Narwastu.id – Pria kelahiran Kolonodale, 2 November 1962 ini, selain dikenal salah satu pemuka masyarakat Poso, Sulawesi Tengah, ia pun kini dipercaya sebagai Ketua Umum Majelis Umum Sinode GSI (Gereja Sahabat Indonesia), salah satu anggota PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia). Dan ia pun merupakan anggota Sidang MPL (Majelis Pekerja Lengkap) PGI. Ketika reformasi bergulir, kerusuhan bernuansa agama meledak pada 1998 lalu di Poso, Sulawesi Tengah, dan ayah dua anak serta suami tercinta Rosalina Magdalena Joseph ini salah satu yang paling vokal berteriak agar pemerintah dan aparat segera menindak provokator kerusuhan Poso, yang kala itu sampai menimbulkan pertumpahan darah warga.
Bersama sejumlah pemuka masyarakat Poso, seperti Kolonel TNI (Purn.) Koeswandi dan Pdt. DR. M.Y. Kasodu, pada tahun 2000 lalu mereka giat menyuarakan persoalan Poso lewat organisasi-organisasi kemasyarakatan dan media massa. Bahkan, mereka kerap memberikan pernyataan sikap kepada legislatif, eksekutif dan elite-elite politik agar peduli terhadap persoalan di Poso, yang di kemudian hari diketahui bahwa teroris pun ikut terlibat dalam kasus yang mengenaskan tersebut. Selama ini, Pdt. Misterlian Tomana, M.Th yang merupakan kandidat Doktor Teologi juga pernah dipercaya sebagai Sekretaris Umum Forum Peduli Masyarakat Poso.
Dalam kiprahnya sebagai tokoh masyarakat dan pemimpin gereja, Pdt. Tomana menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 dari STT Jaffray, Jakarta. Selain itu, sebagai cendekiawan dan profesional ia pernah mengikuti pendidikan sekretaris dan manajemen, pendidikan jurnalis dan humas, pendidikan kepemimpinan Kristen melalui Leadership Haggai Institute dan Program Pendidikan Reguler (PPRA) XLII di Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) RI. Ia pun pernah dipercaya sebagai Kepala Bagian Periklanan di Harian Umum Nasional Suara Pembaruan (1986-1996) dan Senior Accounting Executive di Harian Umum Nasional Suara Pembaruan, dan Direktur Eksekutif LSM Solidaritas Wita Mori.
Jabatan lainnya yang pernah dijabatnya, sebagai Sekretaris Umum BPH Sinode Majelis Umum Gereja Sahabat Indonesia (1998-2003), Ketua I Ikatan Keluarga Sulawesi Tengah, Jakarta, Direktur Sekolah Teologia Sahabat (STS) Kalimantan Barat dan Wakil Pemimpin Redaksi Swara Tomori, Jakarta. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Puket I Akademik STTIMAZ, Ketua STT Harapan Indah, Puket I STT Obaja, Jakarta Timur, Ketua Jemaat GSI Exodus, Jakarta Utara, serta sering diundang atau diminta untuk berceramah seputar Alkitab, diundang sebagai dosen serta pembimbing skripsi bagi mahasiswa STT.
Sebagai seorang intelektual Kristiani yang dikenal berpenampilan tenang, Pdt. Tomana kerap mengikuti diskusi-diskusi politik bersama para politisi terkemuka, termasuk diskusi di FORKOM NARWASTU. Bahkan, ia pernah menjadi Ketua DPC PKDI (Partai Kasih Demokrasi Indonesia), lalu Ketua DPP PKDI, juru kampanye nasional PKDI dan Caleg DPR-RI dari PKDI. Melalui partai politik Kristiani yang dulu dipimpin Stefanus Roy Rening, S.H., M.H. itu, Pdt. Tomana sudah membuktikan bahwa ia punya kepedulian terhadap masa depan negeri ini.
Menurut Pdt. Tomana, selama ini kalau ada persoalan yang menyangkut umat Kristen, baik penutupan tempat ibadah maupun teror-teror di sejumlah wilayah yang dihuni umat Kristiani, politisi-politisi Kristen yang berada di parpol nasionalis besar sering tidak mampu bersuara. “Ini memprihatinkan. Sedangkan kita, kan, kalau ingin menegakkan keadilan dan kebenaran mesti bersuara. Kalau umat Kristen diperlakukan tidak adil dan hak-haknya tidak diperhatikan, maka kita harus punya parpol sendiri, seperti PKDI. Dan sebelumnya sudah ada juga PDKB dan PDS. Kita bangga dengan semangat teman-teman yang terjun ke parpol Kristiani itu,” papar Pdt. Tomana.
Menurut Pdt. Tomana, kita harus hargai perjuangan teman-teman yang pernah membentuk parpol Kristiani. Karena mereka melakukan sebuah upaya yang positif dan mulia ketika terjadi ketidakadilan di negeri ini. Buktinya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya wakil rakyat dari PDKB, PDS dan PKDI dulu bisa menyuarakan aspirasi warga gereja ketika mereka berada di parlemen. Hanya saja, kata Pdt. Tomana yang juga anggota dan pengurus PERWAMKI (Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia), sangat disayangkan karena parpol-parpol Kristiani seperti sengaja “dihabisi” agar tidak mengganggu suara parpol-parpol nasionalis besar.
Sepanjang tahun 2016 lalu hingga 2017, Sinode GSI yang dipimpin Pdt. Tomana juga tak henti menyikapi persoalan gereja dan masyarakat. Ketika ramai atau heboh diperbincangkan soal kasus perkawinan sejenis dan LGBT, Pdt. Tomana dalam pernyataan sikap GSI yang dikirimkan ke Majalah NARWASTU pun menegaskan, bahwa umat Kristen harus punya pegangan yang jelas bahwa pernikahan sejenis itu tak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus Kristus. Juga ketika di negeri ini marak kasus terorisme, radikalisme, persekusi dan bahaya narkoba, mereka mengajak bangsa dan anggota jemaat agar terus berdoa bagi negeri ini. Karena, katanya, doa orang benar itu sangat besar kuasanya.
Di PERWAMKI yang dipimpin Pdt. Dr. Yusak Tanasyah, M.T, M.Pdk, Pdt. Tomana pun sudah dipercaya sebagai Ketua Panitia Ibadah Natal dan Tahun Baru 2018 yang digelar pada awal 2017 lalu di Gereja Gerakan Pentakosta (GGP). Dan acara kala itu sukses. Dalam sebuah kesempatan, Pdt. Tomana menuturkan, PERWAMKI adalah kumpulan kaum wartawan Kristiani yang bertalenta, dan bisa memberikan pengaruh terhadap para pemimpin gereja dan pemuka masyarakat. “Makanya PERWAMKI patut kita dukung dan kembangkan,” pungkas Pdt. Tomana.