Refleksi Batak Center Atas Hari Pahlawan 10 November 2021

82

Narwastu.id – Berikut ini adalah refleksi atau sikap organisasi Batak Center atas Hari Pahlawan 10 November 2021, yang disampaikan pengurus Dewan Pengurus Nasional Batak Center, Sintong M. Tampubolon (Ketua umum) dan Jerry R. Sirait (Sekjen), yang diterima Redaksi Majalah NARWASTU baru-baru ini. Horas, mejuah-juah, njuah-juah.

Merdeka. Disertai pujian syukur dan hormat kepada Tuhan Allah yang Esa Maha Kasih, Batak Center melaksanakan acara mengenang Hari Pahlawan yang ditandai  dengan acara penganugerahan pemenang “Lomba Lagu Batak Terpopuler” yang sudah berlangsung sejak Mei 2021. Dalam acara tersebut, setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hening Cipta dilanjutkan dengan Refleksi Hari Pahlawan yang disampaikan Ketua Dewan Pembina Batak Center, Laksma (Purn.) Drs. Ir. Bonar Simangunsong, M.Sc. kemudian rangkaian acara selanjutnya dilaksanakan.

Refleksi yang disampaikan Ketua Dewan Pembina dikembangkan menjadi Refleksi Batak Center sebagaimana uraian di bawah ini: Kemerdekaan itu hak segala bangsa dan kemerdekaan itu harus diperjuangkan. Kemerdekaan bangsa Indonesia diraih dengan perjuangan dan bukah hadiah siapa pun juga, maka layaklah Indonesia disebut sebagai bangsa pejuang. Sebagai bangsa pejuang, bangsa Indonesia memiliki stamina yang tinggi untuk berjuang terbukti dengan perjuangan meraih kemerdekaan membutuhkan proses waktu yang lama yaitu kurang-lebih  350 tahun.

Dalam merebut kemerdekaan, bangsa Indonesia berjuang secara bertahap dan ada eskalasi yang menarik, luar biasa dan sistematis, yaitu diawali dengan perjuangan yang bersifat kedaerahan.

Selanjutnya pada tahun 1908 berdiri organisasi Boedi Oetomo yang melibatkan kelompok yang lebih luas di Batavia (sekarang Jakarta). Kemudian Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928  yang dihadiri kurang lebih 750 orang utusan dari berbagai organisasi pemuda Nusantara,  di antaranya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong  Islamieten Bond, Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, dan lain-lain. Kongres Pemuda II ini menghasilkan Sumpah Pemuda  yang mendeklarasikan kesadaran bersama “satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia.” Momentum itu disebut para ahli sebagai lahirnya bangsa Indonesia. Proses itu terus berlanjut hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Walaupun Belanda telah kalah dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda ingin kembali menguasai Indonesia dengan melakukan agresi militer menumpang pada tentara Sekutu yang dimotori Inggris. Sebelumnya, Belanda sempat digantikan oleh Jepang menjajah Indonesia pada saat Perang Dunia II. Begitu Jepang menyerah, maka para pejuang Indonesia dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan Indonesia ini ditujukan kepada penjajah Belanda dan seluruh dunia, sedangkan penjajahan Jepang sudah berakhir dan tentaranya kembali ke tanah airnya. Mesti diakui  bahwa Jepang ikut membidani Proklamasi Indonesia dengan membentuk  Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pada tanggal 29 April 1945.

Kedatangan Belanda untuk menjajah kembali Indonesia, tidak diterima bangsa Indonesia, maka terjadilah peperangan di beberapa wilayah Indonesia. Perlawanan bangsa Indonesia yang paling sengit terjadi pada 10 Nopember 1945 di Surabaya yang dikemudian hari diperingati setiap tahunnya oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan. Pada 10 November 2021 Presiden RI, Bapak Ir. Joko Widodo yang dihormati dan dikagumi rakyatnya, termasuk masyarakat Batak di dalamnya, melakukan tabur bunga di pusara para pahlawan bangsa di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di beberapa Taman Makam Pahlawan, selain di Kalibata, terdapat juga pusara para pejuang pahlawan dari suku Batak. Ini merupakan salah satu bukti sejarah di mana suku Batak maupun suku bangsa lainnya turut secara aktif berjuang mendirikan dan mempertahankan Republik Indonesia.

Mesti diakui begitu banyaknya para pejuang Batak yang turut-aktif dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia yang belum/tidak memperoleh anugerah Pahlawan Nasional. Merdeka, merdeka. Ondop (tetap) kata orang Batak menjawab. Bagi orang Batak, penjajahan adalah perbuatan jahat yang harus dilenyapkan. Sama seperti suku lain di Indonesia, suku Batak berjuang melawan Belanda di bawah pimpinan Sisingamangaradja XII selama tahun 1878 – 1907. Perjuangan ini termasuk  perjuangan paling lama dari perjuangan semua pahlawan Indonesia yang lain.

Sisingamangaradja XII merupakan tokoh karismatik bagi masyarakat Batak. Tidak saja berjuang melawan penjajahan (aneksasi) Belanda dalam pengertian harfiah, tetapi juga secara nyata berjuang melawan penindasan oleh kaum “priyayi” setempat, melawan ketidakadilan dan sangat menghargai kebebasan.

Itulah kemerdekaan sesungguhnya yang menjadi perjuangan dan harapan Sisingamangaradja XII, di mana masalah ketidakadilan, penindasan, dan ketidaksetaraan masih menjadi permasalahan bangsa sampai saat ini. Sisingamangaradja XII hidup dan berjuang jauh sebelum kesadaran bersama satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia dikumandangkan. Namun perjuangannya untuk merdeka pada hakikatnya merupakan “suatu mimpi bersama” suku bangsa di daerah lainnya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia memberi gelar Pahlawan kepada Sisingamangaradja XII (SK Presiden RI No. 590 Tahun 1961, tanggal 9 November 1961) dalam rangka membangun bingkai ke-Indonesiaan melalui semangat perjuangan tokoh-tokoh daerah melawan penjajahan.

Perjuangan dalam bingkai keIndonesiaan pasca deklarasi bersama Sumpah Pemuda 1928, saat dan pasca proklamasi kemerdekaan 1945 juga tidak terlepas dari kontribusi orang-orang Batak dari semua puak dalam menguatkan keIndonesiaan sebagai negara yang berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Beberapa tokoh pejuang tersebut yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah RI di antaranya: Dr. Ferdinand Lumban Tobing (SK Presiden RI No. 361 Tahun 1962, tanggal 17 November 1962), K. H. Zainul Arifin Pohan (SK Presiden RI No. 35 Tahun 1963, tanggal  4 Maret 1963), Mayjen TNI (Anm.) D.I. Pandjaitan (Pahlawan Revolusi, SK Presiden RI No. 111/Koti/1965,  tanggal 5 Oktober 1965), H. Adam Malik Batubara (SK Presiden RI No. 107/TK/1998, tanggal 6 November 1998), Jenderal Besar TNI A. H. Nasution (SK Presiden RI No. 073/TK/2002, tanggal 6 Nopember 2002), Kiras Bangun Garamata (SK Presiden RI No. 082/TK/2005, 7 November 2005), Tahi Bonar Simatupang (SK Presiden RI No. 068/TK/2013, tanggal 6 November 2013), Letjen TNI (Purn.) Djamin Ginting (SK Presiden RI No.115/TK/2014, tanggal 6 November 2014), Lafran Pane (SK Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017, tanggal 6 November 2017) dan Mr. Sutan M. Amin Nasution (SK Presiden RI Nomor 117/TK/Tahun 2020, tanggal 6 November 2020).

Tentu masih banyak tokoh lainnya yang telah berkontribusi untuk kemerdekaan dan menjaga kedaulatan bangsa Indonesia baik yang terkenal mau pun yang tidak terkenal secara nasional. Sebab di antaranya banyak pejuang pada aras daerah ditandai dengan begitu banyaknya orang Batak sebagai  veteran di seluruh Indonesia. Para pahlawan tersebut tidak semuanya hanya berjuang mengangkat senjata. Ada juga yang menjadi pahlawan  karena perjuangan dan kegigihannya di jalur diplomasi, di jalur seni misalnya  dengan membangun semangat patriotisme, atau pahlawan dengan semangat memperjuangkan hak-hak dan martabat kemanusiaan yang manusiawi, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Mereka yang mengambil bagian aktif dalam mengatasi kebodohan, kemiskinan,  ketertinggalan,  penindasan dan patologi sosial lainnya bukan saja di Tano Batak  tetapi juga di daerah-daerah lain di seluruh Nusantara.

Kita bersyukur bahwa sifat kejuangan dan kegigihan orang Batak ini masih tetap berlangsung dari generasi ke generasi hingga sekarang dan diharapkan akan tetap terjaga ke depannya di berbagai lini kehidupan sehingga bermanfaat bagi kehidupan terutama pada pembangunan di tingkat lokal, nasional,  regional maupun internasional. Batak Center (Pusat Habatakon) hadir dalam mengemban tugas  dalam pewarisan sifat kejuangan tersebut dan juga mendorong lahirnya SDM yang cerdas, sehat, tangguh, berkarakter, nasionalis dan patriotik. Penganugerahan Pemenang Lomba Lagu Batak Terpopuler versi Batak Center dilakukan bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2021. Acara ini juga memiliki alasan logis dan historis bahwa pahlawan tidak selalu mengangkat senjata atau identik dengan perjuangan fisik dalam kemiliteran.

Kita dapat mengingat kembali pada masa-masa perjuangan kemerdekaan, terdapat lagu-lagu yang memiliki peranan penting dalam membangun semangat kejuangan (heroisme), nasionalisme dan patriotisme. Komposer-komposer Batak banyak berkontribusi melalui ciptaan dan gubahan lagu-lagu perjuangan. Sebut saja lagu ‘’Bangun Pemudi Pemuda” yang diciptakan Alfred Simanjuntak, “Maju Tak Gentar” dan “Tanah Tumpah Darahku” yang diciptakan Cornel Simanjuntak, “Bhinneka Tunggal Ika” diciptakan oleh Binsar Sitompul, “Satu Nusa Satu Bangsa” diciptakan oleh Liberty Manik, dan banyak lagi komposer pejuang lainnya dan lagu-lagu yang diciptakannya sampai dewasa ini.

Syair dan lagu sangat relevan untuk membangun semangat kejuangan dalam meraih mimpi, harapan, atau cita-cita bersama. Tidak saja dalam merebut kemerdekaan, namun dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan pun membutuhkan semangat kejuangan juga. Melalui lagu-lagu tersebut, diharapkan bisa menjadi media penggugah dalam membangun semangat kejuangan dan kebaikan pada insan-insan bangsa.

Oleh karena itu, dalam menumbuhkan semangat dalam bidang seni, Batak Center berketetapan hati mengangkat dan memberikan apresiasi kepada para seniman pencipta lagu. Bahkan, seni-seni lainnya yang memberi kontribusi pada pengembangan nilai-nilai luhur habatakon dan ke-Indonesiaan. Dengan tumbuh dan berkembangnya semangat seni yang baik diharapkan akan melahirkan seniman-seniman baru, produk-produk kesenian yang berkualitas. Pada akhirnya akan muncul pahlawan-pahlawan di bidang kesenian ke depannya. Selamat Hari Pahlawan, semangat dan selalu berkarya para seniman.  Hidup orang Batak, hidup bangsa Indonesia. Semoga Indonesia semakin maju dan unggul. GT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here