadakan Munas VI. Acara dibuka di Rehoboth Hall, Kelapa Gading, Jakarta Utara, dan persidangan diadakan di Villa Pondok REM Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan Ketua dan Sekretaris Panitia Munas VI dipercayakan kepada Stevano Margianto (Tabloid Victorious) dan Agus Panjaitan (Majalah Spektrum).
Acara pembukaan diawali ibadah dengan pengkhotbah Pdt. DR. (HC) Mulyadi Sulaeman (PGPI). Pembukaan Munas VI ini dihadiri sejumlah pimpinan gereja aras nasional, profesional, tokoh-tokoh Kristiani, pimpinan ormas, pimpinan media Kristiani dan kaum jurnalis. Serta dihadiri Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Rosarita Niken Widiastuti, M.Si sebagai keynote speaker mewakili Menteri Kominfo RI, Rudyantara.
Dalam acara ibadah pembukaan, Pdt. Mulyadi Sulaeman dalam khotbahnya mengatakan, wartawan itu harus membawa kabar baik ke manapun dia pergi. Seperti tema Munas VI “Pergilah Memberitakan Kabar Baik” (Matius 16:20), katanya, wartawan itu sesungguhnya seperti pengintai yang pernah ditugaskan Musa. Dan pengintai itu melaporkan fakta-fakta yang ada. Namun ada 10 pengintai itu yang membuat laporan negative, yang menakutkan. Sedangkan dua pengintai lainnya, Josua dan Kaleb menyampaikan berita yang baik dan optimis. Padahal Tuhan mengajarkan kita agar percaya pada janji-janjiNya dan selalu optimis memberitakan kabar baik, karena Tuhan akan selalu menyertai kita.
“Dalam hidup ini wartawan sesungguhnya bertugas menuliskan kata-kata yang positif dan penuh hikmat. Banyak kesulitan akan terjadi di dalam kehidupan ini, namun kita harus tetap percaya pada hala-hal yang positif atau janji-janji Tuhan. Allah sudah berjanji kepada umatNya bahwa dia akan senantiasa memelihara dan menyertai umatNya. Persoalan di dalam keluarga, gereja dan masyarakat pasti selalu ada. Namun kita harus percaya pada pemeliharaan dan janji-janji Tuhan. Di Pemilu 2019 ini pun kita harapkan agar wartawan memberitakan berita-berita yang positif dan optimis kepada masyarakat, termasuk wartawan Kristen yang tergabung di PERWAMKI. Dan jangan muncul berita hoax,” ujar Pdt. Mulyadi Sulaeman
Sedangkan Rosarita Niken Widiastuti yang bicara mengenai topik “Menjalankan Fungsi Pers di Tahun Politik” menuturkan, pilar demokrasi itu adalah, eksekutif, legislatif, yudikatif, pers dan media sosial (Medsos). Dan Rosarita khawatir dengan informasi yang saat ini banyak beredar di medsos begitu bebas tanpa cek dan ricek. Beda dengan media massa, yang melalui sensor atau cek dan ricek sebelum diberitakan ke publik. “Sehingga PERWAMKI perlu ikut membantu Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk mengajarkan masyarakat agar beretika dalam memanfaatkan medsos. Karena sekarang banyak berita hoax yang merugikan kita, dan cenderung menimbulkan kebencian dan kemarahan. Dan wartawan di PERWAMKI mesti memberitakan kedamaian dan persatuan di tengah masyarakat,” pungkasnya.
Menurut Rosarita Niken Widiastuti, saat ini di Indonesia ada 143 juta pengguna internet, dan banyak kaum milenial. Dan Indonesia adalah negara ke-4 paling aktif dan “cerewet” dalam menggunakan internet atau media sosial (Medsos). Terkait dengan peran media massa dan wartawan di negeri ini, apalagi dalam menyambut Pemilu 2019, ia mengajak wartawan agar ikut menggugah masyarakat agar jangan Golput, tapi ikut memilih wakil-wakil rakyat dan presiden-wakil presiden untuk memimpin dalam lima tahun ke depan. Dan harus diberitakan berita-berita yang mengarah pada kerukunan dan persatuan.
Dalam acara ini, usai bersantap siang diadakan pula diskusi dengan topik “Menjalankan Fungsi Pers di Tahun Politik 2019.” Diskusi ini diadakan untuk membuka wawasan peserta diskusi, serta untuk mengetahui pokok-pokok pikiran caleg yang kala itu diundang berbicara. Moderator diskusi adalah mantan Ketua Umum PERWAMKI, Emanuel Dapaloka. Sedangkan pembicara dalam diskusi ini, Mangasi Sihombing (Caleg DPR-RI dari PSI), Susanna Sarumaha (Caleg DPD-RI DKI Jakarta) dan Sony Kusumo (Caleg DPR-RI dari PDIP).
Setelah acara diskusi, peserta naik menuju Villa Pondok REM Gunung Salak, Bogor. Perjalanan ditempuh dari Jakarta sekitar dua jaman oleh peserta munas. Esoknya pada Sabtu, 23 Maret 2019 setelah dibuka dengan kebaktian, lalu pengurus lama PERWAMKI, Yusak Tanasyah dan Betty Bahagianty menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Kemudian setelah laporan pertanggungjawaban diterima dengan baik oleh peserta munas dari berbagai media Kristiani, selanjutnya dipilih pimpinan sidang untuk memilih pengurus baru (ketua umum dan sekretaris umum). Pimpinan sidang dipercayakan kepada Emanuel Dapaloka dan Deddy Tambunan. Dalam pemilihan ketua umum dan sekretaris umum, akhirnya terpilih duet pimpinan PERWAMKI, yakni Stevano Margianto dan Agus Panjaitan.
Salah satu pendiri PERWAMKI, Jonro I. Munthe, S.Sos (Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU) menilai, pasangan Margianto-Agus cukup bagus untuk memimpin PERWAMKI ke depan. Apalagi keduanya selama ini bekerja keras dalam mengadakan acara Munas VI. “Dan saya juga sudah lama mengenal Margianto. Dia salah satu pendiri PERWAMKI, dan dia mantan Sekretaris Umum PERWAMKI di era Emanuel Dapaloka. Sehingga sangat pahamlah dengan PERWAMKI,” ujar Jonro Munthe. PERWAMKI sendiri mulai digagas pada September 2003 lalu (16 tahun lalu) di kantor Tabloid Victorious, dan salah satu pendirinya Suratinoyo, selain Margianto, Jonro I. Munthe, Celestino Reda, Rionaldo Nainggolan dan Dian Kristine. Dan sejarahnya pemilihan pengurus dan penetapan nama PERWAMKI pada awalnya, diadakan pada Oktober 2003 di kantor Majalah NARWASTU.
Dalam acara sidang komisi di munas ini, ada banyak hal dibicarakan terkait dengan program PERWAMKI dan rencana pengurus baru ke depan. Misalnya, akan direkrut sejumlah penasihat baru untuk memberi “energi” baru bagi PERWAMKI. Selain itu, tentang keanggotaan akan didata ulang serta dilakukan konsolidasi untuk pengurus di daerah, yang sudah ada di sejumlah provinsi. Dan ada pula rencana PERWAMKI untuk membuat sebuah badan usaha guna mendapatkan dana untuk membantu kegiatan PERWAMKI. Juga ada rencana PERWAMKI untuk membuat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang nantinya akan dibicarakan dengan sejumlah penasihat.
Selain itu, dalam persidangan komisi ditetapkan pula 7 figur untuk duduk di posisi Dewan Pembina PERWAMKI. Mereka ada lima orang mantan Ketua Umum PERWAMKI, yakni Novi Suratinoyo, Emanuel Dapaloka, Robby Repi, Markus Saragih dan Yusak Tanasyah. Dan dua orang lagi, yang ikut mendirikan PERWAMKI dan aktif, dan ini diusulkan Ketua Umum PERWAMKI terpilih, Margianto, yakni, Jonro I. Munthe dan Celestino Reda. “Dewan Pembina PERWAMKI ini adalah orang-orang yang saya anggap berjasa untuk PERWAMKI, dan mereka tak bisa dilepaskan dari sejarah terbentuknya PERWAMKI. Dan mereka akan kita ajak berbicara untuk membuat program-program ke depan,” ujar Margianto.
Pada Minggu 24 Maret 2019 di hari terakhir, Pdt. Yesaya Suharsono dari Pelmas PGLII yang diundang untuk menyampaikan firman Tuhan, juga mendoakan secara khusus Ketua Umum dan Sekretaris Umum PERWAMKI terpilih agar selalu disertai Tuhan di dalam menjalankan tugasnya. “Profesi wartawan seperti yang diemban orang-orang di PERWAMKI ini sesungguhnya luar biasa. Dengan kartu persnya wartawan bisa menerobos ke berbagai kalangan di masyarakat. Sehingga dengan profesi wartawan kita harus memberitakan kabar baik itu. Kita harus keluar dari zona nyaman untuk memberitakan kabar baik,” papar mantan bankir dan pengusaha ini.
Menurut Pdt. Yesaya, Tuhan sudah memberikan kuasa dari surga untuk kita mengabarkan kabar baik. Dan Tuhan inginkan kita melakukan terobosan di tengah bangsa ini supaya bangsa ini damai, rukun dan menghargai Pancasila sebagai ideologi bangsa. “Tuhan sudah memberikan perintah kepada kita agar kita pergi. Dan saat pergi kita harus berani. Dan Tuhan pasti menyertai kita saat melakukan tugas-tugas. Wartawan itu saya katakan hebat, karena risiko-risiko yang dihadapi di masyarakat ada, namun ia tetap punya pengaruh di tengah masyarakat. Allah Bapa mengaruniakan AnakNya yang Tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus supaya kita senantiasa disertaiNya. Kalau Tuhan sudah menyelamatkan kita, maka kita pun harus memberitakan kabar baik itu,” pungkasnya.
Menurut Pdt. Yesaya, wartawan itu sesungguhnya mengajar ketika memberitakan kabar baik. Wartawan pun mengarahkan orang yang tidak mengerti agar mengerti tentang sesuatu. “Wartawan berperan penting di tengah bangsa ini. Apa yang ada pada diri kita, mari berikan untuk melakukan hal-hal yang baik. Tuhan yang berkuasa di dalam hidup ini, sehingga kita harus semakin dekat kepada Tuhan. Orang yang dekat kepada Tuhan pasti dipelihara hidupnya. Namun saat kita sudah dekat kepada Tuhan, kita harus tunduk kepada Firman Tuhan dan jangan merasa paling benar. Kalau profesi wartawan sudah panggilan dari Tuhan, maka percayalah, kita pasti dipeliharaNya,” paparnya. LJ