Segalanya Diawali dari Kesukaran (Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)

* Oleh: Ir. Sahat P. Pasaribu, M.Pdk

73

Narwastu.id – Tuhan Yesus berkata, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Sudah barang tentu seseorang bisa mengasihi orang lain dengan terlebih dahulu hatinya gembira. Jadi mengasihi orang lain adalah untuk membuat diri kita jauh dari penyakit. Membahagiakan orang lain adalah cara mudah membahagiakan diri sendiri. Para wirausaha sangat sadar bahwa keuntungan yang mereka raih adalah karena jasa  staf dan karyawannya, sehingga mereka yang berjasa harus menikmati juga  keuntungan tersebut.

Pengusaha Kristen yang sukses bukan karena banyak keuntungan yang diperolehnya, tetapi karena dia telah banyak memberi. Semakin banyak memberi semakin berkembang pula bidang  usahanya dan pada gilirannya semakin sehat jiwa jasmaninya.

Kesukaran untuk menjadi Wirausaha (Entrepreneur)

Diperlukan keberanian yang luar biasa untuk terjun menjadi pengusaha wirausaha (Entrepreneur), karena harus berani rugi dan gagal. Kalau  terjadi kegagalan, maka  pelaku wirausaha harus bangkit. Kejatuhan bisnis tidak boleh membuat semangat mengendur, harus bangkit dan terus bangkit. Kegagalan itu bersifat sementara, tetapi kemiskinan bersifat permanen, sehingga kegagalan harus dilawan untuk bangkit sebagai pemenang agar tidak jatuh dalam kemiskinan.

Jadi ketika menghadapi kesukaran harus bertindak tidak kenal menyerah, itulah kekuatan untuk meraih  kemenangan dan kesuksesan. Banyak manusia terdidik tidak berani memasuki dunia wirausaha, pengennya sih menjadi PNS sekalipun gaji rendah tetapi lebih aman dan kemungkinan masih dapat sabetan setelah menduduki jabatan struktural, apalagi pada posisi eselon tinggi. Sebaliknya banyak manusia kurang terdidik tetapi dengan mental baja berani terjun ke dunia wirausaha menjalankan Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan tingkat penghasilan yang lebih besar dari gaji PNS Eselon IV.

Bahkan beberapa pengusaha besar, seperti T.D. Pardede (alm.), Liem Sioe Liong (alm.), Eka Tjipta Widjaya,  Bob Sadino,  William Soeryadjaya (alm.) dan lain-lain hanya lulusan SD atau pernah Sekolah Menengah Pertama tetapi putus di tengah jalan. Beberapa terkaya di dunia tidak lulus kuliah, contohnya Henry Ford (pendiri mobil Ford), Thomas Edison (pembuat lampu pijar), Bill Gates (pendiri Microsoft), Mark Zuckerberg (pendiri Facebook), Walt Disney (pendiri Diney World) dan Steve Jobs (pendiri Apple)

Di dalam dunia usaha, manusia dalam mencari kemakmuran dirinya bisa dikategorikan  4 (empat) golongan, yaitu: Tenaga Kerja (Employee), Pengusaha Kecil dan Menengah (UKM) atau Small Business, Pengusaha Besar alias konglomerat (Big Business) dan investor. Lulusan perguruan tinggi dengan sederatan titel mengincar jabatan tinggi di perusahaan besar, banyak yang berhasil menjadi CEO (Chief Executive Officer) atau direktur utama  dengan gaji tinggi.

Semakin besar gaji yang diperoleh, maka semakin besar pula pajak yang harus dibayarnya. Tingginya pajak yang harus dibayar oleh para eksekutif menimbulkan perasaan yang kurang adil,  mengurangi minat bertukar posisi menjadi wirausaha.  Sebaliknya para Pengusaha Kecil dan Menengah membayar pajak rendah dan kemungkinan berkembang sangat tinggi untuk bertukar posisi menjadi pengusaha besar. Pertanyaannya, maukah Anda memulai dari usaha kecil?

Siapa yang mampu dan mensyukuri hal kecil, pasti akan mampu mengelola yang besar. Semua wirausaha adalah manusia pemberani untuk memakmurkan dirinya dan sekaligus menjadi saluran berkat bagi orang lain. Tuhan  pasti berpihak ke manusia pemberani untuk menciptakan  lapangan kerja dan membangun kehidupan ke arah yang lebih baik.

Untuk menjadi wirausaha perlu mimpi besar, bermimpilah jadi orang kaya. Pengertian kaya di sini adalah  mandiri untuk kelangsungan hidupnya, makmur dan sejahtera, tanpa bantuan orang lain. Soal berapa besar harta kekayaannya adalah relatif. Menurut teori akutansi, orang yang berutang banyak bisa dikategorikan sangat kaya (punya aset besar),  karena kekayaannya adalah harta sendiri (equity) ditambah utangnya.  Mengapa perlu mimpi jadi orang kaya? Menjadi  kaya bukan berarti memiliki uang berlimpah. Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan tetapi kekurangan uang juga bisa menimbulkan kejahatan.

Dengan demikian perlu keseimbangan dalam hidup, menjadi orang  kaya yang  takut akan Tuhan. Menjadi kaya  adalah dambaan setiap orang  karena kemiskinan itu sungguh sangat menyebalkan, terhina dan rawan terhadap perbuatan criminal. Terbukti orang kaya dipakai Tuhan untuk menciptakan kerja, berproduksi, membayar pajak dan menjadi saluran berkat. Jadi bermimpilah menjadi orang kaya untuk kemuliaan Tuhan Yesus.

Ada 3 (tiga) hal utama yang perlu diciptakan di dalam diri  wirausaha, yaitu: Kreatif-Inovatif,  jaringan luas dan terpercaya. Manusia kreatif-inovatif adalah manusia yang tekun berpikir positif (bermental baja) untuk pemecahan masalah.  Banyak cerita kreatif- inovatif di dalam Alkitab. Raja Salomo menuntaskan masalah bayi yang tertukar, bayi yang hidup itu kembali ke pangkuan ibu kandungnya. Yakub menggandakan domba belang sehingga menjadi lebih kaya dari mertuanya Laban.

Yusuf  berhasil menyelamatkan Mesir dan saudara-saudaranya dari bahaya kelaparan. Daud mengalahkan Goliat dengan keberanian dan kecerdikan yang sangat kreatif-inovatif. Abraham mengelola tanah dengan tandus menjadi subur dan tempat berkembang biak domba dan lembu di Palestina. Yesus Kristus  melepaskan wanita Samaria dari hukuman lemparan batu. Di era modern sekarang ini banyak bangunan bertingkat dan tahan gempa bermunculan di seluruh dunia untuk  menyelamatkan lahan pertanian berubah fungsi menjadi  lahan perumahan. Mobil Toyota Avanza telah merajai jalanan dan paling banyak diminati kelurga menengah di Indonesia, semuanya itu bisa terjadi  berkat pemikiran kreatif-inovatif.

Setiap orang yang bersedia melayani telah menciptakan  jaringannya kepada yang orang lain,  apalagi semakin luas dan tinggi level yang dilayani akan membuat jaringannya (net working) menjadi pendukung  bisnis yang tangguh di kemudian hari.  Generasi muda dan pengusaha muda Kristen harus tangkas dan pandai bergaul   dengan orang-orang sukses dan pemimpin terkemuka di masyarakat dan para direktur perusahaan-perusahaan ternama.

Modal utama untuk memperluas jaringan adalah rendah hati, beretika dan memiliki moral yang baik. Terkadang untuk memperluas jaringan harus ikut magang, terjun menjadi panitia di berbagai kegiatan amal, mengikuti seminar, panel diskusi, ikut tour, aktif di gereja dan menjadi tenaga salesman dll yang tujuannya adalah  bisa berkenalan kepada orang-orang sukses di lingkungan kegiatan yang diikuti.  Ketika mengalami kegagalan dalam dunia usaha, tidak perlu khawatir asalkan punya jaringan luas. Kegagalan akan membuat kebangkrutan tetapi  bersifat sementara dan harus diatasi, termasuk meminta campur tangan jaringan yang sudah terbangun selama ini.

Para pengusaha yang gagal pasti akan bangkit  dan mottonya adalah bangkit dan tidak kenal menyerah. Berbeda dengan kemiskinan yang sifatnya permanen, sehingga wirausaha tidak mau menjadi orang miskin dan terhina. Bagi yang tidak punya jaringan maka disarankan jangan terjun ke dunia wirausaha.  Pebisnis wirausaha adalah orang-orang terpercaya, modal utamanya adalah kepercayaan. Dengan kepercayaan uang mengalir dari pemilik modal kepada pemilik proyek atau si pelaku kegiatan bisnis. Membangun kepercayaan kepada orang lain  memerlukan waktu dan integritas.

Diawali dari jujur terhadap diri sendiri dan tidak berkompromi dengan  kecurangan dan perbuatan tercela lainnya.  Pengusaha wirausaha  harus bisa mempertahankan perilaku terpercaya ketika dihadapkan mengelola keuangan, terutama pinjaman atau utang. Berwirausaha berarti harus bisa dipercaya kemampuannya mengelola utang untuk menumbuhkan kekayaan.  Utang digunakan mencari laba sekaligus mencicil pokok pinjaman sampai lunas. Para pengutang di bank yang paling bisa diandalkan untuk membayar bunga dan pengembalian pokok pinjamannya  adalah wirausaha (entrepreneur). Dengan demikian yang memajukan bank dan lembaga keuangan lainnya adalah wirausaha. Para wirausaha yang sukses dan terpercaya sangat mudah mengumpulkan modal dari pihak ketiga non bank, sehingga usahanya di berbagai bidang (diversivikasi) terus berkembang. Beberapa wirausaha besar  yang sukses berubah  statusnya  dari pengusaha besar menjadi investor.

Menjadi orang Kristen dituntut utuk memakmurkan dirinya dulu, baru orang lain. Bagaimana bisa mengasihi sesama kalau diri sendiri miskin dan tidak punya penghasilan yang bagus? Mengasihi orang lain berarti diri sendiri harus punya kemampuan memberi. Berilah banyak, maka Anda akan memperoleh banyak. Berwirausaha berarti berbisnis untuk menciptakan keuntungan dan lapangan kerja serta melayani banyak orang. Jadilah manusia entrepreneur sekalipun pada tahap awal mengalami kesukaran.

 

  • Penulis adalah seorang pengusaha, pemerhati sosial kemasyarakatan dan anggota jemaat gereja HKBP, tinggal di Jakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here