Seminar “Happy Family-Positif Live” di SMP Kristen Penabur Harapan Indah

100
Pembicara dan guru SMP Kristen Penabur, Harapan Indah, Kota Bekasi, diabadikan bersama Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos.

Narwastu.id – Bagaimana membentuk keluarga dan berpikir positif. Dan sekolah ini tak hanya memberi pengetahuan pada siswa, tapi juga kepada orangtua. Dan ada pelatihan dan seminar bagi orangtua. Hal itu disampaikan Ester, Kepala SMP Kristen Penabur Harapan Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat, saat membuka seminar berjudul “Happy Family-Positif Live” pada Sabtu, 24 September 2022. Seminar yang diikuti lebih dari 100 orangtua siswa ini menampilkan pembicara Pdt. Alexander Urbinas, pengajar kerohanian di BPK Penabur dari GKI Harapan Jaya. Pendeta ini merupakan lulusan STT Jakarta dari Ukrida Jakarta.

Menurut Pdt. Alexander, semua orang ingin bahagia, dan untuk bahagia orang tak cukup hanya ikut seminar dan baca buku. Di era teknologi komunikasi ini kita semua sibuk beraktivitas, apalagi di kota besar ini. Orangtua sudah biasa berangkat pagi saat subuh dan pulang juga malam di saat gelap. Dan di perkotaan komunikasi dan kebersamaan orangtua hanya bisa dilakukan saat akhir pekan. Dalam keluarga, ujar Pdt. Alexander, ada proses belajar dan mengekspresikan kasih. Keluarga tak bahagia, karena tidak bisa mengekspresikan kasih.

Anak-anak disebut bahagia, imbuhnya, bukan karena sejahtera secara ekonomi. Sesungguhnya hati dan ekspresi cinta yang bisa membangun dan membahagiakan keluarga. Sekarang ada banyak terdengar anak-anak kehilangan cinta dari orangtua dan keluarga. Tak ada teman anak lagi untuk bercerita karena orangtua sangat sibuk, sehingga anak-anak mencurahkan isi hatinya di media sosial (Medsos) atau di luar rumah. Anak-anak sesungguhnya hatinya terluka kala orangtua tak bisa dijadikannya tempat bercerita, termasuk masalah dengan lawan jenisnya.

Suasana seminar tentang keluarga di SMP Kristen Penabur Harapan Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat.

“Ada banyak anak mencurahkan isi hatinya di media sosial, sehingga orangtua pun perlu mengetahui medsos anak-anaknya,” ujar anggota pengurus PGIS Kota Bekasi, Jawa Barat ini. Katanya lagi, kenangan anak-anak bersama orangtuanya akan terbawa di dalam kehidupannya. Sehingga kenangan bersama anak mesti dibangun baik dan indah supaya masa depan anak makin baik. Pribadi anak itu, imbuhnya, sesungguhnya dibangun dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Keluarga mesti membentuk anak agar percaya diri, dan kepemimpinan seorang ayah akan sangat mempengaruhi karakter seorang anak.

Katanya, dari ayah seorang anak akan mendapatkan pertolongan, dukungan dan kepemimpinan. Sedangkan kasih dan pengorbanan diperoleh anak dari ibunya. Anak di rumah mesti dibuat nyaman bercerita kepada orangtua. “Laki-laki yang jadi suami yang baik itu produktif dalam karier, mental sehat dan tingkat kebahagiaannya tinggi. Sehingga suami mesti baik di dalam keluarganya,” pungkasnya. Di tengah kesibukan orangtua, ia perlu berkorban bagi anak-anaknya dan memberi waktu berkualitas bagi anak-anaknya.

Tampak Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos (kiri) diabadikan bersama Pdt. Alexander Urbinas.

Dia menambahkan, dalam sebuah keluarga itu perlu visi, dan iman kepada Tuhan mesti ditumbuhkan. Tuhan kita butuhkan untuk menghadapi segala macam tantangan kehidupan. Keluarga yang bahagia bukan yang mengutamakan harta, jabatan atau properti. “Keluarga yang bahagia sesungguhnya adalah keluarga yang menyerahkan masa depannya hanya ke dalam tangan Tuhan,” imbuhnya. Untuk mengekspresikan bahasa cinta di dalam keluarga itu, bisa dengan kata-kata, pemberian, sentuhan dan teladan.

Di Kitab Amsal 20 ayat 7 ditulis, orang benar pasti keturunannya berbahagia. Mari kita didik anak-anak dengan kasih, kekuatan dan teladan, bukan dengan ketakutan, ejekan, keluhan dan perlawanan. Guna memperkuat komitmen di dalam keluarga, maka kata Pdt. Alexander, perlu diperhatikan janji agar ditepati, prioritas pada keluarga dan miliki waktu berkualitas bagi keluarga. Saat ada peserta seminar bertanya, bagaimana mengekspresikan amarah yang positif di dalam keluarga, Pdt. Alexander mengatakan, seperti ditulis Alkitab, amarah kita sudah harus padam sebelum matahari terbenam.

Dalam kesempatan itu Pdt. Alexander pun bercerita tentang isi sebuah film produksi Singapura, yang menarik ditonton karena berkisah tentang keluarga. Diceritakan di film itu, ada sebuah keluarga yang hidup sibuk setiap harinya, dan ayahnya seorang pengacara sukses. Setiap hari si ayah mesti dibayar klien per jam saat berbicara umtuk jasanya. Dan jam-jam setiap hari itu dilalui si ayah untuk meraup uang, sehingga lupa pada anak-anaknya. Dan tak pernah ia berbicara lagi dengan anak-anaknya yang butuh cinta dan perhatian orangtua. Hingga suatu saat ia ada kesempatan bicara sebentar dengan ayahnya, si anak berkata: Saya menabung uang untuk membayar ayah per jam supaya bisa bicara. Dan ini sangat memukul hati si ayah, yang tak sadar lupa pada anak yang dicintainya, karena sibuk bekerja. Ini, kata Pdt. Alexander, sebuah renungan bagi para orangtua. TR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here