Narwastu.id – Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai. Peribahasa ini agaknya pas untuk STT INALTA (Institut Alkitab Jakarta). Lembaga pendidikan teologia STT INALTA yang berdiri pada 1974 silam, sampai kini masih konsisten menjalankan visi dan misinya. STT ini sudah mewisuda mahasiswanya lebih dari 40 kali, dan para alumninya tersebar di seluruh Indonesia dan berbagai sinode.
STT INALTA dalam menjalankan visi dan misinya guna mempersiapkan, mendidik dan memperlengkapi mahasiswanya dengan SDM (sumber daya manusia) yang mumpuni, didukung oleh dosen yang kompeten di bidangnya. Di samping itu, STT INALTA punya manajerial yang kuat serta berkomitmen menjalankan tugas sebagai institusi pendidikan teologia. STT INALTA menyadari bahwa panggilan Tuhan di lembaga ini tak hanya mempersiapkan orang-orang yang terpanggil menjadi hamba Tuhan, tapi sebagai bagian lembaga pendidikan di Indonesia, juga terpanggil membangun bangsa ini agar lebih baik.
STT INALTA yang dikelola oleh para alumninya di berbagai daerah sudah melayani di beberapa denominasi gereja dan juga di birokrasi pemerintahan. Dan KSM STT INALTA sudah ada di Palembang, Banjarmasin, Gunung Mas, Lambada, Ketapang dan Pulau Bangka. Hingga saat ini yang sedang belajar di KSM STT INALTA lebih dari 150 mahasiswa dan dibimbing oleh dosen-dosen senior dan pakar, baik di bidang teologia maupun ilmu terapan untuk melengkapi dalam menjalankan tugasnya.
Ketua STT INALTA, Pdt. DR. Charles Polimpung, D.D., D.Min. sudah bertekad untuk terus mengembangkan STT INALTA. Dan sekarang lembaga ini sedang mengadakan riset dan penelitian. Dan STT INALTA akan dijadikan sebagai embrio dan ke depan ingin menjadi universitas yang mempunyai beberapa falkultas, dan Fakultas Teologia sebagai yang utama. “Untuk itu, STT INALTA dengan visi dan misinya, tidak akan lekang kena panas sehari, dan lapuk kena hujan setahun. Ttapi terus maju bersama otoritas Tuhan Yesus Kristus, sebagai implementasi dan realisasi Amanat Agung Tuhan Yesus di dunia ini,” papar Charles Polimpung.
Pdt. Charles Polimpung yang sering juga menulis di media Kristen, kepada NARWASTU pernah menerangkan hal menarik seputar perayaan Paskah sebagai hari istimewa. Menurutnya, Paskah merupakan kemenangan bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus, karena kita menyembah Tuhan yang hidup. “Dia telah bangkit untuk kita, maka setiap orang percaya haruslah menjadi pemenang,” paparnya.
Menurut Pdt. Charles, di Kitab Ibrani 12:1-4, kita akan mendapati perlombaan rohani, sadar atau tidak sadar, semua orang percaya kepada Tuhan Yesus, baik itu pendeta, sintua, majelis, guru sekolah minggu, baik yang bergelar Prof., Dr., M.Th., dan S.Th. termasuk kita sebagai anggota jemaat dalam satu gereja telah ditempatkan dalam satu barisan start.
Menurut Pdt. Charles, untuk memenangkan perlombaan demi memperoleh mahkota yang telah disediakan, bagi kita pertandingan itu adalah menyampaikan berita kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Ada beberapa persyaratan agar kita bisa menang dalam pertandingan ini sebagaimana kita melihat event–event olahraga. Hanya dalam pertandingan rohani ini, ada beberapa syarat supaya kita keluar sebagai pemenang.
Pertama, Ibrani 12:1. Wasit atau juri saksi kita bagaikan awan yang mengelilingi kita. Jadi kita tidak dapat berbuat kesalahan sedikitpun, pasti akan diketahui karena saksi kita akan melihat, baik dari depan, belakang, atas dan bawah kita tidak mungkin melakukan pelanggaran tanpa diketahui oleh wasit. Kita tidak dapat berbuat curang dalam pertandingan rohani ini.
Kedua, ayat 1b, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita. Jika kita bertanding lalu memikul beban, apakah kita bisa menang? “Misalkan saya bertanding dengan orang lain lari 100 meter, saya memikul beras 50 kilogram lalu, orang itu tidak membawa apa-apa, kira-kira siapa yang akan menang? Tentu saja dia, karena tidak membawa beban. Jadi syarat yang kedua ini harus kita tinggalkan, yaitu dosa. Bukan sedikit orang Kristen mau ikut pertandingan rohani ini dengan memikul beban yang berat, kapan bisa menang,” ujar Pdt. Charles.
Ketiga, Ibrani 12:1c. Berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Artinya, dalam perlombaan ini harus mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan, misalnya, kita tidak bisa berlomba di luar lapangan, bukan sedikit orang percaya berlomba di luar peraturan. Maka kewajiban kita harus mentaati seluruh peraturan tersebut supaya kita menang, misalnya, main bola kaki harus dalam lapangan. Jika keluar lapangan pasti wasit akan meniup peluit karena out dan lain-lain. Seluruh event olahraga ada aturannya.
Keempat, Ibrani 1:2a. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman. “Belum pernah saya menyaksikan olahraga lari, lalu mata pelari tersebut menengok ke belakang. Mata harus selalu fokus ke depan. Dalam pertandingan rohani ini, mata kita harus tetap fokus kepada Tuhan Yesus Kristus. Tanpa hal itu dilakukan, maka kita akan kalah, karena Tuhanlah yang memimpin iman kita, mata kita harus selalu tertuju kepada Yesus bukan ke rupiah atau dolar,” cetusnya.
Ingat akan selalu ada Dia yang telah merelakan nyawaNya disalib, ganti kita. Dalam pergumulan kita belum sampai mencucurkan darah. “Jika kita mengingat penderitaanNya, maka kita tidak akan lemah apalagi putus asa. Kita semua merindukan menang dalam perlombaan ini, agar kita memperoleh mahkota kehidupan yang disediakan untuk kita. Tunaikan tugas panggilan kita dengan setia. Dan sampaikan berita Injil di manapun kita berada, baik atau tidak baik, suka atau tidak suka, kita harus menyampaikannya ke semua orang. Inilah yang harus kita lakukan setelah Paskah,” paparnya.