Sinode GMIT Sikapi Masuk Sekolah Jam Lima Pagi di NTT

45

Narwastu.id – Kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H., M.Si, yang memberlakukan masuk sekolah jam 5 pagi bagi pelajar di daerahnya mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT (Gereja Masehi Injili Tor), Pdt. Dr. Merry Kolimon. Dalam Persidangan Ke-50 MS GMIT, Pdt. Merry Kolimon secara terbuka di hadapan peserta yang hadir termasuk Viktor Laiskodat mengungkapkan tentang kebisingan yang didengar dan dilihatnya di media sosial (Medsos) tentang kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi itu. Menurutnya, sebelum kebijakan tersebut diberlakukan kepada masyarakat hendaknya dikaji dengan baik.

“Kami percaya bapak gubernur punya hati dan sayang kepada NTT. Kami menjadi saksi-saksinya. Untuk sekolah jam 5 pagi mungkin maksudnya baik. Tetapi jika ada pertimbangan yang menyeluruh, kebijakan seperti itu dapat menjadi kekerasan bagi anak-anak dan kontraproduktif terhadap tujuan mulia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa,” katanya semangat. Apa yang diungkapkan oleh petinggi dari GMIT bisa jadi merupakan suara dari masyarakat setempat, terutama adalah umat Nasrani. Untuk itu, Pdt. Merry Kolimon yang mewakili MS GMIT meminta ada kajian yang hasilnya disosialisasikan secara baik kepada masyarakat sebelum diberlakukan.

“Kami percaya bapak gubernur tahu kami punya hati juga untuk NTT dan apa yang kami sampaikan sama dengan Ketua DPRD, kami titipkan hal ini pula,” tukasnya. Kebijakan yang diterapkan pada 27 Februari 2023 itu untuk sementara berlaku bagi 10 sekolah di Kota Kupang. Selanjutnya akan dipilih dua sekolah yang dinilai memberi hasil yang terbaik. Kendati demikian, sampai hari ini kebijakan tersebut masih menyisakan pro dan kontra. Tentang hal itu Gubernur NTT, Viktor Laiskodat yang dari Partai NasDem itu menanggapi pernyataan Ketua Sinode GMIT itu. Menurut gubernur yang juga adalah orang dekat Surya Paloh, Ketua Umum dan pendiri Partai Nasdem itu, kebijakan yang diterapkan mengenai sekolah jam 5 pagi telah didiskusikan dengan kepala sekolah dan kepala dinas Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ketua Majelis Sinode GMIT Pdt. Dr. Merry Kolimon.

“Mengapa uang begini banyak dilawan dengan sekolah swasta yang datang dari Jakarta, yang saya tahu pasti mereka punya investasi sekitar 3% di bawah dari Provinsi NTT punya investasi? Kok tidak ada yang tembus UI 200 orang, UGM sekian dan ITS,” ujarnya. Kebijakan tersebut memang tidak untuk semuanya melainkan hanya dua sekolah saja. Dari dua sekolah unggulan itu diharapkan akan unggul dalam pengetahuan dan karakter. Viktor Laiskodat menyadari masih terdapat banyak kekurangan sehingga NTT tidak bisa disamakan dengan Jakarta atau Finlandia. “NTT dengan kekurangan infrastruktur, sumber daya kecuali uang NTT untuk dinas pendidikan dan kebudayaan 50% APBD provinsi NTT ada di dinas. Jadi DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) tanpa DAU diarahkan uang provinsi untuk APBD sudah 35% melampaui UU yang mengharuskan hanya 20%. Maka untuk menjawab uang sebanyak itu, ada desain khusus ini tidak sebuah sekolah, karena kalau fokus itu artinya tidak boleh semua,” jelas gubernur yang pernah duduk sebagai anggota DPR-RI itu.

Kebijakan itu juga mendapat tanggapan dari Muhammad Mukhlisin, Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru, bahwa alasan kebijakan Gubernur NTT diskriminatif. Karena kebijakan masuk di jam 5 pagi dinilai hanya diperuntukkan bagi sekolah yang mampu. Sedangkan yang lain bakal kesulitan. “Kebijakan tersebut hanya mempersiapkan siswa-siswi dari sekolah unggulan tertentu di Kupang, NTT, untuk masuk perguruan tinggi ternama atau sekolah kedinasan di Indonesia. Bagaimana dengan siswa-siswi di luar sekolah tersebut,” tukas Muklis. Viktor Laiskodat sadar bahwa kebijakan yang tengah berjalan tak bisa menyenangkan semua orang. Namun, ia sudah memikirkan matang-matang tentang kendala umum, keamanan sembari terus melakukan evaluasi.

Gubernur NTT Viktor B. Laiskodat, S.H., M.Si.

“Sekarang kita kasih maju supaya dikasih bangun cepat. Karena sekolahnya unggul, bukan sekolah biasa. Ini sekolah unggul,” tegas Laiskodat. Keseriusannya tersebut dalam bentuk kerjasama dengan lembaga yang dipercaya dapat mendidik siswa-siswa sehingga berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri, bahkan Harvard University. Laiskodat kembali menegaskan keberhasilannya itu juga dibutuhkan peran orang tua untuk memotivasi anak-anak mereka untuk maju dan nantinya akan menjadi pemimpin masa depan. “Yang tidak mau tidak dipaksa, monggo, geser ke sekolah lain. Banyak orang menyatakan itu pagi buta dan matahari terbit di timur itu 05.48 WITA,” cetusnya.

“Jadi mereka dipersiapkan untuk hidup di dalam pembangunan aktivitas sehari-hari. Itu filosofinya. Karena itu saya tidak akan mundur. Nanti kalau sudah tidak jadi gubernur, pengganti saya cabut saja. Tapi saya menyatakan ini penting untuk melatih mereka tes di manapun berada termasuk jika mereka ingin masuk Akmil atau Akpol,” katanya lantang. Dengan sistem yang ada ditunjang pula oleh dana yang cukup, maka Laiskodat menjamin bahwa semuanya dipersiapkan dengan baik. Karena ia percaya bahwa perubahan itu harus terjadi. Tidak terkecuali Gereja GMIT. Mengutip dari salah satu tokoh, Laiskodat mengatakan, gereja mesti keluar dari gedung untuk menuju masyarakat dengan melayani.

“Tidak ada perubahan di dunia ini yang tidak ada pro dan kontra. Karena itu, saya setuju dengan melakukan analisis serta pengkajian dan itu sedang dilakukan. Di manapun kita berada, bergereja dan berpemerintahan pun sama, try and fix it. Bukankah hari ini kesempurnaan datang karena kita latihan. Dan apakah ada seseorang yang membuat lalu tiba-tiba dia sangat sempurna? Karena itu try and fix it adalah sebuah pendekatan yang membantu kita menemukan kekurangan yang ada agar dapat diperbaiki dengan cepat,” tutur Laiskodat yang mengucapkan terima kasih termasuk kepada GMIT yang diyakininya punya motivasi yang sama ingin agar bangsa ini bisa maju dan lebih baik lagi. DBS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here