Narwastu.id – Saat itu bulan September 1977 silam, ada 8 orang pimpinan Dewan Mahasiswa dari UI, ITB dan IPB, memasuki Gedung DPR/MPR-RI di Senayan, Jakarta, dan mereka memproklamirkan terbentuknya DPR Sementara. Alasannya, terjadi kevakuman lembaga legislatif: DPR yang baru terpilih belum dilantik, dan DPR lama telah dibubarkan. Tak ayal, dunia politik negeri ini dan media pun heboh.
“Kami dinyatakan makar dan buron. Kurang dari seminggu, kami digrebek pasukan militer dan langsung dibawa ke Kodam Jaya di Cililitan. Teror pun dimulai, interogasi 14 jam hingga pukul 2 subuh. Melelahkan, dan kami pun ditahan. Hal ini mengundang mahasiswa turun ke jalan menuntut pembebasan kami. Pangkopkamtib Laksamana Sudomo akhirnya setuju. Pemerintah juga menyadari aspirasi mahasiswa, sejak itu sebelum DPR baru dilantik, DPR lama disebut memasuki masa reses. Deklarasi DPR Sementara mendorong bersatunya mahasiswa,” kenang Ramles Manampang Silalahi, salah satu dari 8 pimpinan Dewan Mahasiswa itu, dan dis dari ITB.
Lalu, atas kesepakatan, pada akhir Oktober 1977 dilaksanakan Pertemuan Dewan/Senat Mahasiswa Se-Indonedia di Bandung, dan Ramles dipercaya sebagai ketua pelaksana. Di akhir pertemuan, dikeluarkan Pernyataan Sikap yang menohok, “Kami DM/SM Se-Indonesia menuntut diadakannya Sidang Istimewa MPR untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Soeharto.” Gelombang gerakan mahasiswa pun semakin besar. Pada Januari 1978, Dewan Mahasiswa ITB mengeluarkan Buku Putih dan pernyataan “Tidak Mempercayai lagi Soeharto Sebagai Presiden.”
Akibatnya kampus-kampus di Indonesia diduduki militer. Pimpinan mahasiswa dipenjarakan, termasuk Ramles, anak muda berdarah Batak yang vokal, cerdas dan nasionalis itu diciduk tengah malam. Pengadilan mahasiswa dilaksanakan serentak, namun panggung sandiwara. Ramles menulis buku pembelaan berjudul “Indonesia: Dari Abu-abu ke Kelabu.”
Ternyata pengalaman satu tahun di LP Sukamiskin membawa berkat bagi Ramles, yakni pertama kalinya ia di situ bisa membaca seluruh isi Alkitab. Setelah keluar penjara, lalu ia fokus kuliah, mengingat pesan ayahnya bahwa tujuannya ke Bandung adalah supaya menjadi sarjana. “Puji Tuhan, saya lulus ITB,” ucap pria kelahiran Perdagangan, Simalungun, Sumatera Utara, 23 November 1955. Suami tercinta Dameria boru Nadeak ini punya tiga anak, semuanya lulusan S2. Ramles yang pernah dipercaya sebagai komisaris di sejumlah perusahaan besar di Tanah Air ini, pernah juga dipercaya sebagai Ketua Umum Gaja Toba, yang merupakan komunitas alumni ITB. Ia kini juga menjabat Ketua Dewan Penasihat Keluarga Besar Silalahi Se-Indonesia.
Setelah lulus kuliah, Ramles berkonsultasi dengan tokoh penting, yang dipanggilnya abang T.B. Silalahi dan mantan aktivis mahasiswa. “Dari diskusi saya memutuskan untuk bekerja dulu sebagai profesional. Mimpinya, suatu saat akan masuk ke politik.
Saya mulai bekerja di group perusahaan Pak Siswono Yudo Husodo. Dalam hitungan bulan, saya terpilih menjadi manager terbaik. Ini sangat menyenangkan hati. Kemudian saya bertemu dengan Bapak Fadel Muhammad CEO Bukaka, teman lama wartawan majalah di jampus. Beliau menawarkan bergabung ke Bukaka sebagai asistennya. Saya setuju.
Karier saya melesat cepat. Dalam tiga tahun saya diangkat menjadi direktur dan komisaris 14 perusahaan, selain pengembangan bisnis. Saya pun kuliah MBA,” pungkas Ramles. Ekonomi Indonesia tengah bertumbuh cepat. Kredit bank sangat mudah. “Selain konstruksi sebagai bisnis inti, kami masuk ke sektor properti, jalan tol, keuangan dengan mengakuisisi Bank Intan, Asuransi Jiwa dan Kerugian, elektronik, dan lainnya,” kisah Ramles.
Kemudian ouncaknya, Bukaka mengambil alih proyek petrokimia Golden Key yang terbengkalai, karena pemiliknya melarikan diri. Pinjaman senilai Rp 1,3 triliun ke Bapindo, macet.
Sayangnya Humpuss perusahaan Tommy Soeharto berminat. Situasinya bertambah rumit tatkala hubungan Jusuf Kalla dan Fadel Muhammad memburuk, memperebutkan asset. “Di tengah situasi konflik dan krisis moneter tersebut, Pak Fadel memilih menjadi Gubernur Provinsi Gorontalo. Banyaknya tugas dan beban pikiran membuat saya kena penyakit vertigo parah. Ini membawa saya rajin berdoa dan beribadah. Melalui janji iman, bila sembuh saya akan fokus melayani Tuhan. Puji Tuhan, saya sembuh. Untuk memperkuat dasar pelayanan, saya belajar teologi sampai S3 Ministry, sekalian menyelesaikan pinjaman group perusahaan ke BPPN,” terangnya.
Selanjutnya pelayanan penuh waktu dimulai Ramles di GKI Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sebagai penatua, serta mengajar sekolah teologi, dan menulis. Masa paling menggairahkan di GKI, tatkala terjadi gempa di Mentawai. Rangkaian bantuan disalurkan ke gereja lokal, berupa pangan, pemberdayaan dan pelatihan tukang untuk merehabilitasi gereja-gereja yang rusak. GKI Kebayoran Baru kemudian membantu STT SETIA, yang terusir dari kampusnya di Kampung Pulo, Jakarta Timur. “Saya ditawari dan pindah menjadi staf penuh waktu. Tugas saya mengajar dan mengembangkan manajemen di SETIA dan GKSI, yang membawa saya banyak menulis buku-buku pegangan yang dibutuhkan mahasiswa dan hamba Tuhan yang melayani di desa-desa. Kita membuat website membagikan bahan khotbah, yang mereka pakai sebagai dasar khotbahnya. Rutinitas menulis di website membuat kumpulan khotbah semakin banyak, dan saya mulai membukukannya,” tukas Ramles.
Keuangan STT SETIA dan GKSI yang selalu minim membuatnya tidak tega melanjutkan pelayanan di tempat tersebut. Setelah berdiskusi dengan pimpinan sinode, ia diperbolehkan menjalani kehidupan “dua kaki”, menjadi profesional bisnis tapi tetap pelayanan di SETIA. “Saya ditahbiskan menjadi pendeta dengan tugas melakukan pembinaan di seluruh cabang SETIA,” cetusnya. Dengan jaringan dan pengalaman sebelumnya, ia tidak sulit mendapat pekerjaan baru. Dengan cepat ia diangkat sebagai direktur. “Tapi ini membuat waktu pelayanan berkurang sehingga saya pindah sebagai penasihat di perusahaan teman yang lain. Tahun berikutnya dipromosi sebagai komisaris. Tahun lalu saya pensiun, karena ada rencana beraktifitas di dunia politik,” ujarnya.
Sesuai AD/ART GKSI, usia 60 tahun ia memasuki pendeta emeritus, karena ingin menjauh dari konflik yang terjadi di gereja tersebut. Panggilan memberitakan Injil dijalankan Ramles setiap hari melalui renungan di puluhan group WA dan Facebook. Khotbah Minggu “Kabar dari Bukit” berlangsung 7 tahun dan dapat diakses di website www.kabardaribukit.org. Website ini dikunjungi ribuan hamba Tuhan setiap minggu sebagai referensi khotbah. “Selain itu, saya siaran rohani di Radio RPK dan Heartline setiap Jumat sore.
Saat ini ada 13 buku yang saya tulis. Sebagian dicetak dipakai internal dan ada dijual online,” ujarnya. Jalan Tuhan memang misteri. Alumni ITB Batak Kristen berkumpul membentuk organisasi, mendukung pembangunan Kawasan Danau Toba (KDT). Dan pada 20 Mei 2016 berdirilah Perkumpulan Gaja Toba, Alumni ITB Batak Kristen. Ada sekitar 4.000 orang dengan berbagai ilmu dan puak. “Saya terpilih sebagai ketua umum pertama hingga tahun 2019, saat ini Ketua Dewan Penasihat.
Gaja Toba telah menyumbangkan ratusan komputer ke puluhan SMA di KDT. Kemudian ada bimbingan belajar gratis bagi siswa kelas 3 SMA, sebanyak 540 orang di 9 kabupaten setiap tahun. Ini sudah berlangsung enam tahun, kerjasama dengan Bimbel Ganesha Operation. Sungguh membahagiakan, 75% berhasil masuk ke PTN dan sebagian menerima beasiswa,” katanya.
Gaja Toba juga menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian pompa tangan kepada penduduk yang kesulitan air. Mereka juga tanami pohon kaliandra dan memberi penduduk kotak lebah dan ternak kambing. Sebagai ketua umum Gaja Toba, mereka banyak berdiskusi dengan tokoh nasional asal Sumut Luhut Panjaitan, dan para pejabat serta tokoh masyarakat yang peduli Kawasan Danau Toba. “Saya sungguh diberkati sebagai keluarga, menikah dengan Dameria Nadeak dan dikaruniai tiga anak, semua lulus S2. Yang pertama putri, kini Manajer Komunikasi Instagram Asia Pasifik. Anak kedua putra, sebagai AVP di Bank Danamon, dan ketiga putra, di BAPPENAS. Dua anak saya telah menikah dengan dua cucu. Puji Tuhan atas berkatNya,” ujar tokoh masyarakat asal Sumut yang inspiratif, dan dikenal pula ia figur cendekiawan Kristen plus profesional ini.