HIMABA Hadir untuk Kepentingan Marga-marga Batak di Jabodetabek

297
Edwin P. Situmorang, S.H., M.H.

Narwastu.id – Dilatarbelakangi adanya kerinduan agar ada wadah hasadaon (kebersamaan) untuk mempersatukan marga-marga Batak, lalu berdirilah Hita Marga Batak (HIMABA). Sebenarnya akronim HIMABA bermula dari himpunan marga Batak, namun saat mengurus izin legalitasnya perlu diganti, karena kata himpunan tak bisa dipakai, tetapi agar akronim tetap menggunakan HIMABA, maka dibuat jadi Hita Marga Batak.

“Berangkat dari pemikiran bahwa marga-marga Batak itu sudah terorganisasi di punguan-punguan marga dan sudah banyak organisasi Batak, tetapi belum pernah mampu dipersatukan karena tak ada wadahnya,” ujar Ketua Umum HIMABA, Edwin P. Situmorang, S.H., M.H. yang juga pemuka masyarakat Batak beberapa waktu lalu.        Mantan Jaksa Agung Muda Intelijen Kejaksaan Agung RI ini menuturkan, hanya duduk satu meja saja tak pernah bisa. Faktanya kurang spirit persatuan dengan marga-marga yang ada. Berangkat dari kenyataan itu, atas niat mulia itulah maka HIMABA muncul untuk menjawab hal itu.

“Sebenarnya kerinduan untuk bersatu itu ada di masyarakat Batak, dan ada kesempatan untuk membangun kesehatian. Padahal perjumpaannya ada dalam setiap hal yang menyangkut adat Batak, baik acara dalam suka maupun dalam duka. Dan marga-marga mesti terlibat, ada perjumpaan. Misalnya, dalam acara perkawinan Batak paling tidak yang punya hajatan sudah langsung dua pihak marga, pihak paranak dan parboru, belum lagi marga-marga dari pihak hula-hula dari pihak marga-marga itu. Belum lagi ditambah dengan masing-masing hula-hulanya,” ucap mantan Deputi III Menkopolhukam RI dan Ketua Umum Panitia Nasional Jubileum 150 Tahun HKBP pada 2011 itu.

“Melihat kenyataan yang ada sekarang tentu di era ini tak boleh satu komunitas jalan sendiri-sendiri. Dibutuhkan kerjasama dan sinergi, kalau dulu ada satu komunitas, maju itu karena upaya masing-masing. Tetapi, ke depan yang perlu dipikirkan bagaimana memikirkan kepentingan kemaslahatan masyarakat adat Batak. Jadi perlu dibangun sinergi, kalau dulu memang ada orang yang luar biasa bisa mencapai satu capaian hanya karena berjuang sendiri, tetapi sekarang justru perlu saling sinergi, saling mendukung. Kenyataan dulu ada orang-orang secara individu bisa survival, dan bahkan kariernya menaik. Tetapi kondisi sekarang amat berbeda, dibutuhkan topangan orang lain. Dalam konteks berbangsa dan bernegara juga kita membutuhkan hasadaon, persatuan,” ucap figur yang termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2011 Pilihan Majalah NARWASTU” ini.

Dan karena itu, perlu ada wadah untuk memikirkan masalah bersama, oleh karena budaya Batak yang terus berkembang dinamis, dan tentu banyak hal yang harus diaktualisasikan. Karena itu, butuh kesepakatan-kesepakatan bersama, termasuk merampingkan acara adat, atau mengelola waktu pesta adat dengan waktu yang baik. Tentu, ada banyak hal yang bisa diubah untuk bisa aktual. Dan tentu, esensi adat tak diubah yang diubah hanya penerapan, implementasinya.

“Banyak hal yang bisa disepakati, atau diganti salah satu contoh saat memberi tumpak (amplop), menyalam pengantin. Kenyatan hal itu memakan banyak waktu. Nah, bagaimana misalnya kalau diserahkan di kotak saat masuk ke gedung, sebab hal ini memakan banyak waktu dan sungguh tertata dengan baik. Saat mangulosi (memberikan ulos) misalnya, bisa beberapa helai ulos disepakati, tentu lagi-lagi esensi adatnya tak dihilangkan. Tentu, kalau itu dilakukan pasti menghemat waktu,” ujarnya lagi.

Dalam kaitan ini, ada banyak tantangan yang dihadapi, terutama karena orang Batak Toba sulit bersatu untuk sepakat membenahi acara-acara adat yang terkesan berbelit-belit. Dan lebih dari itu, orang Batak jangan pernah mau dihasut orang yang tidak bertanggung jawab. Fitnah, adu domba merupakan perbuatan sangat jahat. Apalagi generasi muda tak lagi mengerti atau cenderung tak peduli tentang adat-istiadat Batak dan kebanggaan menjadi orang Batak juga tak terlihat lagi. Semua bersatu, kompak dan rukun dalam wadah dalam HIMABA.

Menurut Edwin Situmorang, dengan bersatu, kita akan mampu menyuarakan gagasan dan pemikirannya. “Ke depan dibutuhkan kesehatian orang-orang Batak, maka ke sanalah arah dan cita-cita dari HIMABA, menjadi wadah pemersatu marga-marga Batak. Karena itu, ke depan dirindu organisasi Batak itu makin solid dan memberi dampak yang signifikan. Saya rindu ke depan para pengurus-pengurus marga itu duduk, minum kopi bersama. Saya tak punya kepentingan apa di sini selain rindu ada wadah. Saya sendiri tak hendak ingin dapat panggung. Kerinduan saya agar ada organisasi yang menjadi wadah kita bersama orang Batak, wadah komunikasi dan interaksi marga-marga Batak,” ujar mantan Jampidsus Kejaksaan Agung RI ini.

“HIMABA merupakan wadah masyarakat Batak untuk berdiskusi dan menyamakan persepsi dalam menciptakan kesatuan dan persatuan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu kesejahteraan. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam masyarakat, maka dapat berperan menjadi pionir utama dalam menata adat istiadat sesuai filosofi adat itu sendiri, sehingga terdapat suatu keseragaman implementasi tanpa mengurangi esensinya,” ujarnya.

Selain itu, HIMABA menjadi wadah penyaluran aspirasi, mendahulukan perdamaian dalam segala bentuk masalah ketimbang melalui proses hukum. Ke depan HIMABA diharapkan bisa meningkatkan peranan masyarakat hukum adat dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan daerah sesuai kearifan lokal, bersatu padu menyusun program, termasuk merumuskan rencana pembangunan daerah sesuai kebutuhan daerah itu sendiri untuk kesejahteraan bersama.

Edwin yang pernah disebut-sebut di tahun-tahun yang lalu sebagai calon Jaksa Agung RI itu, menambahkan, HIMABA hadir untuk kepentingan marga-marga Batak se-Jabodetabek. Dan ini dapat berjalan baik karena para ketua marga itulah sebagai stakeholder dari lembaga tersebut. Karenanya, ke depan, punguan marga-marga sesungguhnya jangan hanya menggeluti masalah adat, tetapi juga harus berperan membantu pemerintah membina masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih berkualitas, produktif dan kreatif, sehingga lebih bermanfaat dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Edwin Situmorang pun mengharapkan, agar semua ketua umum marga-marga, terutama yang berada di Jabodetabek ke depan semakin baik menjalin kerjasama dengan di HIMABA. “HIMABA untuk melaksanakan berbagai program, baik menyangkut seni dan budaya Batak, maupun kegiatan lain yang bermanfaat bagi pembinaan masyarakat, khususnya generasi muda,” ujarnya. HM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here