Narwastu.id – Pada Jumat malam, 10 Desember 2021 lalu kembali Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU (FORKOM NARWASTU) mengadakan ibadah dan diskusi akhir tahun 2021 bertajuk “Refleksi Akhir Tahun 2021 dan Posisi Umat Kristiani di Indonesia” bersama tokoh-tokoh nasionalis dan pemuka gereja. Acara ini diadakan secara hybrid atau online (Zoom) dan tatap muka terbatas di Restoran Munik, Matraman, Jakarta Timur. Ibadah menghadirkan pengkhotbah Pdt. DR. Nus Reimas (Pemuka gereja aras nasional dan Pembina NARWASTU) dan MC Pdt. DR. Tema Adiputra (Anggota Pengurus FORKOM NARWASTU dan penyiar senior di Radio RPK).
Dalam renungan yang disampaikan Pdt. Nus Reimas disampaikan, dalam kehidupan ini ada tiga waktu yang kita hadapi, yakni kemarin, hari ini dan esok. Lalu di akhir tahun 2021 ini apa pengalaman hidup yang sudah kita alami. Apakah saat kita pakai masker dan mulut kita tertutup karena masih digoncang pandemi Covid-19 hidup kita yang dianugerahi Tuhan ini sudah kita pakai untuk memuliakanNya. Dan apakah kita sudah merenungkan apa makna hidup ini. Hidup kita yang dianugerahi Tuhan ini merupakan ujian, kepercayaan dan kesempatan, sehingga harus kita syukuri.
Pdt. Nus Reimas menambahkan, Tuhan mengajarkan kepada kita agar hidup kudus, sehingga kita harus mau meninggalkan dosa-dosa kita. Seperti Musa, dia berkenan di mata Tuhan serta mau meninggalkan kehidupan lama, sehingga 40 tahun ia dipakai Tuhan guna memimpin bangsa Israel. Karena Musa hidupnya berkenan di mata Tuhan dan ia kudus, maka Tuhan memakainya jadi alat Tuhan. “Apa yang dipakai Tuhan pasti diberkatiNya. Sehingga kita harus mau hidup bersih, karena saat kita hidup kudus, maka Tuhan akan melakukan perkara-perkara besar di dalam hidup kita,” ucap Ketua Majelis Pertimbangan PGLII dan Ketua Dewan Pembina LPMI serta Penasihat FORKOM NARWASTU ini.

Usai ibadah dilanjutkan dengan diskusi, dan narasumber utama Pdt. DR. Ronny Mandang, M.Th (Ketua Umum PGLII) dan Gregorius Seto Harianto (Tokoh nasionalis, mantan anggota DPR-RI dan anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR-RI) serta penanggap Prof. Dr. Marten Napang, M.H., M.Si (Ketua FORKOM NARWASTU), dan Jhon S.E. Panggabean, S.H., M.H. (Advokat senior dan Bendahara FORKOM NARWASTU) serta moderator Ir. Albert Siagian, M.M. (Anggota pengurus FORKOM NARWASTU dan mantan Wakil Ketua Umum DPP GAMKI).
Pdt. Ronny Mandang menyampaikan, di masa pandemi Covid-19 ini kita melihat kehidupan umat beragama banyak mengalami perubahan, seperti ibadah melalui online, dan ada banyak perubahan-perubahan yang terjadi di tengah umat beragama, termasuk di tengah umat Kristen atau di lingkungan gereja. Sekarang bagaimana gereja dalam mempersiapkan umatnya di dalam menghadapi situasi saat ini, termasuk di dalam membangun kerukunan umat beragama, ikut menyampaikan suara keadilan dan kebenaran serta menyikapi bahaya seperti terorisme dan radikalisme.
Di sisi lain, Pdt. Ronny menuturkan, semua anak bangsa termasuk umat Kristen mesti ikut menjaga supaya Pancasila jangan terus digerus, dan paham radikalisme serta ormas-ormas radikal mesti dilawan. “Di Indonesia ini kita terus berjuang dengan doa, iman dan kasih. Termasuk masyarakat Kristen di Papua yang menghadapi persoalan kita suarakan kepada pemerintah supaya jeritan hati mereka diperhatikan. Kita jangan sampai dianggap minoritas, tapi kita pun bagian dari bangsa yang besar ini,” ucap Pdt. Ronny sembari menyebut bahwa negara jangan sampai dianggap gagal melindungi warganya karena tak bisa memberikan keamanan, sehingga hukum mesti ditegakkan. Negara disebut gagal, katanya, bila ada diskriminasi, korupsi, negara dirugikan dan hukum diremehkan.

Sedangkan Gregorius Seto Harianto menerangkan, saat ini negara kita sesungguhnya masih belajar berdemokrasi. Umat Kristiani sebagai bagian dari bangsa ini mesti terus berkiprah untuk menunjukkan kepeduliannya untuk membangun bangsa ini. Sekadar tahu, dulu Fraksi PDKB yang pernah tampil di DPR-RI pada 1999-2004 sudah menunjukkan dirinya tampil berani menyuarakan yang baik dan benar sekalipun hanya lima kursi di DPR. “Saat itu kami bersyukur tokoh-tokoh gereja seperti Pak Pdt. Nus Reimas ikut mendukung perjuangan PDKB saat berada di DPR,” ucap pria yang kini menjabat Ketua Mahkamah Partai di PDKB.
Di sisi lain, Gregorius Seto Harianto yang kini berusia 72 tahun menerangkan, di Indonesia identitas agama masih sering dimanfaatkan untuk tujuan politik. Padahal yang perlu dimanfaatkan untuk tujuan politik adalah nilai-nilai agama yang mengajarkan kebaikan, keadilan, kebenaran dan kasih. Seto pun meminta agar semua anak bangsa bisa terus bekerja profesional supaya kita dilihat orang punya karakter, integritas dan nilai, serta tidak dilihat karena agamanya. Berbicara tentang eksistensi partai politik di negeri ini, ujarnya, PDI adalah aset bangsa untuk menjaga keutuhan negeri ini, sehingga mesti dijaga supaya jangan sampai pecah seperti yang lain.
Prof. Marten Napang menerangkan, sebagai orang beriman kita percaya bahwa pemerintah adalah wakil Tuhan di dunia ini. Dan pemerintah kita terus hadir melayani rakyat, termasuk melindungi rakyat di dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. “Bagaimana kita menjaga demokrasi di negara yang majemuk ini, itulah tantangan kita. Sekarang kita sebagai negara majemuk mesti saling menghargai dan menghormati. Sekarang masalah terorisme, intoleran dan radikalisme sesungguhnya semakin mendorong kita supaya saling menguatkan dan bersatu,” pungkas pria yang sejak muda aktif di organisasi mahasiswa, termasuk di GMKI, GAMKI dan KNPI itu.

Fenomena yang terjadi sekarang, kata Prof. Marten, pendidikan terus meningkat karena pandemi Covid-19, kehidupan sosial terganggu, belajar lebih banyak di rumah lewat online, sehingga rumah kini menjadi sekolah atau kampus bagi mahasiswa dan pelajar. “Dan kita sebagai murid-murid Yesus harus peduli di tengah situasi ini, termasuk pengusaha-pengusaha Kristen bisa membantu para buruh yang terkena PHK akibat gempuran Covid-19 yang membuat ekonomi banyak orang amat terganggu. Dan saat ini ada banyak keluarga-keluarga menghadapi masalah keuangan, karena pendapatan dan pengeluaran tak seimbang lagi,” cetus mantan salah satu Ketua DPP Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) ini.
Jhon S.E. Panggabean menuturkan, di masa pandemi ini kita tentu ingin terus hukum berdiri tegak, sehingga dibutuhkan penegak hukum dan bermoral atau berintegritas. KPK sudah ada, itu bagus, dan kita harapkan supaya kasus-kasus korupsi besar bisa ditangani dengan adil dan segera. Di Indonesia memang kita masih berjuang untuk penegakan hukum, karena itu perlu semua pihak saling mengingatkan supaya hukum menjadi panglima. Dan, Wakil Ketua Umum DPN PERADI SAI ini berpendapat, kasus korupsi di negeri ini jangan sampai dibiarkan berlarut-larut sehingga negara kita mengalami kerugian besar.

Sekretaris Dewan Kehormatan DPN PERADI Said Damanik, S.H., M.H. juga menyampaikan kebanggaannya pada Presiden RI Jokowi yang tadinya sering diremehkan, namun ternyata bisa menertibkan ormas-ormas pelanggar hukum yang berpotensi untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. “Juga kita bangga pada Jenderal TNI Dudung Abdurrahman (KSAD) saat ia setahun lalu menjadi Pangdam Jaya dengan berani ia menurunkan baliho-baliho yang mengganggu situasi di ibukota DKI Jakarta. Dan saat itu Gubernur DKI Jakarta diam saja. Dan ini luar biasa,” ucap Said Damanik yang juga advokat senior serta mantan aktivis FKPPI dan KNPI saat mudanya.
BrigjenTNI (Purn.) Harsanto Adi, M.M. yang merupakan mantan pejabat di Kementerian Polhukam RI menuturkan di acara diskusi ini, Nikita pun dulu bisa dipakai Tuhan untuk melawan kelompok intoleran di negeri kita selain Dudung Abdurrahman. Dan ia berharap agar Tuhan terus melindungi Presiden Jokowi memimpin bangsa ini. Karena Jokowi meskipun bukan tentara, namun ia bisa tegas dan berani menyikapi kelompok-kelompok intoleran. Drs. Alidin Sitanggang, M.M., M.Th juga berharap agar di negeri ini tak ada lagi orang-orang munafik, termasuk di pemerintahan dan di tengah umat Kristen, karena itu yang sering menimbulkan masalah di Indonesia.

Sekadar tahu, di awal acara Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos, diminta pengurus FORKOM NARWASTU menyampaikan sambutan dan pengantar diskusi. Sedangkan Sekretaris FORKOM NARWASTU Sterra Pietersz, S.H., M.H. (Mantan anggota DPR-RI PDIP dan bekas Sekjen DPP PIKI) berhalangan hadir, karena ada kerabatnya sakit. Usai diskusi, kemudian dilanjutkan dengan santap malam bersama. Dan pengiring musik dalam acara ini pun menghibur para undangan dengan lagu-lagu Natal dan kidung-kidung rohani. SY