Narwastu.id – Emanuel Dapaloka yang merupakan mantan Ketua Umum DPP Perkumpulan Media Kristiani Indonesia/PERWAMKI (2005-2008) adalah jurnalis aktif dan berprestasi. Selain sudah pernah meraih juara dalam sanyembara penulisan yang diadakan harian nasional “Kompas” pada 2013, ia pun aktif menulis di koran berbahasa Inggris “The Jakarta Post.” Pemimpin Redaksi tempusdei.id yang pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) ini pun produktif menulis buku.
Di acara pertemuan sekaligus ibadah pengurus dan pembina PERWAMKI pada Selasa, 25 Agustus 2020 lalu di kantor Majalah NARWASTU di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, sambil makan siang, Emanuel pun membagikan buku terbarunya itu kepada enam pemimpin redaksi (Pemred) media Kristiani yang hadir. Dan kala itu, Jonro I. Munthe, S.Sos (Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU) selaku tuan rumah menyambut para sahabatnya itu dengan tangan terbuka.
Buku berjudul “Takdir Manusia Bekerja Bukan Korupsi” ini sudah dibaca sejumlah tokoh nasional, cendekiawan termasuk anggota DPR-RI. Sekretaris PERWAMKI, Agus Riyanto Panjaitan mengatakan, “Terima kasih atas pemberian buku dari Pak Emanuel Dapaloka yang juga salah satu Pembina PERWAMKI.” Menurut Agus Panjaitan yang juga Pemred Majalah “Spektrum“, Emanuel Dapaloka adalah jurnalis handal. Selain piawai menulis ia pernah memimpin organisasi wartawan Kristiani dan menulis di sejumlah media nasional.
“Pemimpin media atau organisasi wartawan Kristen mesti terampil menulis. Jangan ngaco tulisannya agar tidak diketawain anak buah. Kalau tulisannya ngaco sebaiknya ikut saja pelatihan jurnalistik di PERWAMKI supaya kita ajari menulis yang baik dan benar,” pungkas Agus Panjaitan. Emanuel Dapaloka juga memberi teladan tidak mau sampai dua periode atau lebih untuk memimpin organisasi wartawan Kristiani agar kaderisasi berjalan. “Kalau terus-terusan memimpin, dan organisasi dianggap seperti miliknya, itu bukan pemimpin yang baik dan benar. Kita bersyukur di PERWAMKI itu pemimpinnya terampil menulis dan tidak ambisius di organisasi,” ujarnya lagi.
Menjadi wartawan itu, kata Roy Agusta Mantiri (Pemred chronosdaily.com dan Sekretaris Panitia Pelatihan Jurnalistik 2020 PERWAMKI), tidak gampang. Wartawan harus banyak belajar menulis, makanya PERWAMKI mengadakan pelatihan jurnalistik. “Seseorang diberi kartu pers supaya disebut wartawan, itu gampang. Tukang cendol pun bisa diberi kartu pers, tapi bukan berarti dia wartawan yang kompeten. Wartawan itu profesi mulia, sehingga wartawan harus terampil menulis dan berkualitas. Lebih bagus lagi kalau wartawan itu bisa ikut uji kompetensi wartawan agar kemampuannya diuji pakar media,” ujar pria yang pernah mendirikan Aliansi Jurnalis Kristiani Indonesia (AJKI) ini. TS