Sabar Melebihi Pahlawan

* Oleh: Hojot Marluga

119

Narwastu.id – Amsal berkata, orang yang sabar melebihi pahlawan. Sabar berarti pajang hati, bisa diartikan sikap bertekun, berakar pada hati. Sikap tak mau patah arang, senantiasa bertahan dalam pengharapan, tak kecut hati sekalipun mengalami kekalahan, jatuh bangun. Itulah sifat orang yang memiliki panjang kesabaran.

Adagium menyebut, bersabar adalah pahala bagi seseorang yang mampu menahan diri. Pahala bagi orang yang tak cepat marah, naik pitam. Contoh yang paling afdol soal kesabaran adalah tindakan Tuhan terhadap kita manusia. Tuhan sabar dengan kelakuan manusia, tak melenyapkan, bahkan masih memberi kesempatan untuk manusia walau kita manusia telah jatuh ke dalam dosa. Tak terbatas panjang kasihNya memberi kesempatan untuk kembali dari jalan-jalan yang salah.

Konkretnya Tuhan sendiri mengasihi manusia dan selalu menanti pertobatan, bahkan senantiasa memberi keleluasan dan kesempatan bagi manusia untuk berbalik. Kembali pada rancanganNya yang semula. Maka dengan demikian panjang sabarNya tersebut dibuktikan dengan kesabaran lewat penantiaan panjang menunggu pembaharuan, pemulihan hati manusia.

Panjang sabar, orang yang memahami kedalaman ini bila berhadapan dengan hal-hal yang menimbulkan amarah. Orang yang memahami kedalamanNya wajib menunjukkan kesabaran, seperti kesabaranNya. Dalam hubungan sosial mampu meneguhkan diri untuk bersama-sama dengan orang lain. Kehadirannya bermaslahat untuk kemaslahatan. Pesan moralnya adalah bahwa panggilan mengenal.

Dia sangat ditentukan oleh integritas seseorang lewat proses memahami maksudNya. Pertanyaannya, sudahkah kita menaruh pikiranNya tentang orang lain yang patut mendapat belas kasih? Di sinilah luar biasanya sifat Tuhan yang panjang sabar. Sifat tersebut bukanlah kepasifan, tapi penguasaan atau pengekangan pengendalian diri. Sifat ini hampir selalu dikaitkan dengan sifat kasih sayang dan kemurahan Tuhan terhadap orang yang sesat jalannya.

Sabar kata lain tekun. Tekun atau terus-menerus tabah, berarti tetap hadir untuk menjaga spirit, seperti orang yang terus mawas dalam setiap keadaan, baik buruk dan senang dia tetap bisa bertahwakal. Jikalau gagal tetap teguh tanpa putus asa, jika berhasil tak jumawa, tetapi terus-menerus bersabar dalam perjuangan. Inilah orang yang punya prinsip.

Menjadi Murid

Saat menggoreskan tulisan ini saya sedang membaca buku biografi seorang entrepreneur yang mendirikan Universitas Mpu Tantular, Jakarta, Tarnama Sinambela dalam buku Memoar Seorang Pangeran di dalamnya dikisahkan perjalanan hidup. Mengalami jatuh bangun hingga kemudian sukses mendirikan usahanya yang dimulai dari mendirikan Sumur Batu Group. Dari usaha tersebut kemudian berkecambah hingga ke lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Budi Murni, sekolah dari SD  sampai SMK bahkan hingga universitas.

Tarnama dengan kesabaran merintis usahanya dari bawah, kemudian menemukan satu filosofi hidup bersabar dengan tekun; “Jadilah guru bagi sesama jika memiliki kelebihan, tetapi jadilah murid jika memiliki kekurangan.” Maksudnya jika punya hal yang bisa dibagikan untuk orang lain, jadilah guru yang memberi pencerahan, membantu. Lebih dari itu berserahlah kepada Tuhan dengan penuh pengharapan. Baginya, orang yang berserah kepada Tuhan, seperti rajawali memulihkan kekuatannya, yang letih bisa pulih dari keletihan. Pesan moralnya mari belajar menjadi murid yang bersabar dari guru kesabaran, yaitu Tuhan.

Jadi, kesabaran adalah sikap yang termanifestasi dari tekun, sabar membawa kemenangan. Panjang sabar berarti berfikir dengan lebih jauh, lebih seksama dan bijaksana. Kesabaran manusia sangat perlu di dalam hidup pergaulan dengan sesama. Kesabaran manusia akan menimbulkan perdamaian dengan sesama dan akan menimbulkan sesuatu yang lebih baik dalam langkah kehidupannya. Kesulitan itu penting untuk mengasuh mental, asal sabar memetik hikmahnya.

Jadi jelas, seorang yang bisa bertahan karena sabar dalam penderitaan bukanlah kelemahan, bukanlah menyerah saja pada nasib dan bersikap masa bodoh, melainkan kesabaran justru suatu sikap yang menunjukkan kekuatan dan kemampuan untuk berhati-hati, berpikir lebih jauh, bertindak bijaksana dan penuh kasih. Kesabaran yang demikian harus berdasarkan iman, kasih dan pengharapan dari Tuhan. Kembali mengutip Kitab Amsal, orang yang sabar orang yang berpengertian mampu mengendalikan emosi. Sementara pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan. Sebagaimana judul tulisan ini, orang yang sabar dan menguasai dirinya melebihi seorang pahlawan.

Tentulah sikap kesabaran dalam kehidupan sehari-hari termanifestasikan dari respons kita menghadapi setiap keadaan. Apakah sabar atau menggerutu tergantung sikap karakter seseorang itu meresponinya? Kita diminta sesungguhnya selalu selalu sabar. Sikap sabar itu termasuk sabar dalam menanggung segala sesuatu, sebab sabar adalah bagian dari kasih.

Edmund Burke (1729-1797) seorang negarawan Irlandia, penulis, ahli pidato pernah mengatakan, bahwa kekuatan prinsip dan menjalani dengan kesabaran itulah yang membuat seseorang berhasil. “Jangan berputus asa, tetapi kalau Anda sampai berada dalam keadaan putus asa, tetapi jangan berhenti berharap dan berusaha untuk berjuang melewati keputusasaan itu.”

Lalu, pertanyaannya kemudian adalah apa pentingnya kesabaran itu? Jelas, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar. Kearifan filosofi Jawa yang menyebut alon-alon asal kelakon, pelan-pelan asal selamat. Kemudian dengan memiliki panjang sabar mengkikis kesombongan. Para tokoh yang telah menorehkan karya pada pada kemanusiaan adalah orang yang menghidupi dan dihidupi oleh sifat sabar.

Para nabi dan para rasul yang berteriak berbicara demi nama Tuhan pun menunjukkan panjang sabar. Di dalam kesabaran juga ada kemurahan yang mendalam, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Bersabar dan harus meneguhkan, mendirikan, menguatkan, menegakkan, bahwa kesabaran datangnya dari sifat Tuhan.

 

* Penulis adalah seorang motivator,jurnalis dan penulis buku.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here