Kamillus Elu, S.H. Termasuk dalam “21 Tokoh Kristiani 2019 Pilihan NARWASTU”

238

Narwastu.id – Seperti tahun-tahun yang lalu, pada akhir tahun 2019 ini kembali Majalah NARWASTU menampilkan 21 tokoh Kristiani yang beberapa tahun ini menghiasi pemberitaan di majalah yang kita cintai ini. Ke-21 figur ini ada yang berlatar belakang pimpinan organisasi, pendeta, advokat, politisi, profesional, pengusaha dan aktivis gereja. Mereka kami nilai sosok yang mampu menginspirasi, mampu memotivasi, peduli pada persoalan gereja dan masyarakat serta Pancasilais. Bahkan, tokoh-tokoh yang dipublikasikan ini ada pula yang dikenal punya ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang kontroversial, inovatif dan mencerahkan serta tak jarang menjadi pembicaraan publik atau jemaat.

Dengan kata lain, seperti yang sudah digariskan Tim Redaksi NARWASTU sejak dulu, tokoh yang bersangkutan mesti pernah tampil di majalah ini atau dikenal sosok “pembuat berita” atas kiprah atau pelayanannya. Tentunya pembuat berita yang positif. Ke-21 tokoh ini kami seleksi dari sekitar 100 figur yang pernah dipublikasikan majalah ini. Dan tokoh-tokoh tersebut kami bahas atau diskusikan lebih dahulu dengan sebuah tim kecil di NARWASTU, dan sejumlah penasihat majalah ini pun ada yang kami mintai pendapatnya tentang seseorang figur sebelum kami angkat.

Sejak medio 2019 lalu, tokoh-tokoh yang akan diangkat sudah kami seleksi, dan beberapa rekan wartawan Kristiani dan tokoh Kristiani ada pula yang kami mintai pendapatnya tentang tokoh yang akan diangkat. Ke-21 tokoh ini memang bukan sosok yang sempurna alias tetap manusia biasa, namun mereka kami nilai figur yang ikut mencerahkan, berjiwa pelayan, Pancasilais, ikut membangun peradaban di tengah masyarakat. Sehingga mereka layak diapresiasi atau diangkat di media ini. Penghargaan ini pun adalah hadiah Natal terindah dari Majalah NARWASTU buat ke-21 tokoh ini, dan ini pula apresiasi kami sebagai insan media kepada mereka. Dan kiranya penghargaan ini bisa memotivasi publik untuk terus berbuat sesuatu yang bermanfaat dan menginspirasi bagi banyak orang di negeri ini.

Ke-21 figur yang termasuk dalam tokoh pilihan Majalah NARWASTU pada 2019 ini, yakni Herman Yosef Loli Wutun (Mantan Anggota MPR-RI dari NTT dan tokoh koperasi), Grace Natalie Louisa (Ketua Umum PSI), Sugeng Teguh Santoso, S.H. (Advokat senior), Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, M.Si (Rohaniwan), Susana Suryani Sarumaha (Aktivis perempuan Katolik), Dr. Ir. Asye Berti Saulina Siregar, M.A. (Produser film), Ida Tobing boru Simbolon, S.Sos (Aktivis gereja), Ani Natalia Pinem (Humas di Dirjen Pajak Kementerian Keuangan RI), dan Pdt. Oniwati Ida Turnip, S.Th (Aktivis gereja).

Lalu, Ronald Simanjuntak, S.H., M.H. (Advokat senior), Fredrik J. Pinakunary, S.H. S.E. (Advokat dan rohaniwan), Mangasi Sihombing (Mantan Duta Besar dan mantan Caleg PSI), David M. Lumban Tobing, S.H., M.Kn (Pengacara), Ir. Lintong Manurung, M.M. (Cendekiawan senior), Kamillus Elu, S.H. (Advokat), August H. Pasaribu, S.H., M.H. (Anggota DPRD DKI Jakarta), Dr. Lasmaida Gultom, S.E., MBA (Profesional), Pdt. Dr. Douglas Manurung, MBA, M.Si (Profesional dan rohaniwan), Eloy Zalukhu (Motivator), Stevano Margianto (Jurnalis Kristiani), dan Yosua Tampubolon, S.H., M.A. (Advokat dan aktivis gereja).

Pengacara yang Dulu Staf Khusus Bidang Pengaduan Masyarakat di era Ahok  

Kamillus Elu, S.H., mantan Caleg DPR-RI 2019 dari Partai NasDem di Dapil DKI Jakarta 3, pada Senin, 18 Maret 2019 lalu, berkunjung ke kantor Majalah NARWASTU di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Dia kini menjabat sebagai salah satu anggota tim Komisi Hukum Majelis Pendidikan Katolik (MPK) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Kamillus bicara tentang harapannya terhadap Pemilu 2019. Menurutnya, kita mesti ikut membuat Pemilu 2019 berjalan dengan  baik dan aman, karena demokrasi itu sebenarnya sudah semakin baik, mulai dari pemilu legislatif dan pemilu presiden, yang digabungkan jadi satu paket. Dan itu terobosan yang baru dan baik.

“Karena di sini masyarakat akan memilih presiden, DPD RI, DPR RI dan DPRD kabupaten/kota dan provinsi, itu satu paket. Diharapkan semua pihak dapat menahan diri, kalah menang sudah biasa. Dan siapa yang nanti berkuasa diharapkan untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan negara,” katanya. Bicara keunggulan dari Partai NasDem, ujarnya, adalah mengusung gerakan perubahan atau gerakan restorasi yang diharapkan dapat membawa perubahan di tengah bangsa ini.

Partai NasDem mengusung gerakan perubahan dalam segala aspek pembangunan Indonesia ke depan.  Perubahan tidak hanya dalam bentuk pembangunan fisik, tapi juga dalam bentuk mental. Partai NasDem tidak semata-mata mengejar kekuasaan. Tapi dihadirkan untuk mempersiapkan manusia-manusia Indonesia guna membangun bangsanya sendiri untuk menjadi lebih baik.

Menurutnya,  Partai NasDem juga mendirikan Akademi Bela Negara, yaitu akademi khusus untuk mempersiapkan kader-kader untuk terjun ke masyarakat, termasuk dipersiapkan mengisi jabatan-jabatan publik, baik di eksekutif, legislatif dan yudikatif. “Jadi dipersiapkan secara baik dengan pemahaman tentang empat pilar kebangsaan, dan harapan dari partai bekerja bukan untuk diri sendiri, tapi untuk anak cucu di masa yang mendatang,” kata Kamillus. Harapannya pada caleg-caleg yang tidak lolos di Pemilu 2019 supaya jangan putus asa, karena menjadi caleg saja sudah merupakan suatu panggilan. Caleg, ujarnya, dipanggil untuk ikut berperan serta dalam kontestasi memeriahkan pesta demokrasi kita. Anak-anak bangsa ini dipanggil untuk ikut serta di dalam pemilu legislatif.

Para tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU yang religius, inspiratif dan Pancasilais.

“Sebagai orang beriman kita harus menanggapi kegagalan tersebut secara imani. Soal menang atau kalah itu lain persoalan. Istilahnya banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Kalau terpilih harus memberikan menjadi teladan dan sebagai pelayan yang baik bagi masyarakat, bangsa dan negara. Kalau kalah pun kita tetap melayani masyarakat dengan profesi kita masing-masing,” pungkasnya.

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos saat diwawancarai wartawan usai pemberian penghargaan terhadap 21 tokoh Kristiani 2018 di Graha Bethel, Jakarta, pada Jumat 11 Januari 2019 lalu.

Sebagai pengacara Kamillus ingin agar dibangun suatu sistem pengawasan terhadap aparatur penegak hukum di setiap lembaga penegak hukum di Indonesia, seperti kepolisian, kejaksaan dan kehakiman, termasuk di bidang eksekutif.  “Jadi kalau ada aparat penegak hukum melakukan pemerasan, pungutan liar (pungli), atau dipersulit di kepolisian, kejaksaan maupun di pengadilan, bisa langsung mengadukan masalah itu ke bagian pengaduan masyarakat tersebut. Staf di bagian pengaduan masyarakat itu harus dari unsur profesional atau nonaparatur sipil negara atau dari unsur nonkedinasan sehingga tidak terjadi konflik kepentingan,” cetusnya.

Kemudian masyarakat diberi akses seluas-luasnya supaya bisa dikontrol. Begitu masyarakat ada kesulitan dalam memperoleh pelayanan hukum, termasuk di birokrasi mereka dapat menyampaikan masalahnya ke bagian pengaduan masyarakat. “Sehingga masalahnya dapat terselesaiakn dengan baik dan cepat. Nah, ini dalam konteks nasional berarti harus ada regulasinya sehingga mengikat untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua instansi terkait di  negara ini,” pungkas mantan Staf Khusus Bidang Hukum dan Pengaduan Masyarakat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di era Ahok atau BTP (Basuki Tjahaya Purnama) pada 2012-2017 itu.

Harapan Kamilllus kepada wakil-wakil rakyat yang terpilih, ujarnya, harus  bisa melaksanakan fungsinya dengan baik. “Yang menjadi persoalan adalah ketika seorang anggota dewan melakukan tugasnya  tetapi ikut ‘bermain’ dengan eksekutif terutama dalam penyusunan anggaran, urusan proyek, dan lain-lain,” ujarnya.

Kamillus bercerita ia pernah mengirim surat ke Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada 18 Desember 2017 lalu, dan sampai hari ini tidak ada kejelasan soal surat itu. Ia pun bersurat kepada Ketua DPRD DKI Jakarta untuk audiensi disposisi ke Komisi A.  Dan waktu itu ia hanya dijanjikan untuk dijadwalkan, tapi sampai hari ini tidak ada kejelasannya. Dan ia hanya mewakili masyarakat yang terzholimi, dan hanya untuk sharing saja. “Padahal mereka turun ke masyarakat untuk menyatakan siap memperjuangkan aspirasi dan menjadi wakil rakyat. Dan mereka itu hanya memperjuangkan kepentingan mereka, bukan kepentingan masyarakat,” terangnya. Ia menerangkan, kekuasaan yang telah diberikan oleh masyarakat seharusnya dikelola dengan baik untuk melayani masyarakat, bangsa dan negara. Kekuasaan yang dikelola dengan baik sudah diperankan dengan begitu baik oleh Jokowi dan Ahok.

Indonesia punya Undang-Undang No. 25 Tahun 2019 tentang Pelayanan Publik yang dibuat oleh DPR  agar penyelenggara negara/pemerintah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Tapi kemudian, ujarnya, tidak diikuti  dengan kontrol yang baik, sehingga masyarakat kesulitan dalam memperoleh pelayanan yang cepat, tidak banyak persyaratan, dan bebas pungutan liar. DPR RI, DPD RI dan DPRD sebagai institusi pengawasan harus bersih dari praktik-praktik KKN (Kolusi, Kurupsi, Nepotisme). “Bagaimana mau membersihkan eksekutif kalau legislatif saja kotor. Istilahnya bagaimana lantai bisa bersih kalau dibersihkan dengan sapu yang kotor,” tukasnya.

Saat ini potret DPR maupun DPRD masih jauh dari yang diharapkan. Masih banyak anggota DPR dan DPRD yang terlibat kasus korupsi. “Jadi masyarakat yang sudah memberikan kepercayaan kepada wakilnya,  disalahgunakan untuk urusan lain. Wakil rakyat seharusnya tidak korupsi, hidup sederhana, bekerja dengan baik, turun ke lapangan untuk kontrol pelayanan di masyarakat jangan hanya waktu reses. Cek tempat sampah, taman, kali, pelayanan di PTSP, apa sudah diurus dengan baik atau belum” tegasnya.  Harapan Kamillus ke depan, supaya wakil rakyat benar-benar bekerja untuk melayani masyarakat, bangsa dan negara. Dan harus membuat konstituen atau masyarakat  bangga dengan wakil rakyatnya. “Wakil rakyat harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, terutama generasi penerus bangsa,” katanya. JH

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here