Belajar dari Kisah Ken Arok dan Ken Dedes

* Oleh: Serepina Tiur Maida, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom.

116

Narwastu.id – Masih ingat cerita rakyat yang legendaris Ken Arok dan Ken Dedes? Jika kita hidup di masa itu, pasti yang terbayang adalah betapa berliku perjuangan cinta, sakit hati, dendam dan ambisi yang dialami oleh kedua tokoh itu. Diceritakan bahwa Ken Dedes berasal dari Desa Panawijil dan merupakan putri seorang Brahmana atau pendeta bernama Mpu Purwa. Hubungan antara Mpu Purwa dan Ken Dedes sangat dekat dan harmonis. Kedekatan mereka begitu erat, sehingga banyak Brahmana merasa tersentuh melihat hubungan tersebut. Ken Dedes dikenal sebagai wanita yang sangat cantik bak bidadari serta berasal dari kasta Brahmana, kasta tertinggi dalam agama Hindu. Dan itu yang membuatnya semakin terpandang, dan konon Ken Dedes adalah titisan dewa.

Tokoh wanita terkenal dan jelita dalam sejarah Jawa itu, digambarkan sebagai permaisuri penguasa. Awalnya ia dikawini Tunggul Ametung, kemudian lewat sebuah skenario licik dan berdarah, ia dikawini Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, serta leluhur Wangsa Rajasa yang kelak berkuasa di Singasari dan Majapahit. Saat Ken Dedes masih jadi istri Tunggul Ametung sesungguhnya ia sudah diam-diam jatuh hati dan menjalin hubungan gelap dengan Ken Arok. Dan ia sejatinya tidak mencintai Tunggul Ametung yang mengawininya secara paksa.

Kecantikan Ken Dedes begitu tersohor hingga ke pelosok negeri, termasuk ke wilayah Tunggul Ametung. Karena pesonanya, ia kemudian diperistri secara paksa oleh Tunggul Ametung yang terkenal di sangat kejam. Setelah pernikahan mereka, Tunggul Ametung memiliki seorang pengawal bernama Ken Arok, yang mulanya merupakan seorang rakyat biasa yang mengabdi pada sang raja. Sosok Ken Arok dikenal pemberani, ambisius, dan memiliki kecerdikan dalam menyusun strategi untuk mendirikan Kerajaan Singasari. Sementara itu, Ken Dedes digambarkan sebagai wanita yang cantik, anggun, dan memainkan peran penting dalam kehidupan Ken Arok di saat menjadi raja.

Di balik kisah itu, tersirat makna dendam dan kekecewaan serta ambisinya memiliki Ken Dedes yang sangat dipujanya. Karena Ken Arok yakin siapapun yang berhasil mengawini Ken Dedes dipastikan akan menjadi penguasa melahirkan keturunan raja-raja. Pasalnya, Ken Dedes bukan wanita sembarang. Makanya, salah satu motif awal Ken Arok adalah menumbangkan kekuasaan Tunggul Ametung agar dia bisa jadi raja dan memiliki Ken Dedes. Pergolakan yang dilakukan Ken Arok terhadap Tunggul Ametung menjadi salah satu contoh awal perebutan kekuasaan dalam sejarah raja-raja Jawa di Tanah Air. Ken Arok kemudian berhasil memiliki Ken Dedes, yang kemudian menjadi ratu pertama Kerajaan Singasari, setelah ia menghabisi Tunggul Ametung menggunakan keris yang dibuat oleh Mpu Gandring, seorang pandai besi terkenal.

Sebelum membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok terlebih dahulu menusuk Mpu Gandring hingga tewas. Ken Dedes yang menyaksikan langsung pembunuhan suaminya, dan menjadi bagian dari ambisi Ken Arok sebetulnya memperlihatkan aspek lain, yaitu bagaimana perempuan kerap menjadi korban dalam konflik perebutan kekuasaan. Ken Arok, yang berjuang keras untuk meraih kekuasaan dan menikahi Ken Dedes, akhirnya tumbang akibat balas dendam Anusapati anak dari Tunggul Ametung. Hal ini menegaskan bahwa ambisi yang berlebihan serta tindakan yang tidak adil dapat berujung pada kehancuran diri sendiri. Pembunuhan Ken Arok oleh Anusapati dapat dipandang sebagai wujud keadilan, di mana pelaku kejahatan akhirnya menerima ganjaran atas perbuatannya. Hal ini menegaskan, meskipun keadilan bisa datang terlambat, pada akhirnya tetap akan ditegakkan.

Pesan dari cerita Ken Arok dan Ken Dedes ini, jadilah manusia atau umat pilihan Tuhan yang jauh dari segala sakit hati, dendam, ambisi, kekuasaan dan cinta terlarang. Karena semua itu akan membuat kita terjerumus ke jurang kehancuran dan justru akan merugikan kita sendiri. Pribadi yang licik seperti itu tidak akan berkembang sampai kapanpun. Karena manusia pada dasarnya adalah manusia yang memiliki akal budi yang sehat, yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Semestinya kita pelihara dengan baik akal dan budi itu. Jadilah terang dan garam buat dunia.

* Penulis adalah praktisi komunikasi. Selain itu, praktisi pendidikan dan media serta pemerhati lingkungan, sosial dan kemasyarakatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here