Dr. Semuel Linggi Topayung Terpanggil Untuk Membangun Sulawesi Barat

40
Dr. Semuel Linggi Topayung. Cendekiawan yang peduli kampung halaman.

Narwastu.id – Keinginannya bukan atas dorongan pribadi atau emosi semata. Melainkan, didasarkan oleh keinginan masyarakat agar Samuel Linggi Topayung melenggang sebagai bakal calon anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah)-RI Sulawesi Barat. Bergumul selama dua tahun dan terus ia doakan hingga akhirnya diputuskan untuk maju. Sekjen Tim Relawan Kasih Jokowi Tingkat Nasional ini pun memiliki komitmen, jika dirinya duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah, maka ia akan memberikan 20% dari gaji yang akan diterimanya untuk membantu pelayanan di gereja. Berbincang dengan pria yang berlatar belakang etnis Toraja berusia 43 tahun ini tentang berbagai topik yang ada di negeri ini maupun kawasan Indonesia Timur memang menarik.

Hal itu cukup beralasan, jika melihat background atau latar belakang profesi yang diemban oleh suami dari Reni A. Dessialla itu cukup beragam. Selain menjadi konsultan di sejumlah kementerian dan pemerintah daerah, dosen di STT Setia Jakarta (Program Pascasarjana), Koordinator Komunitas Kristen Seluruh Indonesia serta Ketua Umum Lembaga Pendamping Pembangunan Nasional (LPPN). Fungsi dan tugas utama dari LPPN antara lain, meng-covering beberapa program Pemerintah Pusat yang tidak tercover oleh pemerintah daerah, melakukan pendampingan advokasi tidak hanya dalam bidang hukum tapi juga kebutuhan masyarakat termasuk kesejahteraan sosial, melakukan kajian-kajian terhadap isu publik yang terkait pembangunan nasional dan strategi dari arah pembangunan nasional, misalnya, mengadakan seminar nasional dan salah satu hasilnya adalah penanganan kemiskinan dan daerah-daerah yang terisolasi.

Sedangkan dalam ranah umat Kristen, Sem, begitu ia akrab dipanggil, selaku Koordinator Komunitas Kristen Seluruh Indonesia juga tekun memperjuangkan hak-hak komunitas Kristen yang belum tersentuh oleh pemerintah melalui Kementerian Agama, yakni Dirjen Bimas Kristen. Contohnya adalah kurangnya tenaga pendidik untuk agama Kristen di sekolah negeri dan itu menjadi persoalan dari masa ke masa. “Puji Tuhan, melalui rapat yang diadakan pada 27 Juli lalu dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang dihadiri juga oleh Dirjen Bimas Kristen agar membuat modul teknisnya yang nantinya disalurkan kepada setiap pemerintah daerah untuk mengusulkan formulasinya ke kementerian tersebut,” terang Direktur Instrumen Survei Indonesia (ISI) ini.

Pekerjaan yang menuntutnya untuk menjajaki seluruh daerah di Indonesia membuat pria yang pernah bekerja sebagai Senior Consultant di World Bank itu mengacungi jempol atas pembangunan yang dirintis oleh Presiden RI Joko Widodo. Terutama di dalam kebijakan pembangunan yang merata dan menjunjung keadilan sosial dan bukan kebijakan politik. Walaupun secara kasat mata ada beberapa wilayah yang sepertinya gagal menjalankan otonomi daerah. Menurut Sem, hal itu dikarenakan ulah dari kepala daerahnya itu sendiri yang selalu mengejar proyek dan bukan program. “Kalau pun tahu tapi tidak mengerti harus memulai dari mana. Jadi semua kembali kepada sumber daya manusia (SDM). Yang gagal adalah rekrutmen kelembagaan partai politik di Pilkada,” tegas Ketua Dewan Pengarah Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) Jakarta Timur ini.

SDM yang mumpuni memiliki integritas teruji haruslah berjalan beriringan. Sebagai putra daerah yang lahir dan besar di pegunungan terpencil di daerah Toraja, mantan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi Indonesia (2007-2009) itu pun mengaku prihatin ketika melihat Sulawesi Barat khususnya daerah Mamasa dan Kalumpang masih terisolasi atau dengan kata lain minim infrastruktur. Sebagai gambaran untuk menempuh jarak 60 kilometer memerlukan waktu selama 6 jam. Berangkat dari kondisi tersebut, Sem pun didesak oleh masyarakat Sulawesi Barat untuk maju sebagai calon bupati atau anggota DPR RI.

Namun, setelah bergumul selama satu tahun dan berdoa, ia pun memutuskan untuk membulatkan hati mencalonkan diri sebagai anggota DPD dari daerah pemilihan (Dapil) Sulawesi Barat. “Orientasi saya ingin melayani bukan kekuasaan, itu panggilan hati saya. Sebagai warga gereja dan komitmen saya dengan Tuhan, jika Dia menginginkan saya sebagai anggota DPD Sulawesi Barat, maka 20% gaji yang akan diterima sebagai anggota DPD akan saya berikan ke gereja dan bergiliran,” kata pria cerdas, religius dan nasionalis ini dengan mimik serius. Ketika ditanya alasannya mengapa ingin mencalonkan diri sebagai anggota DPD, Sem menuturkan, hal itu semata-mata karena keterpanggilan hatinya untuk melayani dan tidak bisa diintervensi oleh lembaga politik.

“Saya memiliki keterpanggilan, tapi kalau lewat DPR atau DPRD, maka akan dipasung oleh partai politik,” cetusnya. Sebab, itu semua untuk kepentingan/ideologi partai yang utama. Di manapun dan kapan pun sedapat mungkin, pria yang juga telah menerbitkan buku berjudul “Iman, Ilmu Pengetahuan dan Kepemimpinan” itu selalu berusaha untuk menjaga integritas. Baginya, persoalan pintar adalah urutan kesekian. Yang utama adalah menjaga integritas, kemauan untuk ingin melakukan sesuatu, keluar dari zona nyaman yang dipercaya dapat merusak mental. “Jadi integritas adalah dari segi cara berpikir dan mentalitas. Tapi yang paling penting dan menjadi kunci utama saya adalah selalu dekat dengan Tuhan,” imbuh Sem yang mengaku selalu mendapat dukungan dari istri tercinta yang juga adalah tiang doa untuknya.

Sebagai pelayan Tuhan yang ingin mendedikasikan dirinya sepenuh hati bagi sesama dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPD Dapil Sulawesi Barat, Sem mengaku hanya mengandalkan Tuhan dan mengikuti apa yang menjadi kehendakNya. Dengan berpegang pada Wahyu 3:7-8, ketika Tuhan yang membuka tidak ada satupun yang dapat menutupnya. “Tuhan tahu saya tidak punya uang, tapi Dia yang akan mencukupkan semuanya. Saya minta hikmat Tuhan dan akhirnya selalu berpedoman dan mengambil prinsip bahwa jika Tuhan yang menginginkan saya sebagai calon anggota DPD siapapun calonnya, jika Tuhan sudah menetapkan maka itu akan jadi,” ungkap Sem. Dengan rencana itu, Sem hanya mengikuti alurnya Tuhan. Ia sama sekali tidak memiliki tim sukses untuk kampanye terstruktur secara organisasi tapi dirinya memiliki para sukarelawan yang bergerak secara massif. Kendati demikian, pria yang juga telah berhasil meraih gelar Doktor Kepemimpinan ini menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. “Saya tidak pasang strategi dan hanya mengikuti alurnya Tuhan termasuk soal kemenangan. Ya, berharap menang,’’ kata Sem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here