Narwastu.id – Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Perpulungen Makassar menggelar seminar dengan tema “Tahapan Pekabaran Injil Hingga di Kalak Karo” (Matius 28) di Kapel Sekolah Tinggi Teologia (STT) Intim, Makassar, pada Sabtu, 8 Juli 2023. Pdt. DR. Yakub Ginting, S.H., CN., MKM., yang menjabat sebagai Hakim Agung MA-RI didapuk sebagai pembicara dalam seminar tersebut. Dan ia menceritakan tentang sejarah masuknya agama Kristen melalui misionaris dari Eropa sampai ke Tanah Karo, termasuk beragam kendala yang dihadapi akibat pengaruh budaya yang sudah mengakar di lingkungan warga Karo pada umumnya dan lingkungan GBKP pada khususnya.
Seperti kita ketahui pekabaran Injil di Tanah Karo (Sumatera Utara) terbagi menjadi dua kurun waktu oleh Lembaga Penelitian dan Studi DGI, yakni Masa-masa Permulaan (1890-1906) dan Masa-masa Penanaman dan Penggarapan (1906-1940). Dan pengabaran Injil pertama kalinya dilakukan oleh salah satu misionaris asal Belanda bernama Pdt. H.C. Kruyt. Ia datang bersama Nicolas Pontoh dan menetapkan Desa Buluh Awar menjadi lokasi pertama untuk penginjilannya, mengingat desa tersebut berada pada jalur lalu lintas dan ke dataran tinggi Karo. Pendekatan yang dilakukan Kruyt menggunakan budaya setempat dengan mempelajari adat istiadat serta bahasa yang digunakan sehari-hari. Termasuk melakukan hal-hal yang baik sebagai cara untuk mencairkan suasana agar keakraban terjalin.
Berbagai kendala dihadapi Kruyt, mulai dari kebencian orang Karo kepada orang Belanda sampai dengan ancaman terhadap nyawa mereka. Namun, Kruyt tidak patah arang, ia justru menempatkan tenaga penginjil untuk berada di lima pos pelayanan. Tidak hanya itu, Kruyt rela untuk mempelajari cara pengobatan secara tradisional masyarakat setempat, perawatan dan obatan-obatan (medis), sehingga kapan dan di manapun siap melayani bagi yang membutuhkan. Yang dilakukan Kruyt dan penginjil lainnya tidak sia-sia, pada 22 Agustus 1893 pembaptisan pertama dilakukan terhadap enam orang suku Karo di Desa Buluh Awar. Sementara pada 24 Desember 1899 ditahbiskan Gereja Batak Karo pertama di Buluh Awar.
Seiring berjalannya waktu, pada masa penanaman dan penggarapan (1906-1940) telah dilakukan berbagai pembangunan. Seperti poliklinik, rumah sakit, sekolah, pertanian (irigasi), serta sarana dan prasarana lainnya untuk menggerakkan ekonomi yang ada. Dari situ, kemudian Gereja Karo dikenal dengan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) cukup berkembang walaupun sangat lambat. Penginjilan terus berkembang ke wilayah sekitarnya seperti ke Kabanjahe, Puncur Batu (1927), Langkat (1921) sekaligus pentabisan gereja pertama tahun 1929. Sementara di Medan telah diadakan kebaktian (1937) dan Jakarta (1939). Di tahun yang sama telah ada pula perkumpulan masyarakat Karo Sada Kata dan perkumpulan masyarakat Karo Sada Perarih di Bandung.
Seminar yang dikemas cukup menarik dengan moderator, Elisabeth Br. Ginting ini, menuai antusias dari jemaat GBKP Perpulungen. Selain itu, hadir DR. Lidya Tandirerung (Ketua STT Intim), Pdt. DR. Omnesimus Kambodji, M.Th (Wakil Ketua II STT Intim) serta para dekan, dosen dan undangan lainnya. Di pengujung seminar Yakub Ginting berharap, supaya dari seminar tersebut para pelayan gereja dapat mengenang dan memahami penderitaan pekabar Injil di ujung bumi serta siapa orang Karo sesungguhnya. Seminar ditutup dengan pemberian cendera mata kepada Pdt. DR. Yakub Ginting, S.H., CN., MKM., dan Sabrina Perangin-angin Pinem (istri) dilanjutkan dengan makan malam bersama. BTY