Jackson A.W. Kumaat, S.E., S.H. Masuk dalam “20 Tokoh Kristiani 2010 Pilihan NARWASTU”

164
Jackson A.W. Kumaat, S.E., S.H. Pejuang.

Narwastu.id – Gagasan untuk memilih tokoh-tokoh Kristiani “pembuat berita” (news maker) setiap akhir tahun oleh Majalah NARWASTU, sejatinya sudah dimulai sejak pertengahan 1999 lalu. Saat itu, Majalah Narwastu masih dikelola manajemen lama oleh Ir. Alfred W. Rattu (salah satu pendiri dan Pemimpin Redaksi Majalah Narwastu). Kala itu, Alfred Rattu dan Jonro I. Munthe yang pertama kali mencetuskan ide agar tokoh-tokoh Kristiani yang berjuang di era reformasi bisa diapresiasi oleh media Kristiani, dalam hal ini Narwastu.

Begitulah, ide untuk menampilkan tokoh-tokoh ini kemudian direalisasikan Jonro I. Munthe, S.Sos yang sekarang menjabat sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU. Setelah melakukan serangkaian penelitian dan jajak pendapat ke sejumlah tokoh gereja, jurnalis dan jemaat, lalu saat itu terpilihlah tokoh, seperti Pdt. Dr. SAE Nababan, Sabam Sirait, Romo Mangun Widjaya, Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Ir. Edward Tanari, Mayjen TNI (Purn.) R.K. Sembiring, Mayjen TNI (Purn.) Theo Syafei dan beberapa nama lagi sebagai “Tokoh Pejuang Kristiani Pembuat Berita”.

“Ide untuk memilih tokoh-tokoh Kristiani pembuat berita ini, juga terinspirasi dari Majalah Editor (dibreidel Presiden H.M. Soeharto pada 1994). Waktu itu, Editor pernah memilih tokoh-tokoh, seperti L.B. Moerdani, Rudini, Ali Sadikin, Hendropriyono dan B.J. Habibie sebagai tokoh nasional pembuat berita pilihan redaksinya,” ucap Jonro.

Dari dulu hingga sekarang ada tiga kriteria yang dipatok untuk menempatkan seseorang itu agar jadi “tokoh pembuat berita” versi Narwastu. Pertama, si tokoh mesti populer dalam arti yang positif di bidangnya atau profesinya. Kedua, si tokoh mesti peduli pada persoalan warga gereja dan masyarakat. Ketiga, si tokoh mesti kerap muncul di media massa, apakah karena pemikiran-pemikirannya yang inovatif atau ide-idenya yang kontroversial. Alhasil, si tokoh pun kerap menjadi bahan perbincangan di tengah jemaat.

Tidak gampang untuk memposisikan seseorang menjadi “tokoh Kristiani pembuat berita”. Sebab, kiprah mereka pun mesti kami ikuti lewat media massa, khususnya media Kristen, termasuk mencermati aktivitasnya dan menelisik track record-nya. Lalu tradisi memilih tokoh-tokoh terkemuka itu berlanjut dari tahun ke tahun. Pada akhir 2010 ini, kembali Majalah NARWASTU menampilkan “20 Tokoh Kristiani Kristiani Pembuat Berita Sepanjang 2010”. Figur yang kami tampilkan ini, seperti tahun-tahun yang lalu, ada  berlatar belakang gembala sidang, tokoh lintas agama, pengusaha, pengacara, pejuang HAM, pemimpin gereja, aktivis gereja, pimpinan ormas, aktivis LSM dan politisi.

Ada pun 20 tokoh yang sudah diseleksi redaksi Majalah NARWASTU secara ketat dari 151 nama yang terjaring, yaitu Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum PGI), Constant M. Ponggawa, S.H., L.LM (Mantan anggota DPR-RI), Cornelius D. Ronowidjojo (Ketua Umum DPP PIKI), Dr. Gayus Lumbuun, S.H. (Anggota DPR-RI), Sahala Panggabean, MBA (Pengusaha), Pdt. Luspida Simanjuntak (HKBP Ciketing), Drs. Sahrianta Tarigan, M.A. (Anggota DPRD DKI Jakarta), Theophilus Bela, M.A. (Ketua Umum FKKJ), Dr. M.L. Denny Tewu, S.E., M.M. (Ketua Umum DPP PDS), dan Pdt. DR. Anna B. Nenoharan (Ketua Umum Sinode Gekindo).

Juga Jackson A.W. Kumaat (Sekjen DPP Partai Karya Perjuangan), Pdt. Manuel E. Raintung, S.Si, M.M. (Sekretaris Umum PGI Wilayah DKI Jakarta), Drs. Jopie J.A. Rory (Ketua DPD PKDI Sulawesi Utara), Ir. Albert Siagian (Sekretaris Umum DPP GAMKI), Drs. S. Laoli, M.M. (Tokoh masyarakat Nias), Pdt. Ferry Haurissa Kakiay (Sekretaris Umum BPS GBI), Pdt. Jefry Tambayong, S.Th (Pendeta dari GBI), Antonius Natan (Fasilitator Jaringan Doa Nasional), M.T. Natalis Situmorang, S.Hut, M.Si (Ketua Umum PP Pemuda Katolik) dan Sheila Salomo, S.H. (Ketua Umum DPP PWKI)

Sebetulnya masih ada sejumlah nama yang pantas diposisikan sebagai “Tokoh Pembuat Berita Sepanjang Tahun 2010” ini, namun kami batasi hanya memuat 20 profil tokoh. Kami menampilkan profil singkat ke-20 tokoh pembuat berita ini di Majalah NARWASTU Edisi Khusus Desember 2010-Januari 2010 ini sebagai bentuk apresiasi (penghargaan) kami atas perjuangan mereka selama ini di tengah gereja, masyarakat dan bangsa. Dan kami berharap dan berdoa kiranya kiprah mereka selama ini bisa memberikan inspirasi, motivasi, pencerahan dan pencerdasan untuk kebaikan gereja, masyarakat dan bangsa ini.

Pembaca yang terkasih, mungkin saja pemilihan para tokoh ini dianggap subjektif, tapi percayalah, kami sudah berupaya objektif untuk menampilkannya. Dan amat manusiawi kalau tokoh-tokoh yang tampil ini punya kekurangan, karena mereka bukan orang suci atau malaikat. Sekadar tahu, di tengah redaksi majalah ini pun tak jarang muncul perdebatan tentang figur seseorang sebelum nama ke-20 tokoh ini ditampilkan. Sekadar tahu, kami menghindari agar dalam “20 tokoh” edisi kali ini tidak ada “orang dalam” dari Majalah NAARWASTU, seperti penasihat, meskipun kami akui ada juga penasihat majalah ini yang layak masuk dalam “20 tokoh” itu.

Para tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU yang religius, inspiratif dan Pancasilais.

Harapan kami, semoga melalui tulisan ini kita bisa melihat sisi positif atau nilai-nilai juang dari figur ke-20 tokoh ini. Kepada para tokoh yang termasuk dalam “20 pembuat berita” ini, kami sampaikan pula bahwa inilah hadiah Natal terindah dari kami sebagai insan media Kristiani kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang selama ini telah ikut berupaya membentuk karakter bangsa ini. Akhirnya, kami sampaikan, selamat Hari Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. Tuhan memberkati kita semua. Selamat menyimak.

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos saat diwawancarai wartawan seusai memberi penghargaan kepada para tokoh Kristiani pilihan Majalah NARWASTU.

Tokoh Muda Pemberi Inspirasi dan Motivasi

Jackson Andre William (A.W.) Kumaat, S.E., S.H. saat menyampaikan pemikirannya dalam sebuah diskusi yang digelar Majalah NARWASTU pada medio 2010 lalu di Jakarta, ia mengatakan, sebelum Pemilu 2009 lalu digelar, ia bersama teman-temannya kaum muda dari berbagai daerah di Tanah Air sudah mendirikan sebuah partai politik bernama Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan) sebagai alat untuk berjuang. “Di Dephukam dan KPU kita lolos, dan saya ketua umum termuda saat pengambilan nomor partai politik peserta Pemilu 2009 di KPU waktu itu. Saat pengambilan nomor saya berdampingan dengan tokoh-tokoh nasional yang juga ketua umum partai, seperti Jusuf Kalla, Wiranto dan R. Hartono. Meskipun belum bisa menempatkan wakil di DPR, tapi di 23 provinsi partai kami punya anggota dewan,” ucapnya.

Menurut Jackson, barangkali dialah satu-satunya ketua umum parpol yang mau turun jadi sekjen, karena posisinya diberikan kepada guru politiknya, Letjen TNI (Purn.) M. Yasin. “Biasanya, kan, orang terus bertahan jadi ketua umum, tapi saya justru turun jadi sekjen,” tukasnya. Pakar Pangan, katanya, adalah partai anak-anak muda dari berbagai daerah di Indonesia. “Saya meyakini dan menjalankan perintah Tuhan yang ada di Kejadian 1:28, beranak cuculah, dan kuasai serta taklukkanlah bumi. Jadi lewat politik, kita ingin mempengaruhi, dan kita harus jadi garam dan terang,” tegas pria berdarah Manado ini.

Dalam berpolitik, ujarnya, kita harus takut Tuhan. “Saya sekarang agak prihatin melihat anak-anak muda kita, setelah selesai kuliah di Amerika atau Australia, pulang ke Indonesia, kerjanya hanya di perbankan dan bisnis. Jarang sekali yang terjun ke politik, dan politik dianggap kotor. Padahal politik itu amat penting. Bahkan, banyak pendeta dari PGI, PGPI dan PGLII yang alergi berpolitik. Padahal, kalau mau membangun Indonesia kita harus berpolitik,” pungkasnya.

Yang menentukan pejabat-pejabat atau orang-orang penting di negeri ini, katanya, adalah orang politik. Baik itu Ketua DPR, Ketua MK, Ketua MA, menteri, Ketua BPK, pejabat-pejabat tinggi, Ketua KPK, Kapolri dan Presiden ditentukan oleh politik. “Jadi politiklah yang bisa mengubah keadaan bangsa kita. Kalau kita ingin mengubah bangsa ini, harus lewat politik, bukan hanya teriak-teriak saja. Kalau kita ingin menjadi terang, maka harus jadi terang juga di partai politik. Saya maju di Pilkada Manado, karena ingin mengubah Manado lebih baik. Tapi jika kita berpolitik harus menampilkan nilai-nilai Kristiani,” paparnya.

Kata Jackson, di Indonesia banyak pendeta yang alergi pada politik. Sedangkan di Amerika dan Australia para politisinya justru didoakan pendeta agar berhasil. “Makanya, saya sekarang mau mengajak anak-anak muda agar jangan alergi berpolitik. Kita jangan hanya mau bekerja jadi PNS atau kerja di bank setelah selesai kuliah. Tapi harus mau juga berpolitik. Kita sedih melihat di daerah Bekasi dan Banten ada gereja-gereja ditutup dan dibakar. Makanya kita harus berjuang lewat politik, tentu kita harus berjuang dengan potensi yang sudah diberikan Tuhan. Kita adalah pemegang saham NKRI, jadi kita jangan keluar dari NKRI,” paparnya.

Jackson yang lahir di Bandung, 24 Januari 1978 adalah tokoh muda nasionalis yang mampu menunjukkan eksistensinya untuk membangun negeri tercinta ini. “Tuhan ternyata memberi talenta kepada saya di bidang politik. Saya punya prinsip dalam hidup, yaitu hidup untuk menghidupkan orang lain,” tukas Sekjen DPP Pakar Pangan ini.

Usia muda, katanya, bukanlah penghalang untuk menjadi seorang pemimpin. “Karena banyak tokoh Alkitab adalah orang-orang muda. Tuhan pakai orang muda untuk mengubahkan bangsanya. Coba perhatikan Yusuf, Ester dan Daud. Mereka adalah orang muda yang dipakai Tuhan untuk mengubahkan kaumnya. Makanya, Amsal 22 ayat 6 menyatakan, ‘Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya…’. Jadi orang muda membutuhkan didikan dari Tuhan agar tidak menyimpang,” tegasnya.

Jackson adalah sosok tokoh muda yang dinamis, enerjik, kreatif, dan cerdas. Ia mengikuti pendidikan semasa kecil di SD Advent, Jakarta, dan ia punya naluri berorganisasi, sehingga bersama teman-teman SD-nya ia mendirikan sebuah perkumpulan sepak bola. Sementara SMP-nya di SMP Negeri 1 Cikini, Jakarta. Ia aktif di kegiatan OSIS, termasuk ia sebagai pengurus seksi kerohanian di sekolah. Sedangkan di SMA Yadika, ia pernah Ketua OSIS. Saat reformasi bergulir pada awal 1998, ia aktif di Forum Kota (Forkot), ikut berdemonstrasi bersama mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi rakyat pada penguasa yang dianggap otoriter.

Alumni STIE Nusantara dan Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag), Jakarta, ini merasa dunia politik adalah bagian hidupnya. Dia belajar politik dari Letjen TNI (Purn.) M. Yasin, mantan Sekjen Dewan Ketahanan Nasional RI, seorang purnawirawan TNI yang kini menjabat sebagai Ketua Umum DPP Pakar Pangan. Menurut Jackson, bangsa ini kini sedang mengalami krisis demokrasi. Indikasi itu disebabkan, karena orang apolitis. “Masyarakat menjadi apatis terhadap politik. Kita harus memberikan kesadaran politik,” jelasnya.

Pada medio 2010 lalu, Jackson pun tampil sebagai Calon Wali Kota Manado, Sulawesi Utara. Meskipun dalam pilkada itu ia belum berhasil, namun ia sudah menunjukkan bahwa kaum muda berani dan harus diperhitungkan untuk memimpin bangsa ini supaya lebih baik. “Umat Kristen harus bisa menjadi solusi atas persoalan bangsa,” ucap Jackson yang cukup lantang berteriak soal kasus STT Setia dan HKBP Cinere setahun lalu. Bersama teman-temannya ia membentuk Pakar Pangan pada 7 Juli 2007 di Jalan Proklamasi 45, Jakarta Pusat. “Selama saya berada di Pakar pangan, saya akan lakukan seperti Yusuf dan Ester, berani berjuang demi komunitas gereja. Pemimpin gereja jangan alergi terhadap politik,” tandas penganut Kristen yang taat ini. FD

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here