Ujilah Aku Tuhan

* Oleh: Pdt. Risto Efraim Andaki

195

Narwastu.id – Ayub 23:10 ada tertulis demikian, “Karena la tahu jalan hidupku, seandainya la menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” Tidak ada pujian tanpa ujian. Ada orang di dunia ini yang mencari pujian dalam hidupnya. Cari panggung, begitu ungkapan yang sering terdengar dalam dunia politik. Tapi jangan salah. Keinginan yang sama juga telah merasuki pikiran banyak orang, bahkan dalam pelayanan gereja pun kadang terjadi. Mengharapkan pujian, mencari pujian hingga mengagung-agungkan pujian. Pujian yang sejati yang kita rindukan mestinya datang dari Tuhan.

Mengapa? Pujian yang datang dari Tuhan pasti diikuti dengan mengalirnya berkat dari sorga. Bukan pujian kosong, sesaat, seperti yang keluar dari manusia.

Tapi siapkah kita masuk dalam ujian?

Kisah kehidupan Ayub adalah sebuah pementasan drama kehidupan yang sangat luar biasa. Mengandung prinsip-prinsip kehidupan yang sarat/penuh dengan perjuangan. Bayangkan, dalam sehari sepuluh anak-anaknya meninggal. Harta bendanya habis dalam sekejap. Kesehatannya amblas disapu penyakit kulit berbau busuk dari atas kepala hingga ke ujung kaki.

Bagaimana reaksi Ayub menghadapi ujian maha berat itu? Mundurkah ia dari hadapan Tuhan? Menyangkali imannya terhadap Tuhan? Menyalahkan Tuhankah atas semua derita itu? Jawabannya, tidak!

Sebuah Ibadah di GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) Jemaat Harapan Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Ayub tetap menjaga imannya kepada Tuhan. Ayub bergeming/tidak bergeser setapak pun melihat kenyataan hidup yang bagi banyak orang tidak adil itu. Ayub sadar bahwa semua itu adalah ujian karena Tuhan tahu jalan hidupnya. Ayub 23:10, “Karena la tahu jalan hidupku; seandainya la menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”

Ayub juga tahu siapa yang ia percayai.

Ayub 19:25, “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya la akan bangkit di atas debu.” Ayub menghadapi dan menjalani semua derita hidupnya, tanpa mengeluh, tanpa menyalahkan Tuhan. la mengarungi samudra kehidupannya dengan tekun. Lihatlah apa yang terjadi kemudian.

Ayub 42:12-13, 15-16 Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.

la juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan.  Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki. Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu – cucunya sampai keturunan yang keempat.

Wow, hebat bukan? Tuhan memuliakan Ayub dengan cara memberkatinya lebih dari hidupnya sebelum menghadapì ujian.

Memang tidak ada pujian tanpa ujian.

Karena itu jangan takut dengan ujian. Ayo hadapi ujian bersama Tuhan yang menguji, kita akan keluar lebih dari pemenang.

 

 

* Penulis adalah Pendeta di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Harapan Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here