Arta Peto Sinamo: Konsentrasikan Pikiran Bahwa Tuhan Selalu Ada dan Memberi yang Terbaik

215
Arta Peto Sinamo.

Narwastu.id – Di tengah wabah Covid-19 yang melanda negeri ini, kini pemerintah menggelar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dan di edisi nomor ini Majalah NARWASTU mewawancarai seorang ahli pendidikan, Arta Peto Sinamo, perempuan kelahiran Sidikalang, Sumatera Utara, 5 Juni 1960. Wawancara ini dilakukan melalui email dengan Hojot Marluga. Perempuan dengan satu putra ini adalah lulusan Master of Arts dari University of London, Inggris (1989). Sarjana dari Institut Pendidikan, London, Universitas London, Inggris (1987), Manajemen Pelatihan Guru. Gelar Sarjana, Sekolah Pelatihan Guru, IKIP Bandung (1984), Kurikulum & Teknologi Pendidikan. Pengalamannya juga berjibun.

Pernah menjadi CEO dan direktur untuk beberapa sekolah internasional (Sekolah International Stella Maris, Sekolah Victory Plus) yang masing-masing memiliki 1.000 siswa dan ratusan staf dan guru, dengan menjalankan proyek untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia (1992-1996, 2002-2007; 20014-2017).  Bejibun prestasinya melatih, paling tidak ada beberapa di antaranya. Pertama, Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Nasional pertama di Departemen Pendidikan.

Kedua, Pelopor Sistem Manajemen Bakat untuk para pemimpin sekolah di Indonesia. Ketiga, kurikulum desain baru pertama untuk konteks Indonesia, kurikulum nonpemerintah. Keempat, kurikulum pertama tentang Budaya Perusahaan di Departemen Hukum dan Keadilan. Untuk motivator dirinya di bawah PT. Spirit Mahardika, PT. Eksekusi Efektif, Dale Carnegie Inc pada topik Positive Mental Attitudes (PMA), Ethos Work, Motivasi, Keterampilan Komunikasi, Keterampilan Pengawas dan Keterampilan Kepemimpinan ke berbagai perusahaan. Selain itu, istri tercinta Edi Simanjuntak ini adalah Sekretaris Yayasan Danau Toba, Jakarta. Sejak tahun 2005 sampai sekarang penatua di Gereja Protestan Pakpak Dairi. Sejak tahun 2006 hingga sekarang Ketua Wanita Pakpak di Lembaga Borunauli Nusantara. Demikian petikan wawancara Majalah NARWASTU dengan perempuan cerdas dan religius ini.

Arta Peto Sinamo dalam sebuah aktivitas gereja.

Sebagai mantan kepala sekolah dan direktur di beberapa sekolah internasional di Jabodetabek apa yang bisa dipelajari dari disiplin pendidikan ala Barat, sekolah internasional?

Yang sangat terasa adalah bahwa konsep pendidikan itu jelas. Dimulai dari kita mau menyiapkan profil siswa yang bagaimana. Contoh kita ingin lulusan yang percaya diri, mampu berkomunikasi, pembelajar, problem solver dll. Lalu disusun indikator pemenuhan profil tersebut, kemudian dijabarkan ke dalam kurikulum. Lalu diperjelas siapa melakukan apa (peran yayasan, direktur, pimpinan, guru, anak, orangtua dan pemangku lainnya) untuk mencapai profil serta indikator siswa dimaksud. Jadi jelas sekali tujuan yang mau dicapai.

Dalam proses pencapaian tujuan di atas, sangat terasa ada ownership dan suasana demokrasi. Ada banyak cara untuk mencapai tujuan. Ruang kreativitas dan pemecahan masalah selalu terbuka dengan cara kita. Administrasi dibuat lebih sederhana. Yang penting komunikatif. Komunikasi dengan orangtua terbangun alamiah dan saling membantu. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah tapi bahkan pertama dan utama adalah orangtua.

Selain sebagai aktivis pendidik, Anda juga dikenal sebagai motivator, apa yang bisa diterapkan dari pemahaman antusiasme dalam kerja?

Motivasi bekerja datang dari kesadaran positif akan banyaknya anugerah yang kita terima. Lalu timbul ucapan syukur karenanya. Pikiran positif terhadap apapun membuat kita untuk tetap stay fokus terhadap tujuan serta bersemangat melakukannya.

Pembentukan karakter dimulai dari rumah. Bagaimana rumah dibuat jadi persamaian karakter. Rumah bukan saja tempat berlindung tetapi juga tempat pembentukan karakter?

Rumah adalah tempat perilaku asli tampak. Orangtua perlu sadar benar bahwa anak akan meniru apapun perilaku yang dilihatnya sampai anak bisa menentukan benar tidaknya perilaku. Karakter datang dari perilaku yang dibiasakan. Kebiasaan datang dari perilaku yang dilatih terus menerus. Terlatih terus terjadi kalau diusahakan dan dilakukan. Contoh dan model adalah cara jitu membentuk karakter.

Firman Tuhan berkata, hati yang gembira adalah obat, semangat yang patah mengeringkan tulang. Bagaimana memaknai ungkapan itu dalam pengaruh kerja, semangat dan sukacita, memperkuat imun terhadap tubuh?

Mampu mengelola hati, urusan lainnya sangat mudah. Pengaruh kemampuan mengelola hati 80% terhadap keberhasilan. Memilih bahagia dan sukacita bukan karena kondisi, maka urusan berikutnya menjadi mudah.

Kita diminta senantiasa bersyukur agar selalu berisi spirit dan antusias. Bagaimana mengkondisikan itu tiap-tiap waktu dalam berbagai suasana?

Caranya, selalu berpikir positif terhadap apapun yang terjadi dan ada. Lakukan self-talk dan daftarkan hal-hal positif yang ingin dicapai. Bila ada masalah, selalu melihat sisi positifnya. Bila ada kata negatif, langsung sadar dan ganti dengan kata positif. Bila sudah melakukan yang terbaik, nantikan bagian Tuhan yang bekerja untuk kita.

Pengalaman Anda sebagai perempuan dan pemimpin, apa yang harus dimiliki seseorang soal perempuan pemimpin yang bertanggungjawab, keahlian memimpin dalam membawa perubahan yang lebih baik?

Punya karakter utama integritas, percaya diri, sadar diri, bertanggung jawab dan kemampuan mengelola stres/kesulitan/tantangan. Punya keterampilan memimpin seperti menyusun target, kerja sama, kerja tim, berkomunikasi terutama mendengarkan, mengelola konflik dan supervision skills. Punya pengetahuan dan wawasan. Ini bisa dipelajari. Yang paling sulit adalah yang dua di atas. Apalagi karakter atau sikap tidak ada yang instant. Bahkan, dia terasah lewat problem dan masalah pelik.

Perempuan punya peran strategis, selain melahirkan, merawat dan mendidik generasi baru. Pertanyaannya, apa yang mesti dilakukan seorang perempuan untuk mengantarkan generasi baru agar bisa tampil dan terampil di masanya?

Seorang perempuan harus jadi pembelajar. Bisa belajar dari mana saja, siapa saja dan kapan saja. Selalu terbuka terhadap perubahan. Never stop learning. Teknologi banyak memaksa kita untuk berubah dan belajar. Pilih teman dan lingkungan yang membangun dan menjaga kita untuk tetap positif.

Perempuan jelas setara dengan laki-laki, berpartner dalam membangun rumah tangga. Menurut Anda bagaimana setara itu dijalankan dan berjalan sebagaimana mestinya?

Setara selalu dimulai dari kesadaran bahwa kita bersama, semua penting dan semua melakukan hal yang sama tapi beda peran, bila diperlukan. Pekerjaan rumah bisa dilakukan siapa saja. Tidak harus perempuan di dapur terus. Laki-laki pun bila perlu, bisa berganti-ganti sesuai kondisi. Cari duit, perempuan pun bisa. Anak laki-laki dan perempuan pun perlu dilatih life skills termasuk domestic skills.

Siapa tokoh idola Anda, model sosok perempuan Indonesia yang pantas diteladani?

Tuhan Yesus. Mama, boru Limbong, Kartini dan ompung boru Jan Ethes.

Karakter dan keberanian berjuang itu dimulai dari penemuan diri yang benar. Menemukan jati diri dan potensi diri. Merasa berharga, percaya diri, menyadari kekuatan dan potensi dirinya. Lalu, apa yang mesti dimiliki seseorang untuk bisa bertumbuh?

Kemauan untuk terbuka dan belajar. Tentukan target dan tujuan yang ingin dikembangkan. Lihat sekeliling, apa yang bisa dikembangkan dan dilakukan agar bisa menantang kita untuk lebih bertumbuh. Rayakan kemajuan dan pertumbuhan itu meskipun kecil. Yang penting sudah tambah. Cari teman, lingkungan yang mendorong kita untuk tumbuh bersama.

Orang Timur selalu mengutamakan rumah pembentukan karakter. Katanya Barat mendorong kemandirian diri, apa beda keduanya dalam soal budaya. Apa positif dan negatifnya?

Saya mengamati makin tipis peran rumah dalam membentuk karakter. Mungkin karena orang tua makin sibuk dan kerja di luar rumah. Makin banyak diserahkan ke sekolah, gereja dan orang lain. Ini tidak betul. Mau di mana saja sebenarnya kemandirian itu penting ditanamkan. Semua membutuhkan. Hanya melatih kemandirian, perlu tega dan sabar. Tega untuk anak makan sendiri, tega untuk kotor, tega untuk mandi sendiri, sabar untuk melihat berbuat salah dan bangkit lagi. Kemandirian adalah salah satu karakter yang diperlukan. Karakter adalah kualitas pribadi yang dilatih dengan waktu yang lama dan itu menjadi tonggak keberhasilan seseorang.

Bagaimana menjadikan rumah tempat yang ramah terhadap seluruh pengisinya. Bagaimana menciptakan situasi di rumah dengan fun, relaks dan sukacita?

Buat rumah sebagai tempat yang nyaman, bersih dan enak suasananya. Home sweet home. Ciptakan kondisi di mana suasana tidak selalu seperti yang saya mau, tetapi yang kita mau. Berantakan sedikit tidak apa, asal untuk kreativitas dan pembentukan bakat dan talenta. Buat rumah dan suasana makan sebagai tempat untuk diskusi, beri pendapat, input dan perayaan bersama. Lakukan kegiatan rumah bersama. Yang satu masak, yang lain ngepel, yang lain nyapu halaman. Yang satu mencuci pakaian, yang lain menjemur. Begitulah, maka tercipta equality kesetaraan dalam banyak hal.

Keberhasilan manusia juga ditopang relasi, hubungan dengan sesama. Bagaimana membangun relasi?

Selalu berpikir dalam membangun komunikasi dengan orang adalah, apa yang baik yang saya bisa lakukan kepada orang lain. Kunci dalam berkomunikasi adalah “listen” mendengarkan yang tersirat di balik kata dan perilaku orang lain. Lakukan saja dengan tulus dan tak usah minta pujian balik. Kerjaan saya sekarang banyak mengelola komplain, iya dengarkan, sabar dulu saja. Pasti customer is always right. Setelah ketemu masalah utama, lakukan dan nanti mereka pasti jadi teman lagi.

Di situasi teror wabah Covid-19, sekarang seluruh masyarakat diminta taat pada aturan pemerintah agar secepatnya bisa memutus wabah Covid-19 cepat berlalu. Bagaimana soal ketaatan, bukan ketakutan?

Taat yang betul lahir dari kesadaran, bukan karena takut. Taat karena sadar bahaya, sadar akan apa yang harus dilakukan serta sadar akan peran kita dalam memutus pandemi.

Arta Peto Sinamo aktif dalam berbagai kegiatan.

Rusaknya alam dipercaya karena manusia mengeksploitasi alam berlebihan. Dari sisi pendidikan apa yang harus ditekankan ulang tentang edukasi manusia tentang alam?

Saya makin sadar bahwa banyak hal yang dipelajari dalam pendidikan ternyata sampah. Dia tidak punya “nilai kekekalan” atau ada manfaatnya dalam hidup. Yang banyak dilatih bukannya tentang kesadaran, kecintaan kepada Tuhan, sesama termasuk kepada alam. Yang dilatih adalah kreativitas dan rasa kurang terus dan kompetisi yang tak berujung. Akibatnya over eksploitasi. Apapun dilakukan demi pemuasan hawa nafsu, daging lagi bukan roh dan jiwa. Bahkan, kita dikelilingi oleh pengambil kebijakan yang “instant thinkers” yang hanya memikirkan jabatan dan membuat kebijakan yang hanya dipermukaan.

Dalam kesulitan manusia diminta untuk memetik makna. Lalu bagaimana menemukan makna dalam keadaan masalah besar sedang melanda dirinya?

Mampu memetik makna dari situasi pandemi ini apabila ada sikap rendah hati dan tidak menyalahkan orang lain, pemerintah dan yang bukan dirinya. Lalu kita bertanya dengan diri sendiri, bagaimana saya melihat masalah ini?   Putuskan untuk menerima masalah apa adanya dulu.

Kalau ada emosi di situ terima saja emosi itu. Mau sedih, menangis, kesal dll, terima saja dulu. Setelah emosi datar dan reda, biasanya kita lebih bisa berpikir netral. Ini disebut logis. Mulai daftarkan apa yang salah yang saya lakukan selama ini. Ini juga tidak mudah karena kita cenderung ego dan merasa diri benar. Jadi perlu waktu. Cari penyebab kesalahan, pikiran kitakah, cara kita, strategi kita atau faktor lain. Tetapi tetaplah cari dari diri. Jangan salahkan orang lain. Datanglah dengan ide-ide perbaikan yang bisa dilakukan ke depan. Mulai dari yang kecil, tidak apa. Tekadkan semangat, bulatkan hati dan teruslah berjalan.

Pandemi ini meneror seluruh penghuni dunia. Dunia penuh dengan ketakutan dan mudah berputus asa. Apa saja yang bisa dilakukan untuk menghadapi hal ini?

Sangat wajar dan takut di tengah dunia yang sudah di 4:0 dan 5:0. Datangnya tiba-tiba dan tidak sempat berpikir dan antisipasi. Kita diingatkan bahwa hidup ternyata ambyar…ambyar. Istilah Didi Kempot. Hidup itu fana dan tidak berdaya kepada virus yang besarnya seperseribu debu. Seiring waktu, kita diingatkan untuk kembali ke hakekat, ke basic, ke hal yang paling utama, home, keluarga, kasih sayang, hubungan intim dan hal basic lainnya. Kita sebenarnya tidak butuh banyak. Lihat, pakaian selemari, sepatu, tas, jam, dan lainnya. Kapitalisme telah merambah hidup kita sehingga kita merasa kurang terus, tambah terus dan terjebak dengan konsumerisme. Kembalilah kepada  yang basic. Yang perlu saja. Yang hakiki saja. Yang kekal saja, yang punya nilai tambah saja. Masuklah ke “new normal” yang mencerahkan, menggembirakan dan membuat kita jadi manusia baru, batin dan lahiriah.

Dalam setiap situasi kita diminta untuk bersyukur senantiasa. Menurut Anda, masih bisakah bersukacita dalam keadaan sulit. Bagaimana caranya?

Bisa, dengan latihan dan kesadaran baru. Konsentrasikan pikiran bahwa Tuhan ada dan selalu memberi yang terbaik. Tuhan adalah pemelihara. Percaya saja.Tidak pakai akal tapi pakai iman. Ucapkan kata-kata positif dan isi pikiran yang positif juga. Bila ada negatif, cepat sadar dan ganti kata-kata kita dengan yang positif. Sukacita dan bahagia adalah pilihan pikiran dan hati. Bukan karena kondisi dan situasi. Kita pilih untuk sukacita dulu, nanti reaksi terhadap situasi pasti jadi positif.

Terkadang dalam pemikiran awam tak bisa menjadikan pekerjaan adalah pengabdian. Bagaimana kerja sebagai pelayanan dijalankan?

Pengabdian dan pelayanan membutuhkan kerendahan hati. Pekerjaan itu kita lakukan untuk siapa dan apa manfaat pekerjaan dilakukan? Kalau itu jelas, maka pasti menjaga motivasi kita untuk tetap secara sukarela dan rendah hati melakukan suatu pekerjaan. Meskipun mungkin membosankan dan mengulang-ulang, tapi bayangkan bila kita tidak sampai bekerja? Malu terhadap diri sendiri, keluarga, orang tercinta, mertua, tetangga. Selalu katakan kepada diri bahwa pekerjaanku berguna, dia adalah salah satu link untuk ke kerja berikutnya. Yakinkan diri bahwa kita berharga dan berguna untuk orang lain.

Sebagai orang Kristen kita diminta membawa kebaikan untuk sesama, bagaimana kita memberi peran untuk itu?

Bagi orang yang sudah selesai dengan dirinya, hal ini lebih mudah. Meskipun masih dalam proses menuju lebih baik, selalu beri ruang untuk berbagi kepada orang lain. Memberi meskipun kita masih kekurangan. Melayani meskipun kita masih sibuk. Berdoa meskipun kita banyak masalah. Selalu menghitung berkat-berkat yang kita terima. Berterima kasih untuk semua yang ada sekecil apapun itu.

Soal pelayanan, selain di ruang profesional, bagaimana ceritanya keaktifan Anda di pelayanan gereja?

Sejak kecil gereja adalah tempat pertumbuhan dan pertemanan. Jadi sudah bagian dari hidup. Di gereja Pakpak Dairi Protestan (GKPPD) sebagai sintua dan pembina kaum ibu. Kegiatan ikut berkhotbah, memimpin Pemahaman Alkitab, kadang dirigen untuk paduan suara. Kadang ikut membina pemuda dan remaja. Lewat kelompok Borunauli Nusantara, kami melayani di berbagai gereja suku, seperti HKBP, GKPPD, GBKP, GKPS, HKI dan gereja lainnya. HM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here