Narwastu.id – Sangat tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan berjumpa, berdialog singkat, mempersembahkan Alkitab dan sebuah buku, serta mendapat berkat dari Bapa Suci Paus Fransiscus atau Sri Paus saat beliau berkunjung ke Jakarta pada 3 sampai 6 September 2024. Begitupun yang dialami LAI (Lembaga Alkitab Indonesia). Sungguh hanya karena kebaikan dan kemurahan Tuhan, sesudah berusaha melalui berbagai jalur, akhirnya kepastian untuk dapat berjumpa itu datang di hari-hari terakhir, hanya dua hari menjelang beliau meninggalkan Indonesia.
Sejak akhir 2023 dimana ada kabar pasti bahwa Sri Paus akan datang ke Indonesia, LAI sudah menanyakan secara informal ke beberapa mitra dari gereja Katolik di Jakarta, tentang kemungkinan LAI ikut serta menyambut kedatangan beliau. Pada bulan Mei 2024 LAI dianjurkan untuk menanyakan kepada beberapa pastur yang masuk menjadi panitia penyambutan kedatangan Sri Paus. Dari hasil mengontak panitia, LAI diminta menulis surat resmi kepada Ketua Panitia penyambutan, yaitu Bapak Ignatius Jonan. Setelah surat ditulis dan dikirimkan, melalui jawaban lisan dari anggota panitia, disampaikan bahwa semua acara ditangani oleh pihak Istana Negara karena beliau adalah tamu negara. Artinya LAI tidak masuk dalam daftar.
LAI tidak putus asa dan mencoba mengontak beberapa otoritas lain di lingkungan gereja Katolik Jakarta, namun hasilnya juga nihil. Sampai akhirnya pada seminggu menjelang ketibaan rombongan Vatikan di Jakarta, LAI mendapat tawaran bantuan untuk dapat mengontak langsung pihak Vatikan dari Dr. Alexander M. Schweitzer, Executive Director Global Ministry, dan Global Mission Team dari United Bible Societies, dimana LAI menjadi anggotanya. Dr. Alexander tidak menjanjikan bahwa usaha ini akan berhasil, mengingat waktu yang sangat pendek.
Melalui email 27 Agustus 2024 LAI mengirimkan permohonan resmi kepada Dr. Alexander untuk mendapat bantuan agar ada kesempatan bagi LAI untuk menyambut dan berjumpa dengan Sri Paus di Jakarta. Pada 3 September 2024 pagi, sekali lagi atas bantuan Dr. Alexander, LAI mendapat jawaban positif dari Vatikan bahwa satu orang dari LAI diberi kesempatan berjumpa Sri Paus pada Jumat pagi, 6 September 2024 pukul 08.15 WIB dan diminta segera mengirimkan foto paspor.
Pagi itu juga sambil mengirim foto paspor, saya meminta tambahan satu orang untuk bersama-sama menghadap Sri Paus. Satu jam kemudian LAI mendapat jawaban untuk segera mengirim satu foto paspor lagi dan dengan menyebutkan jabatan di LAI. Sungguh sangat sukacita dan bersyukur pada hari kamis, 4 September 2024 siang LAI mendapatkan kepastian bahwa Ketum dan Sekum LAI diberi kesempatan untuk berjumpa Sri Paus di Kedutaan Besar Tahta Suci Vatikan di Jakata pada Jumat 6 September 2024 pukul 08.15 WIB. Sebelum beliau bertolak ke bandara untuk melanjutkan kunjungan ke Papua New Guniea.
Bagi LAI, perjumpaan ini sangat penting untuk memperkuat simbol gerakan oikoumene di Indonesia. Kami berdua membawa Alkitab (Kitab Suci) Deuterokanonika ukuran mimbar dengan sampul warna merah dan buku Identity:Identified berbahasa Indonesia. Kedua persembahan ini merupakan karya bersama antara LAI dengan gereja Katolik di Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia (LBI).
Pada Jumat, 6 September 2024 pagi sesudah melalui prosedur keamanan, mengantri di depan Gedung Kedutaan Besar Tahta Suci Vatikan, kemudian berpindah antri di lobby Gedung Kedutaan, akhirnya tepat pukul 9.45 WIB saat yang dinantikan tiba. Sesudah Sri Paus melewati dan bersalaman dengan sekitar 10 orang di depan antrian kami, akhirnya kami berdua berjumpa langsung dengan Sri Paus.
Sambil sedikit membungkuk, Ibu Pdt. Dr. Henreitte T.H. Lebang (Ketum LAI) mempresentasikan Kitab Suci Deuterokanonika yang merupakan Alkitab oikoumene pertama di dunia. Terjemahannya merupakan karya bersama gereja Protestan dan Katolik dalam semangat oikoumene. Kitab Suci ini menjadi bukti bahwa kebersamaan di antara gereja-gereja di Indonesia sangat nyata dengan penggunaan terjemahan Kitab Suci yang sama. Sri Paus tampak atentif mendengarkan penjelasan singkat Ibu Ketum LAI, sambil mengelus-elus Kitab Suci Deuterokanonika.
Dengan sukacita saya lalu melanjutkan dengan presentasi buku Identity:Identified yang versi Bahasa Inggrisnya sudah Sri Paus terima pada Februari tahun 2023 di Vatikan. Buku ini adalah Kitab Perjanjian Baru disertai 25 artikel yang mengangkat pergumulan kaum muda. Buku adaptasi dari versi Bahasa Inggris yang disertai video, website dan apps ini bertujuan menjangkau anak muda Katolik di Indonesia. Sri Paus menerima buku tersebut sambil melihat beberapa halaman tanda atensi beliau. Beliau tampak senang dan mengucapkan terima kasih.
Tugas saya belum selesai, karena sehari sebelum perjumpaan dengan Sri Paus saya dititipi mantu perempuan saya yang penganut Katolik, selembar foto bersama suaminya yang adalah anak laki-laki pertama saya. Dibalik foto mereka yang berukuran kartu pos, ditulis permohonan berkat atas mereka berdua agar penantian mereka untuk mendapatkan anak bisa segera terwujud. Saya menyampaikan langsung kepada Sri Paus, beliau lalu melihat foto tersebut, membaca tulisan di baliknya, dan membubuhkan tanda tangan, serta membalik lagi foto tersebut kemudian memberikan berkat dengan tanda salib.
Saya sangat terharu dengan semua peristiwa di atas. Sesudah beliau memberikan kembali foto ke tangan saya, langsung saya pegang dan cium tangan kanan beliau sambil mengucapkan limpah terima kasih. Sebagai tanda syukur, hormat dan respek saya, mencium tangan tokoh yang diberkati Tuhan, dan sangat dihormati jutaan bahkan miliaran orang di dunia ini adalah kesempatan yang sangat langka. Sesudah peristiwa 6 September di atas, beberapa kolega bertanya tentang bagaimana perasaan saya saat perjumpaan langsung dengan Bapa Suci Paus Fransiscus.
Mereka membandingkan dengan adanya kenyataan dimana umat yang hanya bisa melihat Sri Paus dari siaran TV atau melihat dari kejauhan saja sudah senang dan merasa bersyukur. Umat yang bisa mengikuti misa akbar di Stadion Utama Senayan Jakarta merasa sangat senang dan lebih bersyukur. Ada juga umat yang mendapat sentuhan tangan dan hadiah rosario dari Sri Paus, merasa amat sangat senang dan amat sangat bersyukur. Bagi saya pribadi, yang semua karena anugerah Tuhan, mendapat kesempatan untuk bisa bertatap muka, berdialog walau singkat, mendapat berkat, dan mencium tangan beliau, perasaan haru, sukacita dan ucapan syukur sungguh sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bila memungkinkan, saya sungguh ingin mengulangi perjumpaan dengan Sri Paus dengan durasi waktu yang lebih lama.
Perjumpaan fisik antara Ketum dan Sekum LAI dengan Bapa Suci Paus Fransiscus tentulah menjadi simbol semakin kuatnya kemitraan sinergis antar gereja di Indonesia dalam arak-arakan gerakan oikoumene. Apapun gerejanya, semangat pelayanannya berbasis pada Alkitab yang sama. Hal ini juga semakin membuka kesempatan untuk memperluas kerjasama konkret antar gereja di Indonesia, khususnya pelayanan berkaitan dengan Alkitab. Agar kabar baik tersebar sampai ujung bumi. Syukur kepada Allah. (ST.10.9.2024).
* Penulis adalah Sekretaris Umum LAI.