Pdt. Jefri Tambayong, S.Th, S.H. Masuk dalam “20 Tokoh Kristiani 2010 Pilihan NARWASTU”

380
Pdt. Jefri Tambayong, S.Th. Peduli generasi muda.

Narwastu.id – Gagasan untuk memilih tokoh-tokoh Kristiani “pembuat berita” (news maker) setiap akhir tahun oleh Majalah NARWASTU, sejatinya sudah dimulai sejak pertengahan 1999 lalu. Saat itu, Majalah Narwastu masih dikelola manajemen lama oleh Ir. Alfred W. Rattu (salah satu pendiri dan Pemimpin Redaksi Majalah Narwastu). Kala itu, Alfred Rattu dan Jonro I. Munthe yang pertama kali mencetuskan ide agar tokoh-tokoh Kristiani yang berjuang di era reformasi bisa diapresiasi oleh media Kristiani, dalam hal ini Narwastu.

Begitulah, ide untuk menampilkan tokoh-tokoh ini kemudian direalisasikan Jonro I. Munthe, S.Sos yang sekarang menjabat sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU. Setelah melakukan serangkaian penelitian dan jajak pendapat ke sejumlah tokoh gereja, jurnalis dan jemaat, lalu saat itu terpilihlah tokoh, seperti Pdt. Dr. SAE Nababan, Sabam Sirait, Romo Mangun Widjaya, Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Ir. Edward Tanari, Mayjen TNI (Purn.) R.K. Sembiring, Mayjen TNI (Purn.) Theo Syafei dan beberapa nama lagi sebagai “Tokoh Pejuang Kristiani Pembuat Berita”.

“Ide untuk memilih tokoh-tokoh Kristiani pembuat berita ini, juga terinspirasi dari Majalah Editor (dibreidel Presiden H.M. Soeharto pada 1994). Waktu itu, Editor pernah memilih tokoh-tokoh, seperti L.B. Moerdani, Rudini, Ali Sadikin, Hendropriyono dan B.J. Habibie sebagai tokoh nasional pembuat berita pilihan redaksinya,” ucap Jonro.

Dari dulu hingga sekarang ada tiga kriteria yang dipatok untuk menempatkan seseorang itu agar jadi “tokoh pembuat berita” versi Narwastu. Pertama, si tokoh mesti populer dalam arti yang positif di bidangnya atau profesinya. Kedua, si tokoh mesti peduli pada persoalan warga gereja dan masyarakat. Ketiga, si tokoh mesti kerap muncul di media massa, apakah karena pemikiran-pemikirannya yang inovatif atau ide-idenya yang kontroversial. Alhasil, si tokoh pun kerap menjadi bahan perbincangan di tengah jemaat.

Tidak gampang untuk memposisikan seseorang menjadi “tokoh Kristiani pembuat berita”. Sebab, kiprah mereka pun mesti kami ikuti lewat media massa, khususnya media Kristen, termasuk mencermati aktivitasnya dan menelisik track record-nya. Lalu tradisi memilih tokoh-tokoh terkemuka itu berlanjut dari tahun ke tahun. Pada akhir 2010 ini, kembali Majalah NARWASTU menampilkan “20 Tokoh Kristiani Kristiani Pembuat Berita Sepanjang 2010”. Figur yang kami tampilkan ini, seperti tahun-tahun yang lalu, ada  berlatar belakang gembala sidang, tokoh lintas agama, pengusaha, pengacara, pejuang HAM, pemimpin gereja, aktivis gereja, pimpinan ormas, aktivis LSM dan politisi.

Ada pun 20 tokoh yang sudah diseleksi redaksi Majalah NARWASTU secara ketat dari 151 nama yang terjaring, yaitu Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum PGI), Constant M. Ponggawa, S.H., L.LM (Mantan anggota DPR-RI), Cornelius D. Ronowidjojo (Ketua Umum DPP PIKI), Dr. Gayus Lumbuun, S.H. (Anggota DPR-RI), Sahala Panggabean, MBA (Pengusaha), Pdt. Luspida Simanjuntak (HKBP Ciketing), Drs. Sahrianta Tarigan, M.A. (Anggota DPRD DKI Jakarta), Theophilus Bela, M.A. (Ketua Umum FKKJ), Dr. M.L. Denny Tewu, S.E., M.M. (Ketua Umum DPP PDS), dan Pdt. DR. Anna B. Nenoharan (Ketua Umum Sinode Gekindo).

Juga Jackson A.W. Kumaat (Sekjen DPP Partai Karya Perjuangan), Pdt. Manuel E. Raintung, S.Si, M.M. (Sekretaris Umum PGI Wilayah DKI Jakarta), Drs. Jopie J.A. Rory (Ketua DPD PKDI Sulawesi Utara), Ir. Albert Siagian (Sekretaris Umum DPP GAMKI), Drs. S. Laoli, M.M. (Tokoh masyarakat Nias), Pdt. Ferry Haurissa Kakiay (Sekretaris Umum BPS GBI), Pdt. Jefry Tambayong, S.Th (Pendeta dari GBI), Antonius Natan (Fasilitator Jaringan Doa Nasional), M.T. Natalis Situmorang, S.Hut, M.Si (Ketua Umum PP Pemuda Katolik) dan Sheila Salomo, S.H. (Ketua Umum DPP PWKI)

Sebetulnya masih ada sejumlah nama yang pantas diposisikan sebagai “Tokoh Pembuat Berita Sepanjang Tahun 2010” ini, namun kami batasi hanya memuat 20 profil tokoh. Kami menampilkan profil singkat ke-20 tokoh pembuat berita ini di Majalah NARWASTU Edisi Khusus Desember 2010-Januari 2010 ini sebagai bentuk apresiasi (penghargaan) kami atas perjuangan mereka selama ini di tengah gereja, masyarakat dan bangsa. Dan kami berharap dan berdoa kiranya kiprah mereka selama ini bisa memberikan inspirasi, motivasi, pencerahan dan pencerdasan untuk kebaikan gereja, masyarakat dan bangsa ini.

Pembaca yang terkasih, mungkin saja pemilihan para tokoh ini dianggap subjektif, tapi percayalah, kami sudah berupaya objektif untuk menampilkannya. Dan amat manusiawi kalau tokoh-tokoh yang tampil ini punya kekurangan, karena mereka bukan orang suci atau malaikat. Sekadar tahu, di tengah redaksi majalah ini pun tak jarang muncul perdebatan tentang figur seseorang sebelum nama ke-20 tokoh ini ditampilkan. Sekadar tahu, kami menghindari agar dalam “20 tokoh” edisi kali ini tidak ada “orang dalam” dari Majalah NAARWASTU, seperti penasihat, meskipun kami akui ada juga penasihat majalah ini yang layak masuk dalam “20 tokoh” itu. Harapan kami, semoga melalui tulisan ini kita bisa melihat sisi positif atau nilai-nilai juang dari figur ke-20 tokoh ini. Kepada para tokoh yang termasuk dalam “20 pembuat berita” ini, kami sampaikan pula bahwa inilah hadiah Natal terindah dari kami sebagai insan media Kristiani kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang selama ini telah ikut berupaya membentuk karakter bangsa ini. Akhirnya, kami sampaikan, selamat Hari Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. Tuhan memberkati kita semua. Selamat menyimak.

Memerangi Bahaya Narkoba di Indonesia

Kalau ada aktivis gereja yang cukup peduli memerangi bahaya narkoba, tidak salah lagi kalau kita sebut nama Pdt. Jefri Tambayong, S.Th. Dia terpanggil untuk melayani generasi muda yang telah banyak terjerumus ke dalam persoalan narkoba. Pendeta yang satu ini memang dikenal sangat peduli pada penyakit sosial ini. Pdt. Jefri sangat sadar bahwa tingkat penyalahgunaan narkoba atau barang-barang haram di Indonesia saat ini, tidak dapat dipungkiri, sekarang telah mencapai titik paling kritis. Data menunjukkan 15.000 sampai 20.000 orang per tahun di Indonesia meninggal karena over dosis, lantaran mengkonsumsi barang laknat itu.

Para tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU yang religius, inspiratif dan Pancasilais.

Melihat situasi yang sangat memprihatinkan itulah ia semakin termotivasi untuk menyelamatkan generasi muda dari barang haram tersebut. “Sudah banyak teman-teman atau orang-orang di sekitar kita yang berguguran, karena bahaya narkoba. Dan lebih celaka lagi ketika di situ ternyata banyak anak-anak Tuhan (orang Kristen) yang jadi korban. Ini yang menjadi perenungan saya, lalu saya berpikir harus ikut menggarami negeri ini,” ujar Pdt. Jefri kepada Majalah NARWASTU di Jakarta dalam sebuah kesempatan.

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos saat diwawancarai wartawan seusai memberi penghargaan kepada para tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU.

Sebagai bukti keseriusannya terhadap bahaya narkoba, Pdt. Jefri tidak tanggung-tanggung, ia pun membentuk sebuah lembaga nonprofit yang diberi nama Gerakan Mencegah Daripada Mengobati (GMDM). Lembaga tersebut mengusung visi: memasyarakatkan gaya hidup bebas narkoba, bebas seks bebas dan bebas premanisme. Juga meningkatkan pentingnya pendidikan berkualitas dalam kehidupan sebuah bangsa.

Sementara misi yang diemban GMDM, yaitu membantu pemerintah untuk mensosialisasikan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pembangunan generasi bangsa. Dan ikut membangun kesadaran generasi muda melalui peningkatan pengetahuan dalam pembangunan tanpa narkoba, seks bebas dan premanisme. Selain itu, GMDM membangun generasi muda yang peduli pembangunan melalui pemberdayaan, pengembangan keahlian dalam pemanfaatan teknologi sebagai bagian dari gaya hidup serta menumbuhkan tunas bangsa yang berakar, bertumbuh cerdas, berbuah dan mentransformasi masyarakat menjadi sehat, cerdas, berfungsi dan hidup dalam kesatuan.

Melalui GMDM, pria yang telah banyak menerima penghargaan, baik dari pemerintah, institusi TNI/Polri  dan lembaga gereja ini, kerap memberi penyuluhan dan pelatihan mengenai pencegahan bahaya narkoba serta bakti sosial. Sebagai lembaga nonprofit, pria yang pernah mendapat penghargaan dari Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD ini mengaku, untuk menggerakkan GMDM tidaklah mudah. Karena, tukasnya, semua kegiatan harus digarap dengan dana sendiri tanpa dukungan dari pihak lain.

“Tapi justru saya melihat mukjizat demi mukjizat terjadi di GMDM, meskipun kita mengerjakan dalam keterbatasan. Kita bisa melakukan pembinaan dan sekarang ada kurang lebih 100 titik dalam setahun ini sudah kita beri pembinaan. Yang penting bagi saya, harus mempersiapkan mereka untuk masuk sorga. Anak-anak yang saya bina ada yang sudah tujuh kali direhabilitasi dan sekarang bertobat. Saya sering memimpin acara pemakamam di mana yang meninggal bukan jemaat saya. Mereka adalah anak-anak muda yang meninggal gara-gara narkoba dan gereja lokal menolak untuk melakukan acara pemakaman,” terang hamba Tuhan dari GBI (Gereja Bethel Indonesia) Kemuliaan Kasih Agape, Jakarta ini.

“Saya sering menangis di dalam hati melihat hal seperti itu. Mau dibawa ke mana generasi penerus bangsa kita, penerus tongkat estafet gereja kita,” tegasnya. Menurut pria yang pernah mendapat piagam penghargaan dari Pangdam Jaya atas keikutsertaannya dalam bakti sosial HUT ke-63 TNI 2008 ini, adalah suatu sukacita jika di tengah keterbatasannya ia masih bisa menjadi berkat bagi bangsa dan negara ini, terutama dalam memerangi bahaya narkoba. “Ada kedamaian, karena saya mengerjakannya dengan hati. Memang ada sejumlah LSM yang sejenis, tapi timbul tenggelam. Kita tidak mau seperti itu, kita harus terus bergerak,” tambah pria yang juga dipercaya sebagai Pembina RT/RW se-DKI Jakarta ini.

Salah satu kegiatan besar yang pernah dilakukan GMDM adalah ketika beberapa waktu lalu, lembaga ini menjadi panitia dalam Perayaan Hari Anti Narkoba di Gelora Bung Karno, Jakarta. GMDM bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), dan kala itu acaranya dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), petinggi BNN dan para tokoh masyarakat. Ribuan kaum muda dari DKI Jakarta dan sekitarnya pun ikut memeriahkan acara tersebut.

Dalam pelayanannya, GMDM telah mendapat dukungan penuh dari sejumlah pemimpin gereja aras nasional, seperti PGI Wilayah DKI Jakarta, PGLII dan yang lainnya. Di samping itu, lembaga-lembaga pemerintah, termasuk Kodam Jaya dan Polri turut mendukung kehadiran GMDM yang memang punya tugas mulia. Rekomendasi untuk mendukung kehadiran GMDM, bahkan sudah pernah diterima dari Pangdam Jaya (saat itu) Mayjen TNI Darpito Pudyastungkoro, Komandan Garnisun Tetap Polisi Militer Mayjen TNI Subagja Dwipradja dan mantan Kapolri Jenderal Pol. (Purn.) Sutanto yang kini Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

Berbicara tentang keseriusan pemerintah dalam menanggulangi bahaya narkoba, Pdt. Jefri berpendapat, pemerintah sebenarnya sudah sangat serius. Hal itu dibuktikan dengan beberapa kali dilakukan penggerebekan sejumlah tempat yang memproduksi narkoba dan penangkapan terhadap bandar narkoba. Makanya kiprah Pdt. Jefri ini patut didukung dan diapresiasi seluruh anak bangsa, karena ia telah ikut berjuang memerangi penyakit sosial, yakni bahaya narkoba yang bisa meruntuhkan moral anak-anak muda di negeri ini.   

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here