Narwastu.id – Dalam suatu perbincangan ringan di sebuah pertemuan Forum Komunikasi (FORKOM) Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU beberapa waktu lalu, ada ungkapan bahwa tokoh-tokoh Kristiani pilihan majalah NARWASTU selama ini semakin punya prestise dan nilai setelah bergabung di FORKOM NARWASTU. Sejak FORKOM NARWASTU terbentuk pada 5 April 2016 lalu, memang sudah ada lebih dari 60-an tokoh pilihan itu yang berhimpun, lalu berdiskusi tentang persoalan gereja, masyarakat dan bangsa.
Ketua FORKOM NARWASTU, Prof. Dr. Marten Napang, S.H., M.H., M.Si menerangkan orang-orang yang dipilih NARWASTU sebagai tokoh adalah kader-kader terbaik dari kalangan gereja. Mereka, kata Guru Besar di Universitas Hasanuddin, Makassar, ini orang-orang berpengaruh, yang diakui kapasitasnya dan bukan figur sembarangan. “Sehingga diskusi-diskusi yang diadakan FORKOM NARWASTU, baik seputar bahaya narkoba, korupsi dan persoalan sosial kemasyarakatan, semakin bernilai, karena dihimpun dari diskusi para tokoh berkualitas pilihan NARWASTU,” ujar Marten Napang.
Sekretaris FORKOM NARWASTU yang juga mantan anggota DPR-RI, Sterra Pietersz, S.H., M.H. pun mengatakan, tokoh-tokoh Kristiani pilihan NARWASTU merupakan figur-figur terbaik dari kalangan gereja. “Pelayanan mereka teruji di tengah gereja dan masyarakat, dan sudah diseleksi tim NARWASTU. Tak gampang seseorang itu ditokohkan NARWASTU, karena tentu karya mereka harus punya nilai, dan pelayanannya dirasakan banyak orang. Makanya dengan adanya FORKOM NARWASTU, keberadaan tokoh-tokoh pilihan NARWASTU semakin bernilai,” pungkas mantan Sekretaris Umum DPP PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia), dan salah satu pencetus berdirinya FORKOM NARWASTU ini.
Nah, seperti para tokoh pilihan tahun lalu, di akhir tahun 2016 ini kembali kami pilih “21 Tokoh Kristiani 2016 Pilihan NARWASTU.” Mereka kami nilai sosok pelayan yang mampu menginspirasi dan mampu memotivasi sesuai dengan profesi atau pelayanannya selama ini. Misalnya, ada yang aktif di organisasi gerejawi, sosial, politik, hukum, HAM, TNI/POLRI, kemasyarakatan, ekonomi, budaya dan pendidikan, dan itu cukup menarik dicermati dan direkam. Dari situlah kami lihat sepanjang tahun 2016 ini ada muncul sejumlah figur pejuang (Baca: tokoh) yang bersentuhan dengan berbagai peristiwa menarik di tengah gereja, masyarakat dan bangsa ini.
Dan seperti tahun-tahun lalu, pada akhir 2016 ini, NARWASTU yang kita cintai ini menampilkan kembali 21 tokoh Kristiani “pembuat berita” (news maker). Dan ada tiga kriteria dari tim redaksi NARWASTU untuk memilih seseorang agar disebut tokoh pembuat berita. Pertama, si tokoh mesti populer dalam arti positif di bidangnya. Kedua, si tokoh mesti peduli pada persoalan gereja, masyarakat dan nasionalis (Pancasilais). Ketiga, si tokoh kerap jadi perbincangan dan muncul di media massa (terutama di NARWASTU), baik karena pemikiran-pemikirannya yang inovatif, aktivitas atau ide-idenya kontroversial. Si tokoh pun jadi figur inspirator dan motivator di tengah jemaat atau masyarakat.
Bagi tim NARWASTU, tak mudah untuk memilih seseorang agar jadi “tokoh Kristiani.” Lantaran kiprahnya harus kami ikuti pula lewat media massa, khususnya media Kristen, termasuk mencermati track record-nya. Pada akhir 2016 ini, kami pilih lagi “21 Tokoh Kristiani 2016.” Seperti tahun lalu, ada berlatarbelakang advokat, politisi, jenderal, tokoh lintas agama, pengusaha, aktivis HAM, pemimpin gereja, aktivis gereja, jurnalis, pimpinan ormas, dan aktivis LSM.
Dari hasil seleksi tim NARWASTU sejak awal Oktober 2016 lalu, dari 100-an nama yang terkumpul, berikut kami tampilkan 21 tokoh, yakni: Ritson Manyonyo, Brigjen TNI (Purn.) Junias M.L. Tobing, Irjen Pol. Arman Depari, Brigjen Pol. (Purn.) Victor Edison Simanjuntak, Parlindungan Purba, S.H., M.M., Pdt. DR. Tjahyadi Nugroho, dan Erick S. Paat, S.H.
Juga Pdt. Dr. Drs. Jerry Rumahlatu, Yohanes Handoyo Budhisedjati, S.H., Pdt. Dr. Djoys Anneke Karundeng Rantung,. M.Th, Budianto Tarigan, S.Sos, S.S.H., Pst. Louis Pakaila, Ir. David Pajung, M.Si, dr. Rosma Napitupulu, MARS, Pnt. Niniek Suryati L. Brent Salurapa, Clara Panggabean, Rebecca Olivia Haryuni, dan Ir. Soleman R. Matippanna, S.T.
Kepada Bapak/Ibu dan saudara yang terpilih masuk dalam 21 tokoh Kristiani tahun ini, kami sampaikan, inilah hadiah Natal terindah atau apresiasi dari Majalah NARWASTU sebagai insan media kepada Bapak/Ibu dan saudara. Bapak/Ibu dan saudara selama ini kami nilai pula telah ikut membentuk karakter bangsa ini, selain bisa menginspirasi dan memotivasi banyak orang. Akhirnya, kami ucapkan: Selamat Natal 2016 dan Tahun Baru 2017, kiranya Tuhan Yesus Yang Maha Rahmat senantiasa memberkati kita sekalian, amin. Syalom.
Dokter yang Selalu Ingin Memberi Layanan Terbaik
Dalam hati dr. Rosma Napitupulu, MARS., tak pernah terbersit kalau pada akhirnya ia akan menjadi dokter seperti sekarang. Setelah lulus dari Sekolah Katolik Tarakanita, Jakarta, ia diperhadapkan pada dua pilihan, yakni kuliah di jurusan pertanian atau jurusan kedokteran. Akhirnya ibu tiga orang anak ini mengambil studi di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta.
Istri tercinta dari Drs. Edison P. Panjaitan ini setelah lulus ditempatkan di Rumah Sakit UKI, Jakarta. Mantan Direktur Umum dan Marketing Rumah Sakit Mulia Insani, Cikupa, Tangerang, Banten, ini pun setelah berhasil mendapatkan gelar dokter umum, ia ingin mengambil spesialis penyakit dalam. Salah satu syarat yang diajukan oleh negara adalah harus mengambil Inpres.

Wanita berdarah Tapanuli ini kemudian ditugaskan ke Viqueque, Timor Timur, selama dua tahun. Selesai bertugas wanita yang pernah menjabat sebagai Asisten Penyakit Dalam di FK UKI/RSU UKI dan Koordinator Bank Darah RS UKI ini ditempatkan di Kanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta sebagai PNS, dan cita-cita menjadi dokter ahli penyakit dalam pun jadi terlupakan

Dalam bertugas di Kanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta, ia mendapat tugas belajar dari Kakanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta dalam bidang Spesialis Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Sembari belajar ia tetap praktik sebagai dokter keluarga di Askes Sosial. “Saat itu saya bangga dapat melayani sebagai dokter keluarga walau penghasilannya kecil, tapi, kan, melayani,” kenangnya. Kemudian ia bertugas dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Dan tahun 2011 ia bergabung di RSU UKI, Jakarta, dengan menduduki jabatan sebagai direktur utama.
Bagi dokter yang pernah bertugas di Kanwil Depkes Provinsi DKI Jakarta dan di Rumah Salit Khusus Daerah Duren Sawit, DKI Jakarta ini, jabatan yang diembannya merupakan sebuah kepercayaan besar, apalagi ia memiliki pengalaman sebagai Auditor ISO. “Di RSU UKI saya ingin membenahi apa yang belum ada, seperti regulasi. Saya akan berjuang,” katanya semangat.
Komitmennya bersama direksi lainnya untuk membawa RSU UKI ke arah yang lebih baik rupanya bukan isapan jempol semata. Hal itu dibuktikannya melalui keberhasilan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) yang menjadi percontohan. Prestasi lainnya, RSU UKI mendapat akreditasi dari pemerintah dalam 12 layanan memenuhi standar yang ada, serta meraih penghargaan lulus tingkat Paripurna Akreditasi Versi 2012 dari KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).
Dengan prestasi itu, semangat para staf dan dokter di rumah sakit Kristen dengan jargon, yakni “Melayani dan Bukan Dilayani” itu semakin bertambah. Apalagi dengan kebijakan dari pemerintah mengenai BPJS. Bahwa RSU UKI hampir 60-70% pasiennya memakai BPJS. Artinya siap menampung kalangan menengah ke bawah. “Di sini jumlah karyawannya ada sekitar 500 orang, dan bagaimana mereka tetap mendapatkan kesejahteraan dan kompetensinya tetap terus kami tingkatkan agar para pasien mendapatkan pelayanan terbaik. Karena dalam Akreditasi Versi Tahun 2012, pelayanan itu menuntut peningkatan mutu pelayanan dan pasien safety, dan pelayanan lainnya,” terang dokter berkacamata ini ramah.
Pelayanan yang terbaik tak hanya diberikan dengan lingkungan layanan bagi pasien rawat inap, akan tetapi perihal pelayanan dengan dokter dan perawat memberikan inform consent yang baik dan jelas, sehingga pasien mengetahui hak dan kewajibannya dalam perawatan di rumah sakit. Contoh dalam hal pemberian suntikan kepada pasien harus terlebih dahulu diberitahukan kepada keluarga, suntikan apa yang diberikan, bagaimana pemberiannya dan disetujui oleh keluarga atau pasien dan ditandatangani, sebagai salah satu syarat utama agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Di samping itu, para pasien dapat mengisi kuisioner yang disediakan pihak rumah sakit. Hal itu sangat bermanfaat untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit yang dipimpin dr. Rosma Napitupulu, MARS. “Dari kuisioner itu setiap harinya kita adakan evaluasi, di mana hasilnya kita rapatkan. Dari penilaian itu menyeluruh mulai dari satpam, makanan untuk pasien, sanitasi, pelayanan dan lain-lain. Semuanya demi meningkatkan mutu pelayanan. RSU UKI gedungnya boleh tua, tapi pelayanannya harus tetap muda,” tukasnya sembari tersenyum
Ibu Dokter ini menerangkan, prestasi RSU UKI adalah hasil kerja tim direksi, dokter, perawat dan seluruh karyawan, selain hasil kerja keras dari tangan dinginnya, sehingga hal itu jadi penyemangat untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pasien. Rosma memiliki visi, yakni melakukan yang terbaik dan harus menjadi contoh bagi para karyawannya.
Meskipun ia duduk sebagai orang nomor satu di RSU UKI, namun di sisi lain Rosma adalah seorang ibu bagi keluarganya. Di tengah kesibukannya ia selalu berusaha untuk membagi waktunya bersama suami dan anak-anaknya. Terlebih ia adalah Sintua di Gereja HKBP Kebayoran Selatan, Jakarta Selatan. Baginya, tak ada yang lebih menyenangkan selain bisa melayani Tuhan dan sesama. Sebagai seorang wanita yang sukses dalam karier, ia berharap agar para wanita Indonesia pada umumnya, dan wanita Kristen pada khususnya untuk bisa memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara melalui profesinya. KL