Saat Siswa Rohani Kristen Dikabarkan Tak Bisa Pakai Ruangan di SMAN 2 Depok

120
SMAN 2 Depok, Jawa Barat.

Narwastu.id – Dikutip news.detik.com, unggahan di media sosial (Medsos) dengan narasi siswa SMAN 2 Depok, Jawa Barat, dilarang memakai ruang kelas untuk kegiatan Rohani Kristen (Rohkris) viral. Kepala SMAN 2 Depok pun memberikan penjelasan. Pada Jumat, 7 Oktober 2022, dalam unggahan yang beredar dinarasikan bahwa para siswa mengalami diskriminasi. Mereka disebut harus memakai tangga atau lorong sekolah untuk kegiatan rohani Kristen. Unggahan itu juga disertai foto yang memperlihatkan sejumlah siswa tengah duduk dan berdiri di tangga dan lorong sekolah. Ada yang mengenakan baju olahraga, ada juga siswa yang mengenakan seragam putih abu-abu.

Namun Kepala SMAN 2 Depok, Wawan Ridwan, membantah isu tersebut. Wawan menegaskan tidak ada diskriminasi yang dilakukan sekolahnya terhadap siswa kelompok agama tertentu. “Tidak ada praktik diskriminasi terhadap kelompok agama tertentu di SMAN 2 Depok. Seluruh aktivitas kegiatan keagamaan di SMAN 2 Depok sudah terfasilitasi dengan baik oleh sekolah,” tukasnya. Wawan lantas menjelaskan kronologi yang sebenarnya terjadi pada 30 September 2022 itu. Dia menuturkan peristiwa itu bermula saat ruang multiguna yang biasa digunakan siswa Rohani Kristen dalam kondisi berantakan lantaran dipakai untuk meletakkan seragam siswa kelas X.

“Oleh karena itu, untuk kegiatan Doa Pagi (Saat Teduh) bagi siswa-siswi beragama Kristen dipindahkan ke ruang pertemuan lantai 2. Informasi pindahnya ruangan sudah disampaikan oleh pihak sarpras pada hari Kamis ke kepala sekolah, petugas kebersihan (office boy), dan salah satu siswa Rohkris,” ungkap Ridwan dalam keterangannya. Wawan pun menepis jika siswanya tidak diberi ruangan. Dia mengatakan, dalam foto yang beredar itu, para siswa tengah menunggu pintu ruang pertemuan dibuka oleh petugas kebersihan. Sebab, lanjutnya, saat itu petugas kebersihan terlambat untuk membuka pintu ruangan, sementara siswa Rohani Kristen sudah datang.

Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, M.Th.

“Jadi ketika itu mereka menunggu di lorong ruang pertemuan. Jadi foto yang beredar di media sosial seakan-akan murid sedang duduk di selasar atau pelataran atau lorong karena tidak diberi ruangan untuk kegiatan, sebetulnya tidak sesuai dengan yang diberitakan,” sebutnya. Wawan juga membantah narasi bahwa staf kesiswaan sempat melontarkan kata-kata akan membubarkan Rohani Kristen. Dia menuturkan staf kesiswaan saat itu mengumumkan informasi kepada seluruh siswa bahwa kegiatan ekstrakurikuler ditiadakan sementara lantaran tengah berlangsungnya kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS).

“Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud ditujukan kepada seluruh ekstrakurikuler tanpa terkecuali selama kegiatan PTS berlangsung. Hal ini dilakukan agar seluruh siswa-siswi fokus pada kegiatan PTS. Jadi, tidak pernah ada pernyataan dari staf kesiswaan seperti yang tertulis bahwa akan membubarkan ekstrakurikuler, terlebih secara spesifik kepada Rohkris,” pungkasnya. Sedangkan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom, M.Th, dalam pernyataan sikapnya meminta Dinas Pendidikan Jawa Barat agar menindak tegas staf atau oknum di SMAN 2 Depok yang melakukan diskriminasi terhadap siswa-siswi Kristen yang akan melakukan kegiatan rohaninya. Menurut Pdt. Gomar, hal seperti ini sudah sering ia sampaikan kepada Menteri Agama dan Menteri Pendidikan agar diperhatikan.

Dan sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas, siswa-siswi di setiap sekolah harus menerima pendidikan agama dan budi pekerti sesuai agamanya. Namun, kata Pdt. Gomar, hal ini masih jauh dari kenyataan, dan dari waktu ke waktu sering dialami siswa yang di luar Islam. Sekarang, imbuhnya, memang masalah krusial adalah kurangnya kehadiran guru-guru agama Kristen dalam dunia pendidikan di sekolah-sekolah. Dan banyak siswa Kristen tidak mendapatkan pendidikan agama di sekolahnya. “Kalau kita memperhatikan Data Pokok Pendidikan Agama Kristen di sekolah negeri adalah 1 banding 8,5. Artinya, dari 8 atau 9 sekolah negeri hanya ada satu guru Pendidikan Agama Kristen,” ujar pendeta asal Sinode HKBP ini. TK

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here