Narwastu.id – Pada Senin sore, 24 Agustus 2020 lalu, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos, untuk pertama kalinya diundang “Menara Doa Banten” untuk berbagi pengalaman iman di acara Zoom yang diadakan setiap minggu. Dalam kesempatan ini, pengurus Menara Doa Banten, Ibu Ely Radia Alsa mengatakan, pimpinan media Kristen seperti Majalah NARWASTU pun perlu kita undang guna berbagi pengalaman rohani, apalagi mereka giat menyuarakan kabar baik di tengah bangsa ini melalui media. “Apalagi kita tahu selama ini Majalah NARWASTU aktif mengadakan acara-acara doa atau ibadah selain acara diskusi bersama tokoh Kristen. Dan kita semua tahu peran media di tengah masyarakat itu dahsyat,” ujar Ibu Ely.
Dalam kesempatan ini, Jonro Munthe diminta membagikan pengalaman iman yang memotivasi, yang dialami tim Majalah NARWASTU sejak wabah Covid-19 mulai terjadi. Dan ia berbicara di acara Zoom ini dengan tajuk “Jangan Lelah Mencintai Negeri ini dengan Doa-doa Kita.” “Saya bukan pendeta atau penatua, tapi saat diminta untuk membagi pengalaman iman dan menyuarakan kabar baik seperti motto NARWASTU, saya siap,” ujar Jonro, yang merupakan lulusan IISIP Jakarta dan alumni Lembaga Pendidikan Pers Doktor Soetomo (LPPDS) Jakarta ini.
Ketua BPD GBI Banten, Pdt. Samuel Kusnadi, mengatakan, acara ini luar biasa, karena bisa mendengar pengalaman iman yang memotivasi dari pimpinan Majalah NARWASTU. Acara ini ditutup dengan doa berkat setelah diawali dengan doa syafaat dan lagu-lagu pujian oleh seorang pendeta senior, Pdt. Ais Noya, yang tergabung di Menara Doa Banten. Dalam acara doa ini ikut pula bergabung sejumlah pendeta dari Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Tenggara. “Para pendeta dan pendoa yang tergabung di Menara Doa Banten tersebar di 22 provinsi. Mereka terpanggil untuk berdoa bagi Indonesia agar selalu ditolong dan diberkati Tuhan, apalagi di masa wabah Covid-19 ini. Terima kasih buat Pak Jonro yang telah ikut berbagi pengalaman iman bersama kami,” cetus Ely.
Dalam paparannya saat memberi motivasi tentang doa, Jonro Munthe yang juga peraih award sebagai “Jurnalis Muda Motivator 2009 Pilihan Majelis Pers Indonesia/MPI” mengatakan, sering orang Kristen menyebut: Doa adalah nafas hidup orang percaya, doa adalah berbicara kepada Tuhan yang tidak terlihat, doa adalah memuji dan menyembah Tuhan, doa adalah pertemuan atau dialog antara manusia dengan Tuhan. Ada juga yang menyebut doa adalah menyampaikan pujian, syukur dan permohonan kita kepada Tuhan.
“Ada pula yang menyebut bahwa lagu-lagu yang kita nyanyikan atau ucapan kita itu merupakan doa. Semua itu benar. Yang pasti kita orang yang percaya kepada Yesus Kristus bisa berdoa di gereja, rumah, kantor atau di mana saja. Karena Tuhan itu Allah yang maha hadir dan Dia akan mendengar doa-doa umatNya, entah di gereja atau di rumah. Dan doa orang benar itu sangat besar kuasanya. Jadi kekuatan doa itu besar, dan jangan dianggap remeh. Karena saat ini ada wabah Covid-19, kita berdoa lewat virtual pun bisa, dan tak mengurangi kualitas ibadah kita,” paparnya.
Jonro menyampaikan, tahun 2000 atau 20 tahun lalu ia sudah mengetahui ada acara “Rally Doa,” “Doa untuk Indonesia” dan “Jaringan Doa Nasional.” Dan penggerak-penggeraknya ini orang-orang yang luar biasa dan terpanggil berdoa untuk Indonesia. “Saat itu saya masih ingat didoakan agar bangsa ini mengalami transformasi dan supaya Tuhan memberikan pemimpin bangsa yang luar biasa bagi Indonesia yang peduli pada umat minoritas. Sekarang kalau bangsa ini kita lihat, ada muncul Pak Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta, lalu menjadi Presiden RI. Juga ada Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama yang kita anggap tokoh-tokoh yang berani dan luar biasa. Saya imani itulah hasil doa-doa hamba-hamba Tuhan di tahun-tahun yang lalu. Jokowi dan Ahok itu bukan keturunan bangsawan, tapi mereka bisa menjadi pemimpin di bangsa ini, itu karena kuasa Tuhan,” paparnya.
Menurutnya, doa itu perlu proses agar Tuhan memberi jawaban. Berdoa itu bukan seperti makan cabe setelah digigit langsung terasa pedasnya. Tapi berdoa sesungguhnya kesempatan kita bertemu dengan Tuhan dan melalui doa kita bisa merasakan kekuatan, sukacita dan mendapat hikmat dari Tuhan yang tidak terlihat itu. “Saya terinspirasi dari cerita Daud yang sangat akrab dengan Tuhan. Dia setiap menghadapi kesulitan atau ancaman selalu mengadu kepada Tuhan. Karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Tuhan doa-doanya selalu dijawab Tuhan. Saya bukan teolog, namun kalau saya membaca cerita tentang Daud, dia begitu luar biasa dalam menyembah Tuhan dan berseru kepada Tuhan yang selalu ajaib menolongnya,” ucapnya.
Jonro menerangkan, ia pernah membaca sebuah artikel menarik di sebuah group WA tentang kuasa doa. Seorang anak kecil pernah menanyakan kepada ayahnya yang sangat rajin berdoa, apa yang ia dapatkan setelah rajin berdoa. Apakah ayahnya itu semakin banyak harta atau semakin kaya raya. Ditulis di artikel itu, saat kita tekun berdoa sebenarnya ada banyak energi atau emosi negatif dari hati, jiwa dan pikiran kita, seperti ketakutan, kegelisahan, kemarahan, kebencian, dendam dan iri hati yang hilang. Jadi doa bukan semata-mata untuk mendapatkan sesuatu, tapi ada emosi negatif yang bisa hilang dari diri kita, dan itu memberi damai sejahtera bagi hidup kita.
Jonro menerangkan, kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia juga terpanggil untuk berdoa bagi keluarga kita, lingkungan kita, masyarakat kita, di tempat kerja kita dan bagi negeri ini. “Seperti sekarang kita harus terus mendoakan bangsa ini agar lepas dari wabah Covid-19, atau kita berdoa agar Tuhan memberikan hikmat dan kemampuan bagi pemerintah guna mengatasi wabah corona dan memulihkan keadaan bangsa ini terutama di sektor ekonomi,” ujarnya.
“Saya sangat percaya kuasa doa itu dahsyat, dan ada banyak orang percaya yang berdoa bagi bangsa ini sehingga bangsa kita terus bertahan saat wabah Covid-19 menerjang. Bangsa ini bisa tetap utuh meskipun harus terus berjuang untuk menjaga kesehatan masyarakat karena virus corona, dan berjuang memulihkan kondisi ekonomi, semua itu karena doa. Sehingga kita jangan lelah berdoa bagi bangsa ini dan juga buat keluarga kita masing-masing,” katanya.
Jonro bersaksi, dalam rumah tangganya ia dan istrinya, Faridawaty Rajagukguk menunggu kelahiran anak sampai enam tahun. Dan selama enam tahun itu mereka tak putus-putusnya berdoa meminta pada Tuhan agar diberi keturunan. Karena doa-doa yang dipanjatkan dengan tekun, kemudian enam tahun setelah mereka menikah baru diberi anak, seorang putra bernama Josua Holong Munthe (kini 14 tahun). Setelah itu Tuhan mengaruniakan lagi dua anak, satu putri (Kezia Hasian Munthe) dan satu putra (Noach Boantua Munthe) lagi buat mereka. “Itu karena kuasa doa banyak orang, termasuk para hamba Tuhan dan orangtua kami. Doa itu dahsyat. Dan kita harus jadikan doa itu sebagai gaya hidup dan kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Tuhan itu, kata Jonro, sesungguhnya maha pengasih. Ia bersaksi tentang pengalamannya saat memimpin Majalah NARWASTU (edisi cetak dan online). “Kalau kita baca berita-berita di media, ada banyak media cetak seperti koran yang terdampak wabah Covid-19. Dan saat mulai diberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) oleh pemerintah karena virus corona, adik-adik staf NARWASTU sempat juga pesimis dan mentalnya down apalagi melihat situasi ekonomi dunia. Tapi kami berserah diri pada Tuhan lewat doa-doa kami pada pagi dan sore di kantor. Kami minta kepada Tuhan supaya diberi hikmat, kesehatan dan kemampuan dalam menerbitkan media cetak seperti NARWASTU yang dana penerbitannya tidak kecil,” ujarnya.
“Tentu sambil berdoa, kami pun berusaha serta membuat strategi agar tetap eksis. Puji Tuhan, sejak pertengahan Maret 2020 sampai Agustus 2020 ini penerbitan kami lancar, dan tak ada pemotongan gaji staf. Bahkan, para sahabat NARWASTU mengirimi sembako buat staf di NARWASTU, hingga orang-orang sekitar pun bisa kita bantu dengan sembako. Itu saya imani karena kebaikan Tuhan dan kuasa doa. Kalau kita tak berserah pada Tuhan mungkin saja kita akan kesulitan dalam penerbitan media ini,” cetusnya.
Jonro Munthe menuturkan, kembali tentang kuasa doa, di sebuah artikel pernah juga ditulis kejadian di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat tentang pasien-pasien yang didoakan sekelompok pendeta. “Ternyata pasien yang setiap hari didoakan lebih sehat dan cepat pulang ke rumah daripada pasien yang jarang didoakan. Padahal pengobatannya sama dan dokternya sama. Itulah dahsyatnya doa. Juga di Jepang pernah saya baca sebuah kesaksian tentang dua tanaman di pot yang didoakan. Ternyata tanaman yang paling sering didoakan lebih subur bertumbuh daripada tanaman yang jarang didoakan. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya ada kekuatan yang luar biasa di balik sebuah doa. Jadi sekali lagi jangan anggap remeh tentang kedahsyatan doa,” paparnya.
Jonro Munthe kemudian mencontohkan lagi hasil survei seorang teolog Indonesia yang juga mantan Ephorus Sinode GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun), Pdt. Dr. Jaharianson Saragih. Dalam penelitian Pdt. Jaharianson disimpulkan bahwa ternyata jemaat yang disiplin rohaninya lebih tinggi, kesejahteraan hidupnya pun lebih baik daripada jemaat yang disiplin rohaninya rendah.
“Pak Pdt. Jaharianson Saragih yang juga salah satu Penasihat NARWASTU meneliti disiplin rohani warga Kristen di Indonesia, yakni orang Batak di Sumatera Utara dengan disiplin rohani orang Kristen di Korea Selatan. Dalam penelitiannya, ternyata rata-rata orang Batak (Kristen) di Indonesia dalam sehari paling lama 5 atau 10 menit saja berdoa. Sedangkan orang Kristen di Korea Selatan setiap hari rata-rata berdoa antara 15 sampai 30 menit sehari. Dan kita lihat atau bandingkan saja kesejahteraan orang Korea Selatan lebih baik dari orang Kristen di Sumut. Sehingga disiplin rohani itu penting diperhatikan,” ujarnya.
“Sehingga benar ayat Alkitab yang menyebut: Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka segalanya akan ditambahkan kepadamu. Pak Pdt. Jaharianson Saragih ini juga dikenal seorang hamba Tuhan yang punya karunia mendoakan jemaat. Pernah dalam sebuah acara kebaktian kebangunan rohani (KKR) di Sumut akan turun hujan lebat. Secara logika tak mungkin hujan berhenti saat itu, dan ada kala itu ribuan orang jemaat yang hadir. Tapi Pdt. Jaharianson berdoa dan memohon kemurahan Tuhan untuk meminta hujan agar berhenti. Benar saja, Tuhan menjawab doanya, dan hujan berhenti. Dan Pak Pdt. Jaharianson mengatakan, mukjizat itu terjadi karena kuasa Tuhan, bukan karena dia. Di situlah kita saksikan kuasa doa,” terangnya.
Dan Ely Radia Alsa selaku pimpinan Menara Doa Banten mengatakan, mereka sangat dimotivasi dengan kesaksian dan paparan rohani oleh Jonro Munthe. “Atas nama pengurus Menara Doa Banten kami menyampaikan terima kasih atas kesediaan bapak untuk memberi kesaksian dan motivasi. Kami berdoa buat Majalah NARWASTU dan media-media Kristen di Indonesia supaya terus diberkati Tuhan. Karena NARWASTU sebagai media Kristen yang cukup terkenal di Indonesia juga dipakai Tuhan sebagai alatNya untuk menyuarakan kabar baik. Dan selama ini kami tahu Majalah NARWASTU dan timnya sangat giat juga mengadakan aktivitas doa di kantornya sebelum dan sesudah beraktivitas. Dan ada pula tim doa Majalah NARWASTU yang sekali sebulan membuat acara ibadah di kantornya,” cetus Ely Radia Alsa yang giat mendoakan segala persoalan yang dihadapi bangsa ini bersama tim doa Menara Doa Banten. HK