Narwastu.id – Pada Jumat sore, 28 Mei 2021 lalu, Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan Majalah NARWASTU (FORKOM NARWASTU) menggelar ibadah syukur atas HUT ke-5 wadah kaum intelektual Kristiani ini. Tema acaranya yaitu “Bangkitlah, Indonesia, di Masa Pandemi Covid-19.”
Diawali dengan ibadah, dan pengkhotbah Pdt. DR. Nus Reimas (Pembina Majalah NARWASTU dan pemuka gereja aras nasional). Di awal khotbahnya Ketua Dewan Pembina LPMI dan mantan Ketua Umum PGLII ini mengatakan, ia bersyukur di masa sulit ini Majalah NARWASTU masih tetap bertahan, itu semua karena kebaikan Tuhan. Mengutip renungan dari Kitab Korintus agar kita tetap setia melayani Tuhan dan tekun bersekutu, karena jerih payah kita tak akan sia-sia, Pdt. Nus Reimas mengajak supaya semua umat bisa tetap berdiri teguh di masa pandemi Covid-19. “Sudah satu setengah tahun kita berada di masa pandemi ini. Namun kita percaya bahwa tangan Tuhan yang mengendalikan segala sesuatu yang ada dalam hidup ini, termasuk pandemi Covid-19. Saya sudah 48 tahun melayani juga merasakan ada campur tangan Tuhan dalam hidup saya, dan Dia yang mengendalikan hidup kita,” ujar tokoh lintas agama dan Penasihat FORKOM NARWASTU ini.
Dalam pelayanannya sebagai Hamba Tuhan, kata Pdt. Nus Reimas, ia tak punya jemaat namun hidupnya tak berkekurangan karena Tuhan yang menyertainya. “Dan sekarang, di masa pandemi Covid-19 ini kalau kita bisa berdiri, itu karena kebaikan Tuhan. Majalah NARWASTU juga bisa terus eksis karena anugerah Tuhan, dan doa saya Majalah NARWASTU terus eksis dan terus disertai Tuhan. Ketika kita selalu mengandalkan Tuhan, tangan Tuhan tak akan pernah terlambat menolong kita. Dan kalau kita terus berdiri di dalam Tuhan, maka kita akan terus dipakai Tuhan dan punya nilai. Hanya orang yang dipakai Tuhan yang akan terus bertahan dan punya nilai dalam hidupnya. Sehingga giatlah terus di dalam pekerjaan Tuhan, dan hidup kita akan berharga dan bernilai kalau kita dipakai Tuhan. Dan apa yang dipakai Tuhan pasti akan diberkatiNya,” tegasnya.
Ditambahkan Pdt. Nus Reimas, kalau Tuhan yang kita muliakan di dalam hidup ini, maka jerih payah kita tak akan sia-sia. Dalam persekutuan kita dengan Tuhan jerih payah kita juga tak akan sia-sia. “Setiap pagi saya selalu berlutut di bawah kaki Tuhan supaya hidup saya bisa dipakai sesuai kehendakNya. Karena itu tetaplah fokus pada Tuhan yang tidak pernah berubah. Tuhan yang sudah memulai pelayanan di FORKOM NARWASTU, maka Tuhan juga yang akan terus memberkatinya,” ujarnya.
Setelah ibadah, lalu dirangkai dengan diskusi dengan topik “Bangkitlah, Indonesia, di Masa Pandemi Covid-19.” Pembicara di acara diskusi Prof. Dr. Marten Napang, S.H., M.H., M.Si (Ketua FORKOM NARWASTU, Guru Besar di Universitas Hasanuddin Makassar dan pakar demokrasi), Yohanes Handoyo Budhisedjati, S.H. (Pemuka Katolik dan Ketua Umum DPN Vox Point Indonesia), Jhon S.E. Panggabean, S.H., M.H. (Advokat senior, Wakil Ketua Umum DPN PERADI SAI dan Penasihat NARWASTU) dan moderator Ir. Albert Siagian, M.M. (Ketua Panitia dan mantan Sekjen DPP GAMKI). MC di acara ini Pdt. DR. Tema Adiputra Harefa (Penyiar senior di radio, rohaniwan dan akademisi) dan pemandu ibadah Clara Panggabean, S.H. (Advokat muda dari UI Jakarta). Acara diadakan lewat online (Zoom) dan offline (Restoran Moenik, Matraman, Jakarta Timur). Dalam paparannya Prof. Marten Napang mengatakan, saat ini ada tantangan baru di tengah bangsa kita yang sangat serius, yaitu pandemi Covid-19. Dan kita dituntut sekarang harus mentaati protokol kesehatan dalam setiap beraktivitas. “Untuk menghadapi situasi dan tantangan berat ini pemerintah dan masyarakat harus bersatu. Sekarang tantangan yang kita hadapi bukan hanya masalah korupsi, teroris, intoleran dan bahaya narkoba serta separatis, tapi juga tantangan menjaga kesehatan dari bahaya pandemi corona. Supaya bangsa kita bangkit, pemerintah dan masyarakat harus siap bersatu padu. Di masa new normal ini kalau kita ingin bangkit, maka selain berdoa kepada Tuhan, kita harus bersatu padu termasuk menjaga keamanan dan ketertiban serta mendukung penegakan hukum. Di era Reformasi ini penegakan hukum itu harus yang utama, sehingga penegakan hukum mesti dihargai. Keberadaan atau kehidupan kita sebagai orang Kristen di Indonesia tak bisa dipisahkan dari keberadaan kita sebagai warga negara. Sehingga kita harus taat pada protokol kesehatan jika ingin bangkit. Kita harus hargai pemerintah dalam mensejahterakan rakyat. Apa yang patut kita berikan kepada kaisar, maka itu harus kita berikan. Dan apa yang harus kita berikan kepada Tuhan pun itu harus kita berikan kepada Tuhan,” terang pria Toraja yang sering berbicara seputar hukum, demokrasi dan HAM di berbagai forum diskusi ini.
Sementara Jhon Panggabean yang juga Ketua Masyarakat Peduli Penegakan Hukum Indonesia menjelaskan, seperti khotbah Pak Pdt. Nus Reimas itu kita harus terus melayani di tengah bangsa ini kalau Indonesia ingin bangkit di masa resesi ekonomi dan pandemi Covid-19. Dan terkait dengan penegakan hukum, di masa pandemi pun hukum harus terus ditegakkan, dan semua pihak sama di mata hukum. “Di tengah bangsa kita perlu dibenahi penegakan hukum supaya tercipta keadilan dan kebenaran. Kalau di masa Orde Baru dulu, politik atau kekuasaan yang menjadi panglima, maka sekarang kita harus berupaya supaya hukum yang menjadi panglima. Sekarang ada KPK yang punya kedudukan yang amat kuat untuk memberantas korupsi. Dan memberantas korupsi adalah amanat dari Reformasi supaya keadaan bangsa kita semakin baik. Di era Jokowi yang sudah dua periode sebagai presiden, hukum harus semakin ditegakkan. Hukum mesti ditegakkan dengan baik dan benar, sekalipun langit runtuh,” papar Jhon Panggabean yang juga pengurus FORKOM NARWASTU dan advokat senior yang pernah dipercaya sebagai Wakil Sekjen DPN PERADI dan Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPP IKADIN.
Yohanes Handoyo Budhisedjati menuturkan, pengadaan vaksinasi yang sudah diperjuangkan pemerintah sekarang, itu harus kita dukung untuk Indonesia yang sehat agar baik ke depan. “Pengadaan vaksinasi itu adalah niat baik pemerintah untuk membuat Indonesia lebih baik, ekonomi berangsur pulih dan demi kesehatan masyarakat,” ujar Yohanes Handoyo Budhisedjati yang juga anggota FORKOM NARWASTU dan salah satu dari “21 Tokoh Kristiani 2013 Pilihan Majalah NARWASTU.” Dengan adanya vaksinasi, katanya, diharapkan imun masyarakat kuat di dalam menghadapi Covid-19 dan varian-varian baru. Menurut Yohanes Handoyo yang juga seorang pengusaha, sekarang negara kita punya utang sekitar Rp 1.000 triliun. Ini tentu sesuatu yang amat memprihatinkan. “Akibat krisis ekonomi sekarang, banyak terjadi pengangguran, bahkan karyawan yang sudah di-PHK masih banyak yang belum dapat pesangon. Juga pengusaha banyak yang menghadapi masalah keuangan. Inilah masalah serius di tengah bangsa Indonesia. Kita melihat Menteri Keuangan RI Sri Mulyani cukup kuat menghadapi situasi ini, mungkin orang lain sudah amat stres jika melihat situasi saat ini. Sekarang perlu perubahan hidup di tengah masyarakat, dan pengetatan pengeluaran uang supaya kita tetap eksis. Kalau kita lihat di masa-masa yang lalu pemerintah bisa jatuh kalau beras atau kebutuhan pangan rakyat tidak tercukupi. Dan kita tentu tidak berharap seperti itu. Dulu pemerintah Orde Baru bisa jatuh karena pangan atau kebutuhan rakyat tak tersedia. Dan kita harus sadar sekarang bahwa keadaan ekonomi Indonesia terasa amat mengganggu. Sekarang yang perlu kita lakukan, mari kita doakan dan dukung Pak Jokowi mengatasi keadaan sulit ini, dan kita tidak menambah masalah. Dan kita juga jangan sampai menambah permusuhan di tengah bangsa ini, tapi harus menjaga kesatuan dan persatuan bangsa serta menjaga kerukunan dan kedamaian,” ujar pemuka Katolik yang punya pengaruh menghimpun tokoh-tokoh Katolik dari berbagai partai politik di Vox Point Indonesia.
Sedangkan advokat senior dan cendekiawan, Dr. Jose T.P. Silitonga, S.H., M.A., M.Pdk, saat memberi tanggapan, salah satu Penasihat Majalah NARWASTU dan doktor ilmu pemerintahan dari IPDN Bandung ini mengatakan, di tengah krisis yang melanda Indonesia sekarang, baik resesi ekonomi dan pandemi Covid-19 kita mesti terus bergerak dan berinovasi. “Kita lihat orang-orang Cina, mereka bisa bangkit dari krisis dan wabah corona karena terus berinovasi dan terus berpikir serta bekerja. Sedangkan masyarakat kita di Indonesia lebih sibuk teriak-teriak atau bicara di media sosial (Medsos) tanpa ada solusi. Sedangkan yang kita butuhkan saat ini adalah solusi, dan kita harus mau terus bergerak, berpikir dan berdoa,” ujar mantan Ketua DPD Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) DKI Jakarta ini. Jose Silitonga yang juga Ketua Forum Peduli Jemaat HKBP pun mengatakan, kaum cendekiawan harus mampu mencari solusi atas persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.
Jose Silitonga yang sering berbicara di berbagai forum diskusi di kalangan kampus, organisasi kemasyarakatan dan gereja menuturkan, akibat pandemi Covid-19 memang terjadi dilema dan kesulitan di tengah masyarakat. “Ada banyak orang bertanya, di tengah situasi saat ini masih adakah Tuhan untuk tempat kita mengadu atau meminta pertolongan dan perlindungan? Karena gereja tempat kita berdoa dan mengadu pada Tuhan, sekarang pun banyak yang tutup. Dan saya kira pimpinan gereja atau Hamba Tuhan perlu menjawab pertanyaan ini,” terang pengacara yang dikenal cerdas, nasionalis, berani dan termasuk dalam “20 Tokoh Kristiani 2007 Pilihan Majalah NARWASTU” ini.
Dalam kesempatan ini, Pdt. DR. Nus Reimas menjawab pertanyaan Jose Silitonga. Dan ia menerangkan, di masa pandemi Covid-19 memang banyak orang bertanya, di mana Tuhan saat ada wabah corona? “Kita harus pahami sifat Tuhan bahwa Dia maha baik dan tetap memegang kendali atas kehidupan kita. Karena sekarang banyak orang menghadapi kesukaran dan penderitaan, memang jadi muncul pertanyaan, sekarang Tuhan ada di mana. Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju Kanaan, sekalipun ada banyak tantangan yang dihadapi bangsa Israel tetap Tuhan memelihara kehidupan mereka dan menyatakan mukjizat di tengah mereka. Dan Tuhan tetap memelihara mereka. Itu adalah suatu proses kehidupan dan menumbuhkan iman supaya umat tetap percaya pada Tuhan. Tuhan tetap menyertai kita di masa sulit ini. Kita bisa sekarang berdiri kokoh, karena ada kebaikan Tuhan bagi kita. Sehingga teruslah bersyukur dan jangan lelah melayani Tuhan,” tegas Pdt. Nus Reimas.
Dalam sambutannya, Sterra Pietersz mewakili pengurus FORKOM NARWASTU menyampaikan, kiranya FORKOM NARWASTU di usia lima tahun terus eksis melayani di tengah masyarakat. Dan kalau setahun ini kegiatan FORKOM NARWASTU sempat vakum, karena pandemi corona yang membatasi kita untuk bertemu dan beraktivitas. “Saat ini meskipun Pak Prof. Marten Napang selaku Ketua FORKOM NARWASTU ada di Makassar, karena beliau juga amat sibuk dan ada acara keluarga, tapi kita bersyukur FORKOM NARWASTU tetap eksis dan kita semua sehat,” ucap mantan Wakil Sekretaris Fraksi PDIP di DPR-RI dan mantan Sekretaris Dewan Penasihat DPP Parkindo yang beribadah di GPIB ini.
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe dalam sambutannya menyampaikan selamat ulang tahun ke-5 FORKOM NARWASTU. “Jadi Majalah NARWASTU dengan FORKOM NARWASTU ini beda. FORKOM NARWASTU adalah wadah independen yang didirikan oleh tokoh-tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU, dan semua kegiatannya didanai oleh senior-senior atau sahabat pengurus FORKOM NARWASTU. Terima kasih atas atensi Pak Prof. Marten Napang, Ibu Sterra Pietersz, Pak Jhon Panggabean, Pak Pdt. Tema Adiputra dan Pak Albert Siagian dalam mengurus FORKOM NARWASTU selama ini. Juga khotbah Pak Pdt. Nus Reimas begitu meneguhkan kita agar kita sehat, kuat dan bangkit di masa pandemi ini. Kita berharap FORKOM NARWASTU terus eksis untuk bisa memberi solusi atas persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat dan gereja. Juga FORKOM NARWASTU kiranya terus memuliakan nama Tuhan lewat diskusi-diskusi yang mencerdaskan. Meskipun jabatan pengurus FORKOM NARWASTU sudah habis satu periode, dan wadah ini berdiri pada 5 April 2016 lalu, saya berharap kiranya kepengurusan yang sekarang bisa dilanjutkan satu periode lagi, karena selama ini pengurus cukup kompak dan mau memberi hati untuk melayani,” tukas Jonro Munthe yang merupakan lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Jakarta dan alumni Lembaga Pendidikan Pers Doktor Soetomo (LPPDS) Jakarta.
Sekadar tahu, doa pembuka di acara ini dipanjatkan oleh Pdt. Ida Turnip, S.Th (Anggota FORKOM NARWASTU dan Ketua Yayasan Runamar) dan doa penutup oleh Brigjen TNI (Purn.) Harsanto Adi, M.M. (Ketua Umum DPP API dan mantan petinggi Kantor Kementerian Polhukam RI). Dan sambutan pertama disampaikan Sterra Pietersz, S.H., M.H. (Sekretaris FORKOM NARWASTU dan mantan anggota DPR-RI PDIP). Sambutan kedua disampaikan Jonro I. Munthe, S.Sos (Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU). Setelah pemotongan nasi tumpeng, lalu dirangkai dengan santap malam bersama. Dalam acara ini Clara Panggabean dan Jhon Panggabean juga menynyanyikan lagu-lagu rohani. Juga hadir di acara ini reporter “TVRI” dan diwawancarai Jhon Panggabean, Albert Siagian dan Jonro I. Munthe. “Melalui acara FORKOM NARWASTU, yang di dalamnya ada tokoh-tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU, kita menyampaikan pesan dan doa bagi Indonesia supaya bangkit dari keterpurukan di masa pandemi Covid-19. Apalagi kemarin kita baru merayakan Hari Kenaikan Tuhan Yesus Kristus dan Hari Kebangkitan Nasional 2021, dan sekarang kita sampaikan supaya Indonesia bangkit sebagai bangsa yang besar, ” ujar Jonro Munthe kepada reporter “TVRI”. HJ