Narwastu.id – Pada Jumat, 23 September 2022 lalu, di Sopo Marpingkir, Pulo Gebang, Jakarta Timur, beberapa tokoh berdiskusi di sekretariat Forum Jurnalis Batak (FORJUBA), di lantai 2. Hadir sejumlah tokoh. Bertepatan hari itu di kawasan yang sama, Ketua Umum FORJUBA, Jamida Pasaribu, menikahkan putrinya Henny Serta Uli boru Pasaribu, S.Pd, dengan Rikky Olviato Panaehan Naibaho.
Selesai acara, memberi kata-kata ucapan turut bersukacita, lalu Sekretaris Umum FORJUBA Hotman Lumban Gaol mengajak para tokoh dan sahabat FORJUBA, awalnya untuk sekadar kongkow-kongkow, duduk sejenak sambil minum kopi. Ternyata antusias ditanggapi, para tokoh yang hadir justru menggelar diskusi dadakan.
Hadir puluhan tokoh di antaranya, Sabar Martin Sirait juga Ketua Keturunan Raja Narasaon. Ada Darwis Panjaitan, yang selama ini telah mendedikasikan diri pada dunia penerbangan khususnya di maskapai Garuda Indonesia. Juga ada Drs. Ch. Robin Simanullang, jurnalis yang telah menulis biografi singkat 1.001 tokoh di Website TokohIndonesia.com. Ketua Umum DPP Forum Penulis dan Wartawan Indonesia (FPWI) ini adalah pendiri dan Pemimpin Redaksi situs web TokohIndonesia.com. Lalu ada advokat terkenal Saor Siagian adalah inisiator TAMPAK (Tim Advokat Penegak Hukum dan Keadilan). Ada Barita Purba, pengusaha yang juga Ketua Forum Peduli Demokrasi Humbang Hasundutan (FPDHH).
Diskusi pun seru dan bernas. Dalam diskusi itu mereka membicarakan berapa tema, misalnya dibicarakan kasus Ferdy Sambo dan Provinsi Tapanuli, yang lagi hangat dibicarakan. Dan kembali diperjuangkan. Konkretnya usulan agar FORJUBA sebagai kumpulan para jurnalis untuk juga memberi masukan, agar komunitas jurnalis asal Batak ini pun membahas tema tentang Provinsi Tapanuli. Jika penting menggelar diskusi, baik seminar offline maupun diskusi lewat zoom meeting. Yang hadir juga berkenan sebagai narasumber. “Saya kira FORJUBA harus memberi pikiran dan ide untuk menjadi tempat diskusi para tokoh,” demikian usul Saor Siagian. Dia sendiri mendukung komunitas ini bertumbuh, dan berbuat untuk kemajuan bersama. Saat berdiskusi, semua guyup, memberi dan mendapat tanggapan terhadap satu masalah yang sampaikan. Dari pertemuan itu FORJUBA menemukan berbagai ide baru yang dapat mengembangkan wawasan, tentu dengan diskusi ini diharapkan FORJUBA bisa menyampaikan gagasannya.
Sementara itu, Robin Simanullang, Ketua Dewan Penasihat FORJUBA mengusulkan agar FORJUBA mulai aktif dengan kegiatannya. Penulis buku trilogy, HITA BATAK A CULTURAL STRATEG ini mengatakan, “Saya berharap ke depan FORJUBA untuk peka menemukan berita yang perlu dipublis dengan baik. Saya justru berharap FORJUBA harus memberi pikirannya. Usul saya agar FORJUBA bisa menyarikan pikiran-pikiran yang ada di masyarakat Batak. Kalau bisa ada jurnal, kalau pun tidak FORJUBA harus memiliki produk, misalnya digital atau web untuk menyampaikan gagasannya. Jadi bukan lagi sekadar membuat berita,” ujar Robin Simanullang.
Diskusi yang tanpa narasumber ini, terasa penting karena mendorong yang hadir bertukar pikiran dan membangun argumen berbobot. Anggota dalam diskusi kelompok membuat penilaian atau pendapat. Lagi-lagi diskusi mendorong peserta untuk berani menyampaikan gagasannya. Adapun manfaat diskusi ini, FORJUBA merasa menumbuhkan sikap saling menghargai, menanamkan demokrasi, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman, belajar dalam berpendapat dan melatih kemampuan berbicara. HM