Bagi Presiden Komisaris Nasari, St. Sahala R.H. Panggabean, MBA, blessing in disguise atau segala sesuatunya dalam hidup ini ada hikmahnya, termasuk krisis financial yang terjadi di Tanah Air pada tahun 1998 lalu. Krisis moneter (krismon) yang merontokkan ekonomi dan industri perbankan nasional ketika itu ternyata memberikan berkah tersendiri bagi Sahala yang juga pendiri KSP Nasari. Lantaran krisis, perbankan menghentikan kucuran kredit. Masyarakat pun resah, karena tidak bisa mendapat suntikan dana, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun produktif.
Melihat kondisi demikian, jiwa sosial Sahala terusik. Berbekal pengalamannya selama puluhan tahun di Bank Pegawai Pensiunan Militer (Bapemil-cikal bakal Bank Tabungan Pensiunan Nasional/BTPN), ia pun tergerak mendirikan koperasi. “Agar bisa membantu para pensiunan yang membutuhkan,” kata Sahala. Nama Nasari sendiri berasal dari bahasa Batak yang artinya: Peduli. Dengan database yang dimilikinya, Sahala mulai menyapa para pensiunan yang membutuhkan pinjaman. Segmen pensiunan dipilih karena minim risiko kredit macet. Sebab, gaji pensiunan yang dibayarkan melalui PT Pos Indonesia langsung dipotong sebagai cicilan.
Ternyata pilihan Sahala membentuk KSP (Koperasi Simpan Pinjam) Nasari yang fokus membiayai pensiunan, ternyata di kemudian hari terbukti tepat. Karena koperasi ini mampu tumbuh dan berkembang di tengah persaingan pasar pembiayaan yang semakin ketat. Sahala lahir di Tarutung, Sumatera Utara, 3 April 1950. Di kota itu pula ia menempuh pendidikan hingga SMA. Saat kuliah ia memilih hijrah ke Jakarta dan kuliah di Universitas Trisakti. Ia menyelesaikan S1 Ekonomi pada 1984.
Lantaran dana yang terbatas, Sahala kuliah sambil bekerja di Bapemil. Posisi terakhir Kabag Operasi di Bapemil Cabang Semarang. Setelah Bapemil berubah menjadi BTPN, bapak empat anak ini masih meneruskan karier profesionalnya. Terakhir posisinya Pimpinan Kantor Cabang BTPN Yogyakarta pada 2005. Sejak kecil ia dididik untuk peduli pada nasib orang lain. Spirit kepedulian ini membentuk karakternya untuk melayani dengan setulus hati. Sikap peduli ini berasal dari nilai-nilai Kristen yang dianutnya.
Dengan semangatnya peduli dan melayani itulah ia membesarkan Nasari. Nilai-nilai yang penuh dengan moralitas ini terbukti kokoh di setiap lintasan zaman. Buktinya, selama 16 tahun berdiri, Nasari tetap tumbuh bahkan menjadi salah satu koperasi papan atas di Tanah Air. Hal itu terlihat dari jumlah anggota sebanyak 128.149 orang dari tahun sebelumnya 110.413 anggota.
Kunci kesuksesan KSP Nasari dalam mengembangkan bisnisnya terletak pada kejelian mengintip ceruk pasar. Pada 2009 lalu KSP Nasari berhasil menempati urutan ke-7 dari 100 koperasi terbesar di Indonesia versi Majalah Pusat Perkoperasian Indonesia (PIP). Menkop dan UKM, Syarifuddin Hasan pernah mengatakan, “NASARI sekarang sudah jadi pionir dalam persaingan bisnis keuangan. Nasari akan eksis.”
Semangat kepedulian juga ditularkannya dalam kehidupan keluarga bersama dengan istri tercinta Tetty M.L. Situmorang, S.E., M.M. Keempat anaknya dididik dalam spirit kebersamaan dan peduli sesama. Ia juga aktif melayani di gereja dan pernah dipercaya sebagai Ketua Bidang Dana di Panitia Jubileum 150 Tahun HKBP (2011) untuk Wilayah Jawa Tengah ini. Sahala baru-baru ini terpilih sebagai salah seorang “Tokoh Koperasi 2014.” Ia membawa inovasi bisnis yang tidak biasa di perkoperasian, yaitu mengincar pasar pensiunan yang tidak dilirik oleh para pemain KSP lainnya. Memang belakangan muncul para pengekor, namun nama Sahala tetap tak tergeser sebagai sang pionir.
Nasari yang dipimpin Sahala tak hanya bergerak dalam usaha simpan pinjam, tapi juga di bidang Sentra KUMKM, BPR Trans, Info KUKM, BDS, Mart, Property, Artha, Pengelola Aset dan Asuransi. Sahala yang juga penatua di Gereja HKBP Kartanegara Selatan, Semarang, Jawa Tengah, kini dipercaya sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi dan Sinergi Koperasi Jasa Keuangan/Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJK/KJKS) Indonesia (KSP/USPK/BMT/KOPDIT), yang memimpin 71.000 koperasi di seluruh Indonesia. Pengusaha tangguh, nasionalis dan religius ini pernah meraih penghargaan Best Executive Award (2002) dari International Human Resources Development Program, First Golden Trophy 2005 Entering The World Opportunities (2006), Pengelola Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional (2006) dari Menteri Negara Koperasi dan UKM dan Piagam Penghargaan ISEMBEA Inovasi dan kreasinya dalam menciptakan kegairahan berkoperasi di Semarang (2007).
Dia pun pernah mendapat penghargaan sebagai “Tokoh Indonesia Berprestasi 2009” yang dianugerahkan dalam “2009 Indonesian Leader Achievement Award” pada 8 Agustus 2009 di Semarang. Kalau sekarang ia menjadi penatua di Gereja HKBP, katanya, itu karena panggilan Tuhan. Dia merasa semakin sukses setelah giat melayani di gereja. Pada akhir 2011 lalu, Nasari pun mendapat penghargaan yang cukup bergengsi dari Kementerian Koperasi dan UKM, yakni Microfinance Award 2011. Ada tiga saat itu penghargaan yang diterima, pertama, “Kategori Paling Dinamis Struktur Organisasi Usahanya Sesuai Lembaga Intermediasi.” Kedua, “KSP NASARI Pemenang Utama.” Ketiga, “Kategori Paling Cepat Pertumbuhan Asetnya”, dan ketiga penghargaan itu diterima pada 16 November 2011 lalu. Sahala pun dipercayakan keluarga besar Raja Panggabean, Boru dan Bere se-Dunia sebagai Ketua Umum Panitia Partangiangan (Doa Syukur) pada 21 sampai 23 Juni 2013 lalu di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.