Narwastu.id – Bagi drg. Angki Gading Mangiri, menjadi seorang dokter gigi bukan sekadar agar terwujud cita-citanya yang telah diidamkannya sejak kecil. Melainkan profesi mulia tersebut ia percaya sebagai sebuah calling atau panggilan hidup dari Tuhan baginya supaya ia bisa berdampak bagi sesama. Dan ia selalu menikmati berkat Tuhan dengan ucapan syukur atas keluarga, karier terlebih ia boleh melayani Tuhan lewat pekerjaan yang digelutinya selama ini. Menurutnya, profesi dokter adalah anugerah yang terindah baginya. Dokter yang berpraktik di tiga tempat di DKI Jakarta dan Bekasi, Jawa Barat, itu menuturkan, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang dokter gigi. “Waktu kecil saya suka sekali bermain sekolah-sekolahan. Di situ saya berperan sebagai guru yang mengajar sekaligus juga sebagai murid,” kenang Ibu Dokter yang memiliki dua putra dan satu putri ini.
Gelar dokter di depan namanya sesungguhnya tak hanya membuat Angki merasa bahagia, akan tetapi ia juga bangga karena mampu mewujudkan keinginan ayahandanya tercinta. Meskipun di sisi lain, sang ayah belum sempat melihat anak ketujuh itu memakai jas putih, seragam khas dokter. “Papa saya memang sangat menginginkan saya untuk menjadi dokter gigi. Sebab kedua kakak saya telah terlebih dahulu menjadi dokter umum. Puji Tuhan, keinginan papa dikabulkan Tuhan. Tapi sebelum saya menjadi dokter gigi, papa sudah pulang ke rumah Bapa di Sorga,” kata dokter yang lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan ini.
Meskipun drg. Angky setiap hari menjalani kesibukannya sebagai dokter, tak lantas membuat istri dari Elvis Matasik ini melupakan tanggungjawabnya sebagai seorang istri sekaligus ibu dari tiga anaknya. Ia menjelaskan, sebisa mungkin ia melakukan tugas dan tanggung jawabnya tersebut dengan baik. Baginya, keluarga adalah suatu wadah yang Tuhan telah berikan untuk ia dapat mempraktikkan secara langsung cinta kasih kepada suami dan anak-anaknya. Termasuk bersama-sama memuji dan menyembah Tuhan secara unity serta saling mendukung, menasihati, dan menghibur.
Di dalam kehidupan yang terus berproses drg. Angki semakin menyadari untuk terus bergantung sepenuhnya kepada kasih dan kuasa Tuhan yang maha rahmat itu. Sukses berkarier dan memiliki keluarga yang bahagia bukan berarti ia tak pernah mengalami persoalan atau pergumulan hidup. Anggota jemaat sekaligus pelayan di GBI (Gereja Bethel Indonesia) Tampak Siring, Kelapa Gading, Jakarta Utara, ini mengatakan, Tuhan memberikan suami baginya yang adalah pilihan orangtuanya tetapi sesuai kehendak Tuhan. Dan pilihan Tuhan itu tentu yang terbaik. Kendati ia pernah melewati proses demi proses yang menguras air mata, termasuk ia sempat harus bersabar dengan kebiasaan suaminya sebagai perokok berat, ia mensyukuri kebaikan Tuhan di dalam keluarganya.
Ketika itu, ia sempat komplain kepada Tuhan, kenapa diberikan suami yang tidak sesuai dengan kriterianya, yakni bukan seorang perokok. Saban hari ia sempat marah-marah menghadapi kebiasaan suaminya itu. Ia pun sampai memanggil hamba Tuhan untuk berdiskusi tentang kondisi atau situasi tersebut. Sang suami bukannya berhenti dari kebiasaan buruk itu, malah merasa besar kepala karena seolah-olah diberi dukungan. “Pernah suatu hari saya sangat marah, lalu melempar remote TV, dan bilang kepadanya untuk memulangkan saya ke rumah orang tua. Di situ ia berjanji untuk tidak merokok lagi, tapi ternyata itu bohong. Pernah saya datang ke kantornya dan menemukan banyak sekali puntung rokok di meja kerjanya. Di situ saya kembali marah besar,” terang drg. Angki semangat tentang suaminya.
Ternyata dalam keadaan yang nyaris putus asa, drg. Angki hanya bisa berdiam diri di kaki Tuhan atau berserah kepada Dia. Dalam hadiratNya yang dilakukan drg. Angki setiap hari ia tak kuasa menangis dan terus memohon belas kasihan Tuhan agar dapat mengubah dan menjamah hati suaminya tersebut. Puji Tuhan, rupanya Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan mendengar setiap keluh kesah anak-anakNya yang setia dan tidak terkatakan sekalipun. “Dia mengizinkan ini untuk membuat saya lebih merendahkan hati dan lebih mengasihi suami dengan segala kekurangannya. Saya berhenti marah-marah kepada suami dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Puji Tuhan, akhirnya tahun ke-8 pernikahan kami, suami saya bertobat dan menyerahkan diri untuk dibaptis selam dan meninggalkan semua kehidupan malamnya. Suami saya berhenti total merokok sampai saat ini,” ujarnya bersaksi.
Sekadar tahu, drg. Angki yang menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di STT (Sekolah Tinggi Teologia) IKAT Jakarta menggambarkan dahsyatnya karya Tuhan dalam hidupnya. Tuhan mendengar doanya. Tidak terkecuali menolongnya saat dirinya mengalami dua kali keguguran hingga akhirnya diberikan anugerah seorang anak perempuan yang lama telah diidam-idamkan. Sekarang drg. Angki aktif melayani bersama suami tercinta di gereja tempat mereka berjemaat. Dan bagi Angki, pekerjaan yang dilakoninya sekarang bukan profesi semata, melainkan juga sebagai ladang pelayanannya. Misalnya, ia pernah pergi ke sekolah-sekolah memberikan pelayanan kesehatan dan edukasi tentang hidup sehat. “Saya melakukannya dengan penuh sukacita dan senang hati. Dan tidak pernah menyesal menjadi seorang dokter gigi,” tukasnya.
Ia pun di dalam kehidupan ini selalu menjaga keseimbangan hidup, sesuai skala prioritas yang dibuatnya, mulai dari mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Lalu ia pun memperhatikan keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Baginya, Tuhan Yesus Kristus adalah Juruselamat, penolong dan sahabat sejati. “Paskah itu tanpa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, maka sia-sialah kita hidup di dunia,” tegas drg. Angki tentang makna Paskah yang dirayakan umat Kristen selama ini. Saat berbincang-bincang dengan Majalah NARWASTU dalam sebuah kesempatan, drg. Angki berharap agar pandemi Covid-19 segera berlalu supaya kehidupan dapat normal seperti sediakala. Di sisi lain, ia berdoa dan berharap supaya anak-anaknya berhasil dalam pekerjaan dan studi. “Terlebih lagi dapat melayani Tuhan dengan setia bersama keluarga,” cetusnya.