Ada Hikmah di Balik Derita Sakit

* Oleh: Betty Bahagianty, S.Sos

271
Betty Bahagianty, S.Sos (kiri) dalam sebuah tugasnya di Majalah NARWASTU.

Narwastu.id – “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Dirundung penyakit berat tentu menjadi sesuatu hal yang tidak mengenakkan. Apalagi jika hal itu menimpa kita yang hidupnya tidak pernah aneh-aneh. Pada bulan Maret 2020 lalu saat muncul pandemi corona, dan tiap orang dibatasi seluruh kegiatannya, hal ini merupakan awal saya merasakan nyeri di tulang belakang dengan tiba-tiba. Dugaan saya pada saat itu mungkin terlalu capek atau salah posisi tidur. Jadi hanya diberi obat oles yang bisa dibeli secara bebas di toko obat. Keesokannya pada pagi hari saat saya hendak bangun dari tidur, tiba-tiba kesulitan untuk bangkit dari tidur. Dengan sekuat tenaga saya mencoba untuk bangun. Walaupun akhirnya mampu, namun lagi-lagi tulang punggung terasa sangat nyeri. Itu terjadi selama beberapa hari dan sangat tidak nyaman untuk beraktivitas.

Agar sakitnya tidak berlarut-larut, selain berobat ke tukang pijat, saya putuskan untuk terapi dengan ikut olahraga yoga. Sementara teman-teman kos mendorong saya untuk periksa ke dokter, tapi tidak saya hiraukan. Untuk sementara rasa sakit mereda setelah dipijat dan ikut yoga. Tapi tidak lama kemudian pada April 2020 kembali lagi rasa sakit itu menyerang, ditambah lagi nafsu makan hilang. Akhirnya saya putuskan untuk pulang ke rumah kakak di Kota Bekasi, Jawa Barat. Saat berada di rumah kakak rasa sakit timbul tenggelam. Di situ kakak mulai curiga, karena dari hari ke hari kesehatan saya nampak merosot. Jalan membungkuk, wajah terlihat pucat dan makin kurus. Kakak pun menyarankan saya untuk ke dokter dan dirontgen.

Singkat cerita di akhir Juni 2020 lalu saya putuskan untuk ke dokter spesialis tulang. Karena rupanya tidak hanya terasa nyeri di sekitar tulang punggung, tapi kaki sebelah kiri juga mulai kebas (mati rasa). Diantar oleh teman kos yang juga adalah teman komsel (Impact Community), lalu kami pergi ke sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta Selatan. Setelah bertemu dokter, saat itu saya disarankan untuk rontgen dan tes MRI. Setelah hasil tes tersebut keluar didapati kalau ada beberapa tulang yang retak dan terdapat cairan di dalamnya yang didiagnosis sebagai TB tulang. Dan harus dilakukan operasi sesegera mungkin. Sebab jika tidak, maka bisa mengakibatkan kelumpuhan. Saat itu pula saya berkonsultasi dengan dokter, termasuk membicarakan biaya operasi dan perawatan, yang katanya berkisar hingga ratusan juta rupiah. Karena memang di rumah sakit tersebut tidak menerima BPJS.

Saat mendengar diagnosis dokter yang mengharuskan untuk operasi, saya seperti mendengar petir di siang bolong. Apalagi ditambah biaya operasi dan pengobatan yang begitu fantastis. Tidak pernah menyangka jika kejadian setahun lalu, jatuh dari tempat tidur ketika melakukan tugas peliputan untuk sebuah pelayanan di luar Pulau Jawa berakibat fatal. Ada perasaan cemas dan takut di dalam hati saya. Apalagi tidak dapat lagi melakukan aktifitas jurnalistik di Majalah NARWASTU secara normal karena kondisi kaki dari hari ke hari semakin susah untuk digerakkan. Untuk kegiatan sehari-hari seperti makan, mandi atau tidur harus dibantu untuk dipapah. Hal itu menyebabkan kesedihan yang teramat dalam. Belum lagi rasa sakit yang kerap menyerang. Saking sakitnya sampai menangis tersedu-sedu. Hampir setiap malam sebelum menjelang tidur ketika bersaat teduh pribadi, tidak lupa untuk memohon pertolongan Tuhan termasuk soal biaya dan minta kesembuhan. Hampir tiap saat hanya bisa berserah dan berdoa. Sembari itu menjadi momen bagi saya untuk introspeksi diri. Tidak dipungkiri ada perasaan kecewa dan merasa kalau Tuhan tidak adil. Dan kerap bertanya kepadaNya, mengapa saya harus mengalami sakit seperti ini.

Tim PERWAMKI juga memberi dukungan dan mendoakan Betty Bahagianty, S.Sos di masa pemulihan.

Hampir setiap hari saya harus bolak balik ke dokter termasuk ke dokter spesialis paru di rumah sakit di kawasan Jakarta Pusat. Sembari mencari second opinion atas diagnosis dari dokter sebelumnya, termasuk juga ke dokter ortopedi di salah satu rumah sakit di Kota Bekasi. Atas kemurahan Tuhan, selama berobat semua biaya operasional dibantu oleh teman-teman Impact Community, para nara sumber atau sahabat di Majalah NARWASTU (Setelah diinfokan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Bang Jonro I. Munthe, S.Sos ke mereka), alumni SD Angkasa V Halim Jakarta, alumni SMPN 80 Jakarta, SMAN 14 Jakarta, teman kuliah serta orang-orang yang memang tergerak hatinya untuk membantu. Hampir setiap malam bersama dengan teman-teman komsel berdoa di kediaman masing- masing untuk terus meminta kekuatan kepada Tuhan agar saya dapat melewati proses ini.

Pada awal Juli 2020 setelah berkonsultasi dengan salah satu dokter Ortophedi diputuskan untuk segera operasi. Mengingat biaya operasi yang sangat besar, maka saya menggunakan fasilitas kesehatan BPJS. Sesuai prosedur yang ada, saya harus menunggu untuk dapat dioperasi. Kendati kondisinya harus segera diambil tindakan. Puji Tuhan, lagi-lagi pertolonganNya tidak pernah terlambat. Salah satu Ketua Alumni SMAN 14 menyebarkan informasi tentang kondisi saya. Salah satu teman alumni rupanya ada yang berprofesi sebagai dokter Ortophedi di sebuah rumah sakit di Kota Bekasi. Melalui bantuannya akhirnya saya masuk ke rumah sakit tersebut untuk segera dioperasi olehnya.

Setelah tiga hari diopname dan dilakukan berbagai tes, akhirnya pada hari keempat operasi pun dilakukan. Tiga jam lamanya operasi dilakukan dan berakhir dengan lancar. Hari lepas hari kondisi saya semakin membaik. Dan di hari ke-8 saya belajar berdiri dan berjalan. Puji Tuhan, semua dapat dilakukan dengan baik. Di hari ke-9 saya diperbolehkan pulang sembari tetap melakukan rawat jalan, seperti kontrol dan sebagainya.

Sampai saat ini saya tetap berobat jalan dan masih dalam tahap pemulihan. Kendati demikian, ada banyak pembelajaran dari sakit yang saya derita. Pertama, saya belajar apa itu kerendahan hati. Sejatinya, setiap manusia membutuhkan sesama dalam hidupnya. Kadang kala kita merasa sanggup melakukan segala hal tanpa bantuan orang lain. Padahal sebenarnya hal itu hanya ingin menutupi kekurangan dan kesombongan kita. Kedua, andalkanlah Tuhan di setiap waktu. Sebagai manusia kekuatan kita terbatas. Dan saat kita datang kepadaNya untuk meminta pertolongan, Dia pasti akan menolong. Tuhan senang kepada orang yang mau jujur dan terbuka di hadapanNya. Ketiga, bersyukur dalam segala hal. Bahwa rasa syukur itu tidak tergantung pada kondisi yang ada.

Apapun situasi yang tengah kita hadapi, entah itu baik atau kurang baik, tetaplah bersyukur karena semua yang terjadi tetap berada di bawah kendali Tuhan. Keempat, ujian untuk naik level. Sebab tidak ada anak yang tidak dihajar oleh Bapanya. Tujuannya agar kita semakin percaya kepadaNya. Dan yang terpenting adalah, betapa berharganya  hidup. Hidup bicara soal komitmen kita kepada Tuhan Sang Pemilik Hidup untuk dapat memberi manfaat kepada sesama. Jadi jangan sampai kita hidup dan bermain-main dengan dosa. Sebab kita tidak akan pernah tahu sampai kapan kita hidup di dunia ini. Kalau hari ini masih sehat dan hidup tanpa kurang sesuatu, maka seriuslah untuk menyembah dan memuliakan Tuhan dengan bersungguh-sungguh. Jadi seperti apapun kondisinya, saya mau katakan bahwa Tuhan itu baik, dan amat baik. Seperti yang dikatakan dalam 2 Korintus 12:9, “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna’. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” Terima kasih juga saya sampaikan kepada para sahabat di Majalah NARWASTU dan sahabat NARWASTU yang tak lelah mendoakan dan mendukung saya selama ini. Juga terima kasih kepada teman-teman di Perhimpunan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI).

 

* Penulis adalah jurnalis Majalah NARWASTU, pengurus Impact Community, anggota PERWAMKI dan lulusan Fakultas Komunikasi IISIP Jakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here