Narwastu.id – Tim Redaksi Majalah NARWASTU lebih dari tiga jam berdiskusi dengan Mayjen TNI (Purn.) Jan Pieter Ate, M.Bus, M.A., mantan Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Pertahanan RI, pemikir di TNI dan ahli strategi pertahanan dan keamanan ini di kantor Majalah NARWASTU pada Sabtu, 17 Oktober 2020 lalu. Kunjungannya disambut hangat oleh Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos dan tim. Mereka berdiskusi sambil menyeduh kopi dan diakhiri dengan makan siang. Mantan Wakil Rektor Universitas Pertahanan, Jakarta, ini memilih santapan soto Padang.
Ada banyak pemikiran yang mencerahkan dan memotivasi serta nilai-nilai kehidupan yang ia bagikan di kantor majalah yang punya motto “Menyuarakan Kabar Baik” ini. Pria asal Sumba ini beribadah di GKI Kwitang, Jakarta Pusat, dan ia pernah tiga tahun menjadi majelis. Sejak ia kecil kehidupan keluarganya sudah melekat dengan aktivitas gerejawi. Dan tak pernah ia bermimpi akan meraih pangkat jenderal bintang dua, karena ia berasal dari keluarga sederhana di NTT (Nusa Tenggara Timur). “Saya bisa begini karena doa orangtua saya,” ujar putra seorang penginjil di Sumba, NTT ini.
Saat menceritakan masa kecilnya, Jan Pieter Ate yang merupakan lulusan Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT, dan dulu aktif sebagai pengurus Resimen Mahasiswa menerangkan, ia awalnya ingin menjadi seorang dokter, namun Tuhan berkehendak lain. Menurutnya, ia tak bisa menjadi dokter karena situasi ekonomi keluarganya saat itu, apalagi ayahnya hanya seorang guru Injil dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang gigih membesarkan 10 orang anak-anaknya dan tekun berdoa. Ayahnya dulu amat gigih mendatangi setiap kampung di kawasan Sumba untuk memberitakan Injil. Sementara ibunya amat setia berdoa kepada Tuhan.
“Sepuluh orang anaknya selalu didoakan ibu supaya semua diberkati Tuhan dan bermanfaat bagi sesama. Nama anak-anaknya disebut satu persatu kalau beliau berdoa. Puji Tuhan, sekarang doa ibu saya terjawab. Delapan anak-anaknya berhasil, dan dua sudah dipanggil Tuhan. Dan saya begini sekarang karena doa orang tua,” ujar lulusan Sesko TNI dan mantan Staf Pribadi Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI ini.
Saat berada di kampung halaman, Jan Pieter Ate beribadah bersama keluarganya di Gereja Kristen Sumba (GKS). Ketika menceritakan awal mula masuknya ia jadi tentara, Jan Pieter menuturkan, semua karena mukjizat Tuhan. Setelah lulus kuliah, ia sempat berkiprah di DPD Golkar NTT, dan ia banyak belajar tentang dunia politik dan kemasyarakatan di partai politik itu. Selanjutnya saat ada kesempatan masuk ke militer, dia berangkat ke Jakarta. Meskipun perjalanannya berliku-liku ia akhirnya lulus di Kodam V Jaya pada 1984. “Semua proses yang saya jalani berliku-liku saat masuk tentara. Tuhan yang menuntun saya hingga sekarang,” ujar jenderal purnawirawan bintang dua kelahiran Sumba, NTT, 23 Mei 1959 yang punya tiga anak dan beristri Diana Evita Kembuan ini.
Kala mengikuti proses pendidikan di Sesko TNI ia mendapat hasil terbaik. Bahkan, kala ia mengikuti pendidikan semacam LEMHANNAS di Australia pun hasilnya predikat terbaik. Lantaran Jan Pieter Ate seorang yang cerdas ia pernah mendapat kesempatan belajar ke Australia, Belanda, Amerika Serikat dan Jerman. Di Belanda ia belajar mengenai hubungan sipil dan militer, di Amerika Serikat belajar masalah-masalah strategis pertahanan, dan di Jerman belajar tentang operasi-operasi militer. Dan di Jepang ia pernah diundang sebagai pembicara tentang kebijakan pertahanan Jepang (2014).
Sedangkan program S2 ia ikuti di Australia tentang integrited logistic managemen. Di sejumlah negara pun Jan Pieter Ate sudah pernah diundang sebagai pembicara tentang strategi pertahanan dan keamanan, seperti di Perancis, Italia, Rusia, Cina, Selandia Baru, Korea Selatan, India dan Mongolia. “Bisa jadi narasumber di banyak negara, sekali lagi, itu karena kemurahan Tuhan saja. Dan sekarang dua anak saya telah menjadi dokter, padahal dulu cita-cita saya jadi dokter, tapi cita-cita itu saya kubur. Sekarang saya baru mengerti rencana Tuhan, dua anak saya dijadikanNya sebagai dokter. Dan satu orang lagi anak saya masih kuliah di Kanada,” ucap mantan Kepala Pusat Manajemen Pertahanan di Kementerian Pertahanan RI ini.
Jan Pieter Ate dalam kiprahnya selama ini sudah mengunjungi banyak negara di dunia dan menginjakkan kaki di lima benua. Selanjutnya ia pernah dipercaya sebagai Wakil Rektor Universitas Pertahanan, Jakarta. Karena pemikiran-pemikirannya yang cerdas dan nasionalis, hingga kini pun ia masih sering diundang sebagai pembicara oleh banyak kalangan. Bahkan, koleganya para jenderal dari sejumlah negara masih sering meminta pemikirannya seputar strategi pertahanan dan keamanan. Hidup ini, kata Jan, mesti bermakna bagi sesama, makanya melalui tulisan-tulisan pun ia banyak berbicara tentang masa depan bangsa ini.
Saat masih mengabdi di Kementerian Pertahanan RI, Jan punya peran penting dalam menyiapkan draft RUU TNI. Selain itu, ia ikut merumuskan dan menulis Doktrin Pertahanan Negara, Strategi Pertahanan Negara, Postur Pertahanan Negara dan Buku Putih Pertahanan Indonesia (2008). Ia pun ikut menulis di dalam “Buku Putih Pertahanan Pertama Saat TNI Direformasi” dan ikut membahas naskah draft RUU Keamanan Nasional. Pembina Ikatan Keluarga Besar Sumba, Pembina organisasi Flobamora dari NTT dan Ketua Dewan Pengurus World Teach Indonesia (WTI) ini, pun aktif memberi perhatian pada anak-anak belia, kaum guru dan perempuan di kawasan Indonesia Timur.
“Media Kristen seperti Majalah NARWASTU kita harapkan bisa jadi pilar yang ikut terus menyuarakan nilai-nilai kehidupan di tengah bangsa ini. Saat ini godaan anak-anak muda adalah bahaya narkoba, pergaulan bebas dan pornografi lewat media sosial. Untuk menghadapi ini anak-anak muda mesti punya iman yang teguh, sehingga pers Kristen harus ikut menumbuhkan iman anak-anak muda Kristen dengan tulisan-tulisannya. Sekarang kita prihatin dengan banyaknya anak-anak muda yang suka berdemo, lalu melakukan anarkisme. Padahal mereka tidak paham apa yang didemo,” pungkas Ketua Harian Asosiasi Industri Pertahanan Swasta Nasional dan pengurus Komunitas Cerdas Nasional ini.
Bicara tentang kekuatan doa, ujar Jan, doa itu kuasanya dahsyat. Doa itu nafas hidup kita orang percaya, dan “kabel” kita agar tersambung dengan Tuhan. “Bapa di surga rindu mendengar anak-anaknya berdoa. Jadi saat kita khawatir, berdoalah pada Bapa di surga,” terang Jan yang memulai kiprahnya di tim Analisa Lingkungan Strategis Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI. FG