Narwastu.id – Secara pribadi selama ini saya tidak begitu tertarik terhadap komunitas marga/fam yang didirikan oleh mereka yang merantau dari kampung halaman/tanah kelahiran ke ibukota negara, Jakarta misalnya, atau kota-kota besar lainnya. Tidak ada alasan vital, hanya tidak tertarik saja. Namun, tentu saja saya sangat menghargai/menghormati keberadaan komunitas tersebut. Pastilah ada alasan yang sangat bagus mengapa sampai didirikan komunitas tersebut. Apalagi, saya pun tahu betapa komunitas seperti itu sering melakukan pertemuan bersama secara kekeluargaan dalam suasana bahagia dan ceria.
Nah, sampailah pada satu titik perubahan. Suatu saat, dua tahun lalu, sobat saya mengirimkan informasi warta gereja yang ada di Bogor, Jawa Barat. Di warta itu ada pengumuman pernikahan yang salah satu mempelainya bermarga Harefa. Sobat saya itu bertanya dan mengundang saya untuk hadir pada acara pemberkatan nikah itu. Dia bertanya, apakah saya kenal pada mempelai yang bermarga Harefa tersebut? Hm…saya terdiam. Jujur saja, saya tidak kenal. Tetapi saya tiba-tiba tergerak untuk mencari informasi lebih jauh ke famili saya sesama Harefa. Dan, mereka pun ternyata tidak kenal juga. Hm…kembali saya merenung. Wah…sulit juga ya mencari tahu hal-hal seperti ini di perantauan (Jakarta). Lalu saya berpikir keras.
Akhirnya, saya tulislah sebuah status di Facebook. Di media sosial itu saya bertanya, “Adakah komunitas marga Harefa di Jakarta ini?” Maksud saya dengan bertanya itu agar bisa mencari jawaban siapa gerangan mempelai yang bermarga Harefa yang menikah di Bogor itu? Nah, apa yang terjadi dengan status saya di Facebook itu? Yang muncul malah beberapa orang Nias mendorong/memotivasi saya untuk segera bergerak bersama-sama mendirikan komunitas marga Harefa. Wah…kembali saya kaget dan merenungkan respon tersebut. Saya masih ingat di antaranya aktivis organisasi dan partai politik, Dermawati Harefa dan juga pegiat media sosial, Happy Karya Kasih Daeli (Ina Gamaliel Harefa) terus memotivasi saya dengan alasan bahwa saya juga seorang “senior” yang wajar untuk turut mendirikan komunitas marga Harefa di perantauan ini.
Setelah beberapa hari berdiam diri dan berdoa, maka akhirnya saya dan Pdt. Martin Harefa serta Dermawati Harefa sepakat bertemu di gedung DCC lantai 6 Thamrin City, Jakarta, membahas lebih jauh tentang hal tersebut di atas. Maka, diputuskanlah kami bersepakat untuk membuat pertemuan lanjutan dengan mengundang beberapa kenalan/famili/tokoh-tokoh bermarga Harefa untuk bertemu di gedung yang sama pada tanggal 27 Februari 2020.
Pada pertemuan bersejarah tanggal 27 Februari 2020 yang dikemas dalam ibadah singkat dan bincang-bincang disepakati untuk mengadakan pertemuan lebih besar/lebih banyak yang hadir untuk bisa membentuk kepengurusan komunitas. Namun, sayang disayang, pandemi Covid-19 menjadi penghalang. Tertundalah pertemuan tersebut. Tetapi sangat disyukuri kesehatian yang hadir pada waktu tanggal 27 Februari itu sangat berkesan. Sehingga hari itu dijadikan tanggal lahirnya komunitas marga Harefa dengan para pendiri, yakni yang mengisi daftar hadir/ada tanda tangan. Kelak, diputuskan nama komunitas ini adalah: Fatalifusöta Mado Harefa (FAMAHA) se-Jabodetabek.
Setelah setahun berlalu, dan masih dalam suasana pandemi Covid-19, akhirnya muncul lagi semangat untuk secara resmi mendirikan dan membentuk kepengurusan komunitas marga Harefa ini. Bulan Maret 2021 terbentuklah Tim Formatur yang bertugas selama 3 bulan untuk membentuk kepengurusan. Tim Formatur ini diketuai oleh Pdt. Tema Adiputra Harefa, wakil ketua Dame Aro Harefa, sekretaris Pdt. Erick Harefa, dan anggota-anggota: Pdt. Martin Harefa, Dermawati Harefa, Edward Harefa, Vokus Harefa, Pdt. Penyabar Harefa, Yurisanto Harefa. Dan, pada tanggal 1 Juni 2021 secara resmi diumumkanlah kepengurusan komunitas ini periode 2021–2024 dengan nama resmi Fatalifusöta Mado Harefa (FAMAHA) se-Jabodetabek. Selanjutnya, tanggal 3 Juli 2021 dilangsungkan (via Zoom Meeting) peneguhan/pelantikan pengurus lengkap oleh Pdt. Peniel L. Harefa. Terpilih sebagai Ketua Umum: Dermawati Harefa, Sekretaris Umum: Vokus Harefa, Bendahara Umum: Edward Harefa dan nama-nama lain sebagai ketua dan anggota bidang-bidang serta 5 koordinator wilayah.
Karena keterbatasan ruang menulis ini, maka saya tambahkan nama-nama Penasihat yakni: Pdt. Peniel L. Harefa, Arwan W. Harefa, Pdt. Tema Adiputra Harefa, Pdt. Martin Harefa, Josefo Harefa, Ratiba Zega (Ina Saltiel Harefa), Bazatulo Harefa, Letkol. TNI AD F. Harefa, Peringatan Harefa, Kosmas Harefa, Fauduaro Harefa. Puji Tuhan, akhirnya kini saya menyadari betapa besar manfaat kehadiran komunitas marga/fam di perantauan ini. Yang terpenting kehadirannya menjadi berkat bagi internal dan eksternal. Dan terkhusus FAMAHA visinya adalah: “Menjaga dan mempererat persaudaraan marga Harefa di perantauan.”
* Penulis adalah akademisi, rohaniwan, penyiar senior di radio dan anggota pengurus FORKOM NARWASTU.