Narwastu.id – Pada 28 Oktober 2020 lalu, Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) sudah berusia 17 tahun. Di usia yang spesial itu, PERWAMKI selain membuat pelatihan jurnalistik juga akan meluncurkan sebuah buku berjudul “Pers Kristen dan Makna Kehadirannya” yang ditulis sejumlah anggota senior di PERWAMKI dan beberapa cendekiawan. Buku seputar pers Kristen itu diharapkan bisa kelak jadi pegangan bagi setiap anggota PERWAMKI agar bisa semakin memahami keberadaan pers Kristiani dan liku-liku di dalamnya. Panitia HUT ke-17 PERWAMKI yang dipimpin Emanuel Dapat Loka dan Roy Agusta Mantiri tak lebih dari dua bulan menerbitkan buku itu. Dalam catatan editor di buku tersebut ditulis, Dokumen Gaudium et Spes artikel 1 dari Konsili Vatikan II (1962-1965) mengatakan: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan dunia ini terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus.

Hari ini kita masih berada dalam dunia seperti yang digambarkan oleh dokumen tersebut. Di mana-mana masih “terserak” orang-orang yang miskin dan menderita, penuh duka dan kecemasan. Kepada mereka inilah kita diminta untuk hadir, menyenasib dan melakukan sesuatu untuk menyirami, menyiangi serta membiakkan kegembiraan dan harapan. Ketika virus corona merebak, dunia sungguh teringkus dalam ketidakberdayaan. Di mana-mana korban berjatuhan, bayang-bayang maut siap menelan korban kapan dan di mana pun, tanpa memandang siapa. Sekali lagi, dalam dunia serupa inilah pers Kristen ada dan bergumul melalui karyanya untuk memelihara iman dan harapan umat manusia.

Dengan begitu, pers Kristiani menjadi pers yang membawa kabar gembira bagi dunia yang acap kali nyaris kehilangan rasa ini. Sering kali manusia tidak lagi menjadi homo sacra res homini (manusia menjadi makhluk yang suci bagi sesamanya), tapi telah bersalin rupa dan hati menjadi homo homini lupus, manusia menjadi serigala bagi sesamanya. Wajah dan kelakuan buas hari ini antara lain bisa tampak dan terasa dari kecenderungan masyarakat memainkan berita-berita bohong atau hoax. Jika tidak hati-hati, masyarakat akan terjerembab dalam ketidaksalingpercayaan, bahkan saling curiga tingkat tinggi. Jalinan persaudaraan telah menjadi kering dan hambar tak bermakna. Sekali lagi, pers Kristen tidak bisa lari dari kenyataan ini, justru harus ikut bergumul dan memberi diri bagi pencerahan.

Untuk bisa mengemban tugas amat berat itu, pers Kristen sendiri harus memiliki sesuatu yang dimiliki untuk diberikan. Nemo dat quod non habet, tidak seorang pun bisa memberi yang tidak ia miliki. Pemberdayaan dan partisipasi berbagai pihak untuk mendukung peran dan kehadiran pers Kristen adalah kunci untuk itu. Harus ada keterjalinan peran dan semangat antara pengelola pers Kristen dengan umat Kristen sendiri. Sebagai refleksi atas kehadiran dan peran yang bisa dilakukan, Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia atau PERWAMKI menerbitkan buku berjudul “Pers Kristen dan Makna Kehadirannya.” Para penulis mencoba memotret peran yang pers Kristen yang telah dan akan diambil sambil memotret tantangan dan harapan serta realitas hari ini.

Terdapat 10 buah naskah elaboratif seputar kehadiran dan peran yang bisa dilakukan pers Kristen dalam membangun gereja dan bangsa ini. Celestino Reda, salah satu pendiri PERWAMKI, melalui tulisan “Pers Kristiani antara Industri dan Pelayanan” menganalisis realitas yang pers Kristen hadapi. Di satu sisi, Celes yang pernah menjadi wartawan Tabloid “Reformata” sungguh menyadari bahwa peran yang bisa dilakukan oleh pers Kristen dalam berkontribusi membangun gereja dan bangsa sangat besar. Di sini lain, dia memandang potensi yang besar itu belum tampak dalam actus yang maksimal oleh karena berbagai tantangan yang membentang di hadapan para pengelola pers Kristen. Celestino memandang, sangat penting dilakukan pemberdayaan yang dengan dukungan gereja, baik secara individu maupun lembaga.

Salah satu pendiri PERWAMKI lainnya, Jonro I. Munthe, S.Sos yang juga Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU melalui artikel “Fenomena Media Kristen dan Wartawan Masa Kini” memotret gejala yang hidup di dunia pers, baik pers umum maupun di kalangan pers Kristen. Ia menyebut tugas pers yang mulia seringkali dirusak oleh orang pers sendiri dengan kualitas diri dan keterampilan yang rendah dan karakter yang buruk. Karenanya ia mengharapkan ada “pertobatan” dan pembenahan.

Pemred chronosdaily.com, Roy Agusta melalui tulisannya “Peran Media dan Wartawan Kristiani di Era Digital” menegaskan, bahwa di hadapan kemajuan dunia yang maju super cepat, seorang wartawan harus pula menyesuaikan diri dengan cepat. Seorang wartawan yang tidak cepat menyesuaikan diri akan tertinggal jauh. Namun Roy mengingatkan agar kualitas tetap menjadi yang utama, bukan kecepatan semata. Pemred kitakatolik.com, Drs. Paul Maku Goru, M.M. dalam tulisannya “Pers Kristiani Menghadirkan Harapan di Tengah Pandemi” menjelaskan setiap insan pers Kristen harus senantiasa menyadari identitasnya sebagai pembawa kabar gembira dan harapan. Sebuah karya yang baik dan inspiratif, kata Paul, akan menjadi pembawa kabar gembira dan harapan. Tidak cukup seorang wartawan Kristen menyajikan data-data kering, tapi harus disertai dengan roh atau semangat yang membangkitkan iman, harapan dan kasih.
Ketua Umum DPP PERWAMKI, Stevano Margianto melalui tulisannya “Makna Kehadiran Organisasi Kewartawanan Kristiani” menjelaskan dalam segala keterbatasannya, pers Kristen telah dan akan selalu mengambil bagian dalam pembangunan iman pada Yesus dan rasa cinta pada Tanah Air. Lebih dari itu, harap Margianto agar muncul solidaritas di antara para insan pers Kristen dalam upaya saling mengembangkan atau meningkatkan kualitas. Sedangkan Penasihat PERWAMKI, Dr. Antonius Natan melalui artikel “Apa dan Bagaimana Pers Kristiani Itu” memberikan pendasaran yang kuat dari sisi biblis tentang identitas diri pers Kristen, tugas serta tantangannya.

Sekretaris Umum DPP PERWAMKI, Agus R. Panjaitan mencoba memotret tantangan konkret yang dihadapi pers Kristen melalui tulisan “Pers Kristen Menjawab Tantangan Zaman.” Agus juga memperlihatkan jika terjalin kerjasama yang sinergis antara pers Kristen dan gereja sebagai lembaga, maka tugas pewartaan kabar baik dan penggembalaan jemaat akan berlangsung dengan lebih baik. Lalu Pemred tempusdei. id dan salah satu pendiri PERWAMKI, Emanuel Dapa Loka dengan tulisan berjudul “Tantangan dan Harapan Pers Kristiani di Era Post Truth” memotret gejala yang sedang berbiak di tengah masyarakat dunia. Tantangan konkret pers saat ini, kata Emanuel, adalah ketidakjujuran dalam menyampaikan fakta. Emanuel menjelaskan saat ini tengah berbiak kecenderungan orang lebih suka mencari pembenaran daripada kebenaran atau mengulang-ulangi sesuatu yang sesungguhnya kebohongan atau hoax sehingga akhirnya dipercaya sebagai kebenaran.

Ketua DPD PERWAMKI DKI Jakarta, Boy Israel Siahaan melalui tulisan “Bermedia Online dengan Taktis dan Cerdas” mengajak pembaca untuk bermedia online secara taktis agar bisa memberi manfaat dengan cepat dan baik. Ia menunjukkan hal-hal teknis agar sebuah media dengan cepat bisa mendapatkan pembaca atau bisa menjangkau pembaca secara luas.
Sedangkan cendekiawan dan mantan petinggi Kementerian Pertahanan RI, Mayjen TNI (Purn.) Jan Pieter Ate, M.A. memandang pers Kristen memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga iman dan rasa cinta Tanah Air. Melalui tulisan “Pers Kristiani Penjaga Iman dan Rasa Cinta Tanah Air”, jenderal purnawirawan bintang dua asal Sumba, NTT (Nusa Tenggara Timur), ini menunjukkan berbagai data termaksud.

Selain tulisan-tulisan tersebut, buku ini juga berisi 22 profil singkat tokoh yang dinilai PERWAMKI telah berkontribusi bagi pembangunan gereja dan Tanah Air melalui peran masing-masing. Karena penilaian itu, maka pada malam puncak peringatan HUT-nya yang ke-17, PERWAMKI menganugerahkan penghargaan sebagai “Tokoh 2020” kepada mereka. “Semoga persembahan sederhana ini ikut menyumbang ‘sesuatu’ bagi upaya bersama mewartakan Kabar Baik dan harapan ke tengah-tengah dunia ini. Selamat membaca. Tuhan memberkati,” tulis editor buku ini. MT