Gerakan Mencegah Daripada Mengobati (GMDM) Terus Bersuara Tentang Bahaya Narkoba

48
Tampak Irjen Pol. Tagam Sinaga (kiri) dan Irjen Pol. (Purn.) Arman Depari.

Narwastu.id – Perbincangan ini adalah dialog antara tokoh GMDM (Gerakan Mencegah Daripada Mengobati) Irjen Pol. (Purn.) Drs. Arman Depari dengan Deputi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Pol. Tagam Sinaga. Sekadar tahu, Arman Depari adalah mantan Deputi Pemberantasan Korupsi BNN, mantan petinggi di Bareskrim Polri dan selama ini dikenal gigih memerangi bahaya narkoba di Tanah Air. Ia pun termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani Inspiratif 2016 Pilihan Majalah NARWASTU”, dan ia mantan Kapolda Riau. Dan namanya dulu sempat disebut-sebut sebagai calon Kabareskrim Polri, karena pengalaman dan prestasinya yang cukup memadai. Berikut ini kami tampilkan podcast yang kami kutip dan YouTube GMDM, dan cukup menarik disimak tentang bahaya narkoba.

Arman Depari: Gerakan Mencegah Daripada Mengobati (GMDM) kembali bersama narasumber kita, Deputi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Inspektur Jenderal Polisi Drs. Tagam Sinaga. Saat ini kita melihat peredaran narkoba di Indonesia tidak menunjukkan penurunan terutama kepada mereka yang menggunakan atau pecandu. Begitu banyaknya penangkapan dan penyitaan ini dilakukan oleh aparat, namun kelihatannya narkoba masih saja beredar di tengah masyarakat secara meluas. Kabarnya selama masih ada permintaan, selama masih tinggi para pecandu dan pemakai narkoba di Indonesia, maka para sindikat juga dengan senang hati akan tetap mensupplai narkoba ke Indonesia.

Artinya bahwa sebenarnya pemberantasan bukan solusi yang pertama, melainkan adalah pencegahan. Jika kita bisa mencegah, maka tidak akan ada permintaan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, apa sih kiat-kiat yang harus dilakukan oleh masyarakat, baik individu maupun kelompok untuk mencegah beredarnya narkoba, apalagi kemudian menjadi pemakai dan pecandu. Barangkali Badan Narkotika Nasional mempunyai kiat-kiat yang perlu diketahui masyarakat, Pak Tagam.

Tagam Sinaga: Baik Pak Arman terima kasih atas undangannya. Kami merasa bahagia dan bangga untuk diwawancarai sebagai narasumber. Apa yang bapak sampaikan benar adanya sesuai dengan penelitian bersama BRIN untuk pengguna narkotika tahun 2022 memang betul meningkat sekitar 1,94% dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia, yaitu antara dari umur 16 sampai 65 tahun. Adapun strategi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional itu ada 4 strategi. Yang pertama itu ada soft power. Soft power ini dibidangi oleh Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan dan Deputi Rehabilitasi. Kemudian yang kedua adalah hard power, yaitu dibidangi oleh Deputi Pemberantasan untuk menangkap bandar-bandar narkoba serta melaksanakan tindak pidana pencucian uang. Kemudian yang ketiga adalah pelaksanaannya smart power, di sana menggunakan intelijen teknologi, kemudian development analisis.

Kemudian yang keempat adalah corporation, yaitu kerjasama baik nasional, regional dan internasional. Ada 8.961 pada tahun 2021 kawasan narkotika di seluruh Indonesia setelah kita intervensi baik intervensi di pencegahan, intervensi di pemberdayaan, intervensi di rehabilitasi dan intervensi di bidang pemberantasan. Sekarang sudah menurun menjadi 8.002 kawasan narkotika. Dari 8.002 ini ada 414 kota dan kabupaten yang akan kita gempur, ada 414 desa yang akan kita gempur di seluruh kabupaten yang ada di Indonesia terutama daerah-daerah rawannya.

Irjen Pol. (Purn.) Arman Depari saat masih aktif di Polri.

Arman Depari: Itu tadi yang disampaikan adalah program yang dilakukan oleh BNN  yang berbasiskan masyarakat. Nah, masyarakat sendiri secara individu atau mungkin masyarakat secara kelompok katakanlah keluarga para orang tua apa perannya di sini, apa yang harus mereka lakukan.

Tagam Sinaga: Peranan keluarga memang yang paling dominan. Apapun ceritanya kalau keluarganya harmonis, keluarganya komunikasinya bagus, ada pengawasan yang sifatnya membimbing anak-anaknya, memotivasi anak-anaknya agar mencapai cita-citanya, inilah sebenarnya kekuatan dan ketahanan yang paling paling efektif. Kita mengetahui tidak bisa dilimpahkan penanganan narkoba hanya kepada Badan Narkotika Nasional sesuai dengan Inpres Nomor 2 Tahun 2020. Juga dikatakan di sana seluruh kementerian dan lembaga ikut berpartisipasi untuk melaksanakan pencegahan dan pemberdayaan, khusus untuk yang rehabilitasi kita sampaikan kepada seluruh masyarakat bahwa pengguna tidak dipenjara.

Arman Depari: Dengan demikian apa tadi yang dijelaskan oleh Pak Deputi, bahwa pemberantasan dan pencegahan narkoba itu tidak cukup hanya dilakukan oleh aparat saja. Tetapi itu melibatkan seluruh masyarakat untuk mendapatkan ketahanan dan juga untuk mendapatkan seluruh potensi-potensi yang ada di tengah-tengah masyarakat bersama-sama untuk menanggulangi narkoba. Kemudian apakah ada hal-hal yang khusus yang harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, sehingga dia betul-betul terhindar dari penyalahgunaan narkoba?

Tagam Sinaga: Baik terima kasih. Keluarga sejahtera dengan penuh kasih sayang sebenarnya sudah melaksanakan pencegahan. Anak yang tumbuh dengan kasih sayang dan rasa aman dengan adanya kesempatan untuk menyatakan perasaan dan mengeluarkan pendapat serta dididik mengambil keputusan yang bijaksana, kemungkinan besar tidak akan menyalahgunakan narkoba. Kemudian kita harapkan kepada seluruh masyarakat agar menghindari dan menolak dengan tegas, tidak menggunakan narkoba, banyak kegiatan-kegiatan yang lain seperti olahraga atau melaksanakan hobi tetapi tidak dengan menggunakan narkoba.

Irjen Pol. (Purn.) Arman Depari saat hadir di acara diskusi bahaya narkoba yang diadakan Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU (FORKOM NARWASTU), dan tampak Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos (Kiri).

Peran keluarga adalah penjagaan yang paling efektif, dan diharapkan kepada seluruh masyarakat Indonesia apabila keluarga tetangga ketahuan atau terpapar penggunaan narkoba agar segera ditolong dan dibawa ke Badan Narkotia Nasional, baik di kabupaten, kota maupun di provinsi dan tidak akan diproses pidana dan akan dirawat dan itu akan dilaksanakan secara gratis dan tidak dipungut bayaran, itu yang bisa kami sampaikan dan kemudian agar kepala keluarga menjaga seluruh keluarganya, mengawasi, mengamati baik gerak gerik serta persahabatan daripada anak-anaknya. Putra putrinya pun agar selalu diperhatikan dan penuh dengan kasih sayang, perhatian dan dilihat gerak-geriknya, apakah ada yang berubah atau tidak dan diajak selalu berkomunikasi secara timbal balik, sehingga kita sebagai orang tua akan melihat perkembangan anak-anak kita untuk mencapai cita-citanya itu yang bisa kami sampaikan.

Arman Depari: Jadi pencegahan narkoba tidak cukup hanya melibatkan aparat saja atau individu. Tetapi seluruh kelompok dan lingkungan terutama keluarga harus peduli dan harus menjamin bahwa keluarganya tidak terpapar narkoba dan juga mereka tidak boleh dijauhi, tidak boleh dibiarkan, tetapi upayakan untuk tetap didekati. Dan jika mereka sudah terpapar narkoba, maka juga harus ditangani secara profesional.

Tagam Sinaga: Iya benar. Benar adanya karena kita mengetahui korban narkoba ini harus kita tolong, mereka disebut terjerat, terjerat tidak akan bisa dia mengeluarkan dirinya sendiri dari jeratan. Dia harus dibantu, dibantu temannya, terutama keluarganya jangan dijauhi atau malah dimusuhi, tapi keluarganya harus dibantu dan melepaskan dari jeratan narkotika.

Arman Depari: Mari kita bersama-sama tetap bergandengan tangan, tetap berjuang dan tetap komitmen kepada usaha-usaha yang kita lakukan di tengah-tengah masyarakat agar Indonesia betul-betul bebas dari atau bersinar. Salam sehat dan waras bahagia tanpa narkoba. TK

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here