Charles Donerzon Sirait, S.Si Dulu Aktivis GMKI Kini Berjuang Lewat PSI

56
Ir. Charles Donerzon Sirait. Mengedukasi masyarakat agar cerdas berpolitik.

Narwastu.id-Pria Batak yang merupakan mantan Ketua BPC Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Bandung ini, adalah salah satu anak bangsa yang ingin melihat negeri ini aman, damai, rukun, adil, sejahtera dan menghargai hak azasi sesamanya. Terutama ia ingin agar umat Kristiani di negeri ini bisa terus aman beribadah dan mendapat persamaan hak serta kewajiban dengan umat lainnya. Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dulu semasa mahasiswa sangat aktif dalam aktivitas kampus dan pemuda. Di GMKI ia pernah ikut bertarung sebagai calon Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI, namun ia belum berhasil. Sebagai figur muda Kristen berdarah Batak, ia tak lelah menyuarakan supaya di negeri ini tidak ada intoleransi, gangguan beribadah dan semua pihak bisa aman menjalankan haknya.

Charles Donerzon Sirait, S.Si yang kini dipercaya sebagai Ketua DPC Partai PSI (Partai Solidaritas Indonesia) Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, sehari-harinya aktif sebagai profesional, dan anggota jemaat Gereja HKBP ini pun dipercaya sebagai Ketua Bidang OKK Asosiasi Kontraktor Konstruksi Indonesia (AKSINDO) DKI Jakarta periode 2016-2021. Selain itu, ia aktif di kegiatan gerejawi, yakni sebagai anggota pendiri Yayasan HKBP Purwakarta, Jawa Barat, yang menaungi TK Nommensen HKBP Purwakarta.

Charles yang lahir di Balige, Toba, Sumatera Utara, 1 Agustus 1974 merupakan lulus dari ITB pada 1998. Suami tercinta Tiurlan Ria boru Sianturi yang punya tiga anak, Catherine, Timothy dan Caroline ini menyelesaikan pendidikan SD, SMP dan SMA di Sumatera Utara. Dalam kegiatan berorganisasi, Sekretaris Keluarga Besar Marga Sirait di Purwakarta ini pernah menjadi Ketua Cepat Tepat Kimia Nasional (1996), Ketua UKSU ITB (1997), Ketua Kapak Indorayon (1998), Ketua GMKI Cabang Bandung (1999), Ketua Arsuka Karawang (2004), Ketua Pemuda Gereja HKBP Karawang, Jawa Barat (2005), dan anggota pendiri Batak Center. Di Pemilu 2019 lalu, ia maju sebagai Caleg DPRD Jawa Barat dari Partai Solidaritas Indonesia. Kala itu ia menggaungkan ke tengah masyarakat agar berpolitik dengan cerdas, dan menyuarakan supaya di tengah masyarakat ada kedamaian serta tidak terulang aksi intoleransi, seperti gangguan beribadah pada umat Kristiani.

Figur cerdas dan nasionalis ini merupakan sahabat sejak kecil alm. Viktor Sirait, Ketua Umum BARA JP, yang sudah dipanggil Tuhan baru-baru ini ke sisiNya karena sakit. Charles yang banyak menerima gemblengan untuk berorganisasi di GMKI menuturkan, “Saya berpikir sudah saatnya generasi milenial atau anak-anak muda Kristen terjun mengurus partai politik, seperti halnya anak-anak muda di PSI. Karena masa depan bangsa ini terletak di tangan anak-anak muda. Tentu yang kita butuhkan adalah anak-anak muda yang berkarakter, cerdas, nasionalis dan mencintai bangsa ini.”

Bukan rahasia umum lagi banyak kader muda Kristen yang rontok di Pemilu 2019 lalu, kemudian tak terdengar lagi kiprahnya di tengah gereja dan masyarakat. Mereka cenderung hanya “bersuara” saat berkampanye demi mencari simpati publik, selanjutnya tak terdengar lagi suaranya. Namun tidak demikian dengan Charles Sirait. Meskipun di pencalegan di Pemilu 2019 lalu ia belum beruntung meraih kursi, namun ia punya semangat juang 45 untuk terus berjuang untuk kepentingan masyarakat. Sikap gigihnya itu tak lepas dari pengalamannya saat digembleng di GMKI, yang memang menyiapkan para kadernya supaya tinggi iman, tinggi ilmu dan tinggi pengabdian.

Apalagi Charles Sirait pernah menjadi aktivis mahasiswa dan mantan Ketua BPC GMKI Bandung. Di samping itu, ia termasuk figur muda yang berani dan Pancasilais. Bagi Charles, Partai Solidaritas Indonesia yang dimotori mantan reporter TV yang jelita dan cerdas Grace Natalie Louisa (Ketua Umum PSI) serta pengacara Plt. Sekjen PSI Dea Tunggaesti adalah partai politik alternatif di Tanah Air yang tegas membela NKRI dan penegakan ideologi Pancasila serta tegas menentang korupsi dan bahaya intoleran (Teroris) yang jadi momok di negeri ini.

Menurutnya, ia dulu tertarik jadi caleg PSI karena parpol ini selain dimotori orang-orang muda, juga menentang pragmatisme politik dan money politics. Dia masuk ke PSI karena parpol yang pernah dimasukinya saat Reformasi bergulir, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 45 tak bisa ikut pemilu. Dan ia pernah berkiprah di partai Kristen yang pernah berjaya di Pemilu 1955 itu.

Kala terjadi gejolak di Parkindo 45, Charles Sirait sempat ditarik Plt. Ketua Umum Parkindo 45 Yesri Tandiseru sebagai Plt. Sekjen Parkindo 45. Lalu, setelah suasana di parpol ini kondusif, lalu ia diminta para kader PSI di Purwakarta, Jawa Barat, memimpin PSI. Sekadar tahu, sejak mahasiswa Charles sudah getol meminta Indorayon, pabrik pulp raksasa 1di Porsea agar ditutup pemerintah karena dianggap merusak lingkungan di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

PSI, bagi Charles, adalah parpol nasionalis yang dimotori anak-anak muda energik yang ingin negeri ini mengutamakan politik yang beretika dan mempertahankan ideologi Pancasila. Aksi aksi intoleran, seperti yang pernah terjadi di berbagai daerah di Tanah Air, yaitu penutupan rumah ibadah umat Kristen kerap disuarakan PSI supaya diperhatikan pemerintah. Demikian juga masalah korupsi seperti di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta kerap dikritisi anggota DPRD PSI. Sekadar tahu, sejumlah anak muda dari Kabupaten Toba akhir-akhir ini sudah menggaungkan nama Charles Sirait sebagai figur muda yang kelak bisa menjadi calon bupati. Pasalnya, ia dinilai sosok muda yang cerdas, berani, nasionalis, berjiwa pelayan dan peduli kampung halaman.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here