Narwastu.id – Ketua Forum Jurnalis Batak (Forum Jurnalis Batak) yang juga wartawan senior di harian “Sinar Indonesia Baru” (SIB), Jamida Pasaribu saat berkunjung ke kantor Majalah NARWASTU banyak berbicara tentang kegelisahannya melihat oknum-oknum wartawan di era Reformasi ini. Jamida Pasaribu yang dikenal figur nasionalis dan sudah 46 tahun malang melintang sebagai wartawan SIB, dan sering berhubungan dengan tokoh-tokoh nasional, sudah mengunjungi sejumlah negara dalam kaitan tugasnya.
Ketika berdiskusi dengan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos, Jamida menuturkan, FORJUBA lahir dari sebuah kegelisahan dan perenungannya yang cukup lama. Jamida yang juga Ketua Umum Keluarga Besar Parsadaan Pasaribu dan Boruna Se-Jabodetabek saat bertandang ke kantor NARWASTU didampingi empat pengurus FORJUBA, yaitu Hotman Lumban Gaol (Pemimpin Redaksi suaratapian.com/Sekretaris), Rifal Marbun (Pemimpin RedaksiĀ seputarkabinet.com/Bendahara) dan Amrin Simatupang (Pemimpin Redaksi Majalah “Artista” dan Ketua Panitia Deklarasi FORJUBA).
Menurut Jamida yang telah mendapat pin emas dari pimpinan harian SIB, karena dedikasinya sebagai jurnalis 46 tahun, wartawan itu sesungguhnya profesi mulia, intelektual dan berpengaruh di masyarakat. Namun, katanya, ia gelisah mendengar jika dikaitkan orang Batak dengan wartawan bodrek atau wartawan abal-abal. “Sekarang sangat mudah membuat kartu pers, dan kartu pers bisa menakut-nakuti pejabat, pengusaha atau politisi bermasalah. Itu tidak benar. Wartawan itu tugasnya memberi informasi yang baik dan benar pada masyarakat supaya masyarakat cerdas. Jangan profesi wartawan dibuat untuk menakut-nakuti orang bermasalah agar dapat uang,” ujar Jamida Pasaribu yang mantan Kepala Perwakilan SIB di Jakarta.
Jamida menegaskan, dengan terbentuknya FORJUBA ia menginginkan supaya wartawan-wartawan Batak bisa berhimpun dan menunjukkan eksistensi sebagai wartawan berkelas dan intelektual. Dan jangan sampai profesi wartawan dilecehkan karena ulah segelintir wartawan abal-abal. Wartawan abal-abal itu biasanya tak punya media, tak bisa menulis berita yang baik dan tak punya kompetensi sebagai wartawan, namun ke mana-mana mengaku wartawan.
Melalui FORJUBA, kata Jamida, ia bersama teman-temannya ingin menyatakan sikap tegas untuk melawan wartawan bodrek. Di sisi lain, imbuhnya, FORJUBA diharapkan bisa menghimpun wartawan-wartawan Batak agar punya persepsi sama, serta bisa melakukan kegiatan dengan semangat persatuan, dan persaudaraan yang rendah hati. Selain itu, cetus Jamida, ia pun terinspirasi dengan kiprah Majalah NARWASTU yang selama ini mampu mengangkat dan memilih tokoh-tokoh Kristen setiap akhir tahun.
“Saya pikir FORJUBA pun ada keinginan untuk memilih tokoh-tokoh Batak, tentu yang bisa menginspirasi dan memotivasi banyak orang serta jadi perbincangan positif di kalangan orang banyak. Tokoh itu bisa dari kalangan politisi, anggota DPR, tokoh masyarakat, pengusaha, pemimpin media atau pengacara. Saya pikir yang dilakukan Majalah NARWASTU selama ini bagus. Yang baik itu saya kira harus kita tiru. Kalau Majalah NARWASTU itu dikenal di kalangan umat Kristiani, maka FORJUBA kami harapkan diperhitungkan di kalangan masyarakat Batak,” pungkas Jamida Pasaribu yang kini berusia 68 tahun dan aktif beribadah di Gereja HKBP Depok, Jawa Barat.
Diskusi tim FORJUBA di kantor Majalah NARWASTU diadakan pada Kamis, 6 Agustus 2020 lalu, mulai pukul 13.00 hingga 17.00 WIB. Mereka mengawali dengan bersantap siang, lalu menikmati kue-kue basah, keripik singkong, kacang garing dan menyeduh kopi. Acara yang berlangsung familiar itu diawali dan diakhiri dengan doa. “Kami bersyukur dan berterima kasih dengan penerimaan Bang Jonro Munthe pada tim FORJUBA. Kami banyak mendapat masukan, dan ini diskusi yang amat bagus, karena kita bisa bertukar pikiran dan berbagi pengalaman,” ujar Rifal Marbun. Dan Rifal Marbun menilai, PERWAMKI (Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia) patut juga diapresiasi karena sudah berbuat banyak juga di kalangan wartawan Kristiani. Dan Jonro Munthe adalah salah satu pendiri PERWAMKI pada Oktober 2003 lalu. KL