Mengucap Syukur Dalam Segala Hal

* Oleh: Dr.Tema Adiputra Harefa, M.A.

231
Suasana “Ibadah Ucapan Syukur/KKR” yang diadakan John S.E. Panggabean, S.H., M.H. pada Jumat, 30 Agustus 2019 lalu di aula Jhons Pardede International Hotel, Jakarta Pusat.

Narwastu.id – Problema hidup setiap orang berbeda-beda. Ada yang ringan, ada yang sangat berat. Tergantung sudut pandang dan sudut rasa masing-masing orang. Terkadang, menurut orang lain, problema (penderitaan) hidup seseorang tersebut ringan saja itu, tetapi yang bersangkutan merasakan betapa beratnya derita hidupnya. Demikian pula sebaliknya, orang lain melihat derita hidup orang tersebut sudah sangat berat tetapi yang bersangkutan malah ceria-ceria saja penuh semangat hidup dan bahkan rajin menyampaikan kesaksian hidup yang justru meneguhkan hati orang-orang berproblema hidup berat lainnya.

Nah, inilah realita yang ada. Prinsip mengucap syukur dalam segala hal bukanlah sesuatu yang “ringan” bila tidak diikuti dengan hati yang telah diperbaharui oleh firman Tuhan. Saya bersyukur mendapat undangan dari Bapak Jhon S.E. Panggabean, S.H., M.H., salah satu Penasihat Majalah NARWASTU dan juga Bendahara Pengurus FORKOM NARWASTU, untuk hadir dalam “Ibadah Ucapan Syukur/KKR” yang diadakan pada Jumat, 30 Agustus 2019 lalu di aula Jhons Pardede International Hotel, Jakarta Pusat. Sebagai sahabat pelayanan, maka beliau meminta saya (yang juga sebagai anggota pengurus FORKOM NARWASTU) untuk bertugas memanjatkan doa pembukaan ibadah.

Pun demikian halnya dengan Ibu Pdt. Dr. Anna Nenoharan (Penasihat Majalah NARWASTU) mendapat tugas memanjatkan  doa penutup/berkat.  Tentu dengan senang hati dan penuh pengucapan syukur tugas-tugas tersebut kami laksanakan. Ibadah Ucapan Syukur/KKR ini dihadiri juga oleh teman-teman jurnalis Kristiani dari PERWAMKI dan PEWARNA yang pada kesempatan menyampaikan kesaksian pujian kedua organisasi itu “menyatu” dalam memuji Tuhan. Sungguh saya pribadi mengucap syukur melihat peristiwa tersebut. Diberkati Tuhan-lah kedua organisasi besar ini dalam seluruh tugas dan karya-karyanya. Amin.

Adapun pengkhotbah di acara ini adalah Ev. Jhonny Pardede, hamba Tuhan yang sudah sangat dikenal dan banyak melakukan pelayanan misi ke seluruh daerah Indonesia dan bagian-bagian dunia. Beliau menyampaikan kebenaran firman Tuhan dengan menayangkan video pelayanannya yang sangat beragam. Antara lain yang sangat menyentuh hati saya adalah pelayanannya dalam bidang pelepasan kuasa kegelapan (okultisme) dan rekonsiliasi dengan saudara-saudara kandungnya yang sekian tahun “ribut” tentang harta warisan dari orang tua.

Mereka bersaudara kandung  akhirnya berdamai dengan ketulusan hati setelah memasuki usia tua. Momentum ini sangat menyentuh hati, karena ternyata kasih Tuhan Yesus yang penuh damai sejahtera itu telah bertahta di hati semua saudara kandung tersebut. Betapa “menderitanya” bila sesama anak-anak Tuhan bermusuhan. Dan betapa bahagia dan sukacitanya hidup bila intim dengan Tuhan penuh dengan pujian dan penyembahan serta doa dan puasa. Dengan demikian apa pun yang terjadi dalam hidup seseorang (sakit-penyakit, masalah ekonomi, akar kepahitan di hati, dan sebagainya) akan selalu ada jalan keluarnya. Dan akan selalu dapat menghadapinya  dengan senjata firman Tuhan yang diimani dengan teguh.

Nah, di dalam acara  yang dihadiri undangan terbatas itu ada lagi hal yang sangat menyentuh hati saya, yakni  kesaksian hidup yang diungkapkan Bapak Jhon Panggabean (sebagai tuan rumah) dan sahabat-sahabatnya: Tagor Pangaribuan dan Haposan Hutagalung, S.H., advokat terkenal.  Yang inti kesaksian tersebut adalah, terkadang kekacauan hidup/sakit penyakit yang kita alami, kehancuran dan kebangkrutan yang kita rasakan adalah disebabkan oleh perbuatan kita sendiri yang telah jauh dari Tuhan, bahkan melupakan Tuhan dan melanggar firmanNya.

Secara khusus Bapak Jhon Panggabaen (pendiri Persekutuan Doa Todah) bersaksi bahwa dia pernah hidup berkelimpahan dan sukses dalam karier menjadi orang yang terkenal. Namun pada masa tertentu dia melupakan Tuhan dan hidup penuh keduniawian. Tuhan pun menegornya. Dan tegoran Tuhan yang sangat terasa “berat” adalah dua tahun belakangan ini, dia mengalami sakit penyakit kompleks. Sampai sangat kurus badannya. Bolak-balik pengobatan dan opname di rumah sakit. Aneka obat telah diminum. Dan uang pun terkuras habis.

Namun, pada titik tertentu dia dan istrinya berdoa dengan  penuh kepasrahan dan iman yang teguh untuk menghentikan minum obat itu dan bertindak dengan iman sehingga dia mampu berjalan dan melihat sinar matahari serta akhirnya pulih total kembali untuk bisa berkarya dan terutama melayani Tuhan. Ya, terpujilah Tuhan Yesus. Itulah sebabnya Bapak Jhon Panggabean mengadakan Ibadah Ucapan Syukur/KKR tersebut, karena dia dan keluarganya mengucap syukur atas pemulihan yang telah terjadi.

Benarlah, jangan sekali-kali kita melupakan Tuhan dan melanggar firmanNya. Bersyukurlah bila ada orang yang mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang benar. Dan jangan pernah malu dan ragu untuk bertobat. Dan ketika hidup kita sudah diperbaharui/dipulihkan, maka layanilah Tuhan, jadilah orang yang menjadi berkat bagi orang lain. Itulah bentuk ucapan syukur kita. Dan ingatlah dan jalankan firman Tuhan ini:

1 Korintus 15:58, Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

 

* Penulis adalah pendeta, penyiar radio senior, akademisi, dan anggota/pengurus FORKOM NARWASTU.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here