Pdt. Richard Manawan Melayani di Daerah Terpencil di Kalimantan Barat

27
Pdt. Richard Manawan. Setia melayani di daerah pedalaman Kalimantan.

Narwastu.id-Bagi seorang hamba Tuhan, melayani di daerah terpencil, dan jauh dari perkotaan tentu bukan perkara gampang. Pdt. Richard Manawan adalah pendeta yang tergolong langka, dan gigih melayani di daerah terpencil. Ia sempat mangkir dari panggilan Tuhan untuk melayani. Hingga ia memutuskan untuk taat kepadaNya. Kendati demikian, tak berarti ia lepas dari kesulitan, namun di situlah Pdt. Richard mengalami penyertaan Tuhan yang luar biasa. Sekarang ia melayani di GBI (Gereja Bethel Indonesia) Balai Berkuak, Balai Pinang, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Lokasi pelayanan Pdt. Richard Manawan itu belum tersentuh oleh jaringan listrik, sinyal telepon atau internet, bahkan prasarana jalan buruk. Dan masyarakat setempat sama sekali belum mengenal baca tulis, termasuk fasilitas kesehatan belum memadai. Melihat kondisi tersebut pendeta yang memiliki tiga putri ini pun membuka tempat untuk menampung anak-anak dari pedalaman yang notabene kesulitan ekonomi, seperti yatim piatu. Menurutnya, saat pertama kali masuk daerah itu, sebetulnya ia hanya memantau. Namun, di situ ternyata masyarakat sangat membutuhkan pelayanan gereja. “Saya mengambil keputusan untuk tinggal, sebab gerakan Tuhan untuk menolong mereka itu terlalu tinggi. Saya pikir itu belas kasihan Tuhan, dan itu menjadi panggilan saya untuk ada di sini,” jelas Pdt. Richard di awal percakapannya dengan Majalah NARWASTU. Pdt. Richard sempat undur dari panggilannya itu walaupun ia akhirnya kembali untuk melayani Tuhan. Pendeta lulusan STT Petamburan, Jakarta, ini pun terus bergerak guna menjangkau masyarakat tertinggal melalui berbagai kegiatan sosial. Mulai dari membagi-bagikan baju layak pakai serta mengajar membaca dan menulis, terutama untuk para orangtua. Pelayanannya kian hari semakin berkembang, sehingga ia mampu membuka beberapa gereja yang kini tercatat ada 18 gereja.

“Semua ini agar lebih berdampak ke masyarakat, khususnya masyarakat Dayak. Sebelumnya kami bekerjasama dengan gereja lain, tapi kesulitan dalam mengirim misionaris, mengingat kehidupan di sini cukup sulit,” terangnya. Untuk menanggulangi hal itu, pria kelahiran Manado ini pun membuat sebuah sistem yang menjadi sentral pelayanan di kecamatan. Hal itu bertujuan apabila ada hamba Tuhan yang menggembalakan di pedalaman, dan merasa tidak mampu berada di dalam bisa kembali ke base yang telah disediakan. Selain itu, diberlakukan sistem rolling agar mereka nyaman dan terhindar dari rasa jenuh di satu tempat. Selain itu, diadakan perawatan misionaris dengan mengunjungi mereka secara rutin.

Menurutnya, di kawasan Ketapang dan Sanggau, Kalimantan Barat, banyak pendeta yang melayani, tetapi mereka tidak punya generasi yang akan melanjutkan. “Padahal banyak gereja, namun tidak ada pelayannya. Jadi kami mencover beberapa tempat dengan mengunjungi mereka secara rutin. Mereka sampai meneteskan air mata. Karena sudah bertahun-tahun di sana, tidak ada yang mengunjungi mereka,” tutur Pdt. Richard. Selama 7 tahun perintisan pelayanan di sana terdapat 86 orang yang terdiri dari anak asrama berikut kakak pembina. Karena minimnya sarana dan prasarana serta medan yang sulit, maka anak-anak difokuskan untuk menempuh pendidikan di sekolah negeri di kecamatan. Pdt. Richard menuturkan, ia memiliki tujuan agar putra putri daerah di sana bisa mengembangkan daerahnya sekaligus menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Di tempat itulah, katanya, akan ada misionaris-misionaris untuk bisa memenangkan daerah-daerah yang lebih dalam lagi. Berbagai kendala sudah dihadapi oleh pendeta yang pernah bersekolah di STPB ini. Maklumlah, lokasi pelayanannya itu wilayah yang cukup kuat dengan okultisme. ”Saya sering berhadapan dengan dukun-dukun, dan yang paling kuat tantangannya itu. Karena berhadapan dengan orang-orang yang belum percaya Tuhan,” ungkapnya. Kendati demikian, tanpa ingin mengecilkan kondisi yang ada, bagi Pdt. Richard, justru tantangan dalam perintisan pelayanannya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, baik secara rohani dan jasmani. Ia mengatakan, masyarakat di sana mencari makan hanya untuk hari ini, dengan mencarinya di hutan. Mereka sama sekali tidak memikirkan untuk menyolahkan anak, menabung dan sebagainya.

Meskipun menghadapi situasi yang sulit saat melayani, Pdt. Richard justru sering merasakan mukjizat Tuhan. Pernah ia diserang kuasa atau roh-roh jahat, dan ia nyaris celaka. Namun Pdt. Richard merasa tangan Tuhan menolongnya, sehingga ia tidak celaka. Kesaksian lainnya adalah situasi yang selalu dialaminya dalam pemenuhan kebutuhan di dalam pelayanan, seperti harus memberi makan ratusan orang termasuk orang yang sakit kusta. “Tuhan selalu mencukupkan di tengah-tengah ketidakmampuan kami. Nah, ini yang selalu kami alami dan saya merasa bahwa melayani di tengah ketidakmampuan di situlah Tuhan menolong kita,” terangnya.

Dari pelayanan yang berat itu, Pdt. Richard senantiasa berharap agar pemberitaan Injil bisa terus dilakukan di daerah tersebut. Dia ingin agar orang-orang di sana bisa melayani dan mengembangkan daerahnya sendiri. “Kami akan menjangkau wilayah ini maupun tempat lain, yakni perbatasan Ketapang dengan Kalimantan Tengah. Tidak menutup kemungkinan juga akan masuk ke Papua,” paparnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here