Narwastu.id – Terenyuh dan iba menyaksikan derita korban banjir bandang di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Presiden Joko Widodo pun menangis. Begitu tiba di Desa Nelelamadiken, Kecamatan Ile Boleng, pada Jumat (9 April 2021) Presiden Jokowi turun dari mobil kepresidenan untuk menyapa warga desa. Namun, sesaat dia menghentikan langkahnya, membuka masker yang menutup sebagian wajahnya. Presiden Jokowi terlihat menyeka airmatanya yang menetes dan mengelap hidungnya, lalu kemudian kembali mengenakan masker.
Melihat Presiden Jokowi menangis, ibu-ibu warga Desa Nelelamadiken ikut menangis, bahkan ada yang menangis histeris. Warga desa yang bernasib malang itu nampak sangat terharu melihat orang nomor satu di republik ini ikut merasakan penderitaan mereka. Jokowi datang ke lokasi bencana dengan membawa berbagai paket bantuan darurat berupa bahan makanan, pakaian, dan obat-obatan. Presiden Jokowi berkunjung ke NTT melalui Bandara Frans Seda Maumere, Kabupaten Sikka, lalu dengan helikopter terbang ke Pulau Adonara, dan setelah itu ke Pulau Lembata. Dari Lembata, Presiden kemudian balik ke Maumere untuk kembali lagi ke Jakarta.
Di lokasi bencana di Pulau Adonara, Presiden Jokowi memerintahkan Menteri PUPR Basuki Hadimulyo, Gubernur NTT Viktor Laiskodat, dan Bupati Flores Anton Gege Hajon untuk mempersiapkan rencana relokasi warga yang kehilangan rumah dan tempat tinggalnya akibat terbawa banjir bandang. Desa Nelelamadiken tercatat sebagai lokasi terparah terdampak bencana dan menelan korban jiwa sedikitnya 55 orang, belum terhitung korban yang hilang terseret arus banjir bandang. Jokowi juga memastikan Pemerintah Pusat bersama TNI/Polri segera memperbaiki infrastruktur jembatan yang rusak, penyediaan air bersih untuk MCK, serta pemenuhan kebutuhan makanan dan kesehatan bagi para pengungsi.
Sebagaimana diketahui Provinsi NTT diterjang banjir bandang massif akibat badai siklon tropis Seroja pada Minggu, 4 April 2021 bertepatan dengan perayaan Paskah umat Kristiani. Banjir bandang itu menerjang hampir seluruh wilayah provinsi kepulauan, yakni di Pulau Flores (Kabupaten Flores Timur), Pulau Timor (Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Timor Tengah Utara), Pulau Sumba (Kabupaten Sumba Timur), Pulau Lembata (Kabupaten Lembata), Pulau Alor (Kabupaten Alor), dan Pulau Sabu (Kabupaten Sabu-Raijua). Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menginformasikan total korban jiwa di seluruh NTT berjumlah sekitar 180 jiwa mendekati angka 200 orang, dan sekitar 45 orang masih dinyatakan hilang akibat terseret arus banjir.
Sementara itu, dari Pulau Lembata koresponden Majalah NARWASTU Karel Burin melaporkan, Presiden Jokowi mengunjungi lokasi terparah yang terdampak banjir bandang di Desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur. Selain Ile Ape, kecamatan yang terparah terdampak bencana adalah Ile Ape Timur. Seperti halnya rencana relokasi warga di Pulau Adonara, Presiden Jokowi memerintahkan Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur untuk mempersiapkan warga untuk direlokasi ke tempat baru yang layak huni. Presiden memastikan Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR akan membantu pembangunan rumah bagi semua warga yang siap direlokasi.
Data dari posko bencana di Lembata menyebutkan, terdapat 32 desa yang tersebar di enam kecamatan luluh-lantak akibat terjangan badai siklon tropis Seroja. Keenam kecamatan itu adalah Ile Ape, Ile Ape Timur, Omesuri, Buyasuri, Lebatukan, dan Atadei. Bencana tepat di hari Paskah itu berdampak kepada 3.370 kepala keluarga atau sekitar 10.688 jiwa.
Sekurang-kurangnya 5.846 jiwa atau 1.755 KK yang harus mengungsi. Total korban jiwa di Pulau Lembata per tanggal 13 April 2021 mencapai 46 orang meninggal dunia, yang terbanyak ada di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.
Para pengungsi ditampung di berbagai lokasi pengungsian yang terpusat di kota Lewoleba, ibukota Kabupaten Lembata, di antaranya di Aula Kantor Kelurahan Lewoleba Timur, Aula Kantor Kelurahan Lewoleba Tengah, dan Aula Kantor Kelurahan Selandoro. Lalu Aula Kantor Kecamatan Nubatukan, Aula SMPN 1 Nubatukan, MIS Nursalam Wangatoa, Aula Kantor BKDPSDM, dan Puskesmas Waipukang. Tercatat lebih dari 50 orang mengalami luka-luka berat dan ringan. Lebih dari 600 unit rumah rusak berat dan ringan, serta ribuan ternak mati dan hilang, serta ratusan hektar lahan pertanian rusak tersapu banjir bandang. Infrastruktur listrik dan komunikasi pun mengalami kerusakan parah.
Ketua MPR RI Bantu Korban Bencana di Pulau Sumba
Bencana badai siklon tropis yang menerjang hampir seantero wilayah NTT itu mengundang rasa simpatik dan menggerakkan empati dan solidaritas berbagai pihak. Ketua MPR RI Bambang Soesatyo selaku Pembina Gerak BS (Gerakan Keadilan Bangun Solidaritas) mendonasikan bantuan sosial berupa kebutuhan darurat bagi masyarakat korban bencana di Pulau Sumba, khususnya di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Bantuan darurat itu mencakup bahan makanan, sandang, dan peralatan sekolah anak-anak terdampak banjir.
Bantuan dari Ketua MPR itu dipastikan telah terdistribusi ke lokasi yang paling terdampak, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Bidang Advokasi Gerak BS, Rudi Kabunang, Selasa (13 April 2021) kepada NARWASTU. Bantuan dari Ketua MPR RI melalui Gerak BS Peduli itu telah didistribusi antara lain ke Desa Katikutana, Kecamatan Matawai La Pawu. Selain Katikutana, bantuan Gerak BS Peduli juga telah didistribusikan ke desa-desa wilayah pedalaman di antaranya ke Lawinu, Praibakul, dan Tanarara. Ada dua kecamatan di Sumba Timur yang telah tersentuh bantuan Gerak BS Peduli yakni Kecamatan Matawai La Pawu dan Kecamatan Kambera.
“Semoga bantuan yang tak seberapa ini dapat meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir bandang di Pulau Sumba, serta semakin memperkokoh sifat dan rasa gotong-royong di antara sesama anak-anak bangsa Indonesia,” ujar Rudi yang juga putra asli Sumba, mengutip pesan Ketua Umum Gerak BS Dwi Aroem Hediatie.
Selain empati dari Ketua MPR RI dan tokoh-tokoh nasional, media nasional dan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan di berbagai daerah pun menunjukkan solidaritas yang tinggi membantu para korban banjir bandang di NTT. Masyarakat NTT di perantauan yang bernaung dalam organisasi atau paguyuban masyarakat “Flobamora” (Flores, Sumba, Timor, dan Alor) –akronim khas bagi warga NTT di perantauan, secara antusias menggalang bantuan kemanusiaan untuk dikirim ke kampung halaman mereka. Masyarakat Flobamora itu di antaranya yang berada di Jakarta dan beberapa kota besar di Pulau Jawa, Batam, Bali, Kalimantan, Sulawesi, hingga ke Papua. Selain dalam bentuk natura berupa bahan makanan, pakaian, dan obat-obatan, bantuan bagi korban bencana juga dilakukan melalui pengumpulan donasi dengan cara transferan dana melalui rekening bank. Viktus Murin