Jemmy Mongan Melalui GYKOSZA Lakukan Aksi Kemanusiaan

196
Jemmy Mongan. Mengikuti perintah Juruselamat.

Narwastu.id – Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (GYKOSZA) selama ini dikenal sebuah gereja yang punya perhatian pada persoalan kemanusiaan. Ketika ada bencana alam di berbagai daerah di Indonesia, GYKOSZA kerap maju di barisan terdepan untuk menyerahkan bantuan kemanusiaan. Baik itu berupa makanan, obat-obatan, pakaian dan tenda-tenda bagi korban bencana alam. Jemmy Mongan (Pengurus Urusan Masyarakat/Urmas Bagian Media Specialis di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Akhir Zaman) adalah salah satu figur yang selama ini giat membantu aksi kemanusiaan di GYKOSZA. Pria yang sering menjadi konsultan di lapangan golf ini, dikenal piawai membangun komunikasi dengan banyak pihak, sehingga aksi gerejanya untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan berjalan lancar.

Menurut Jemmy Mongan, program kemanusiaan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Indonesia sesungguhnya sudah dimulai sejak terjadinya bencana Tsunami di Aceh pada akhir Desember 2004 lalu. Kemudian, katanya, secara beruntun bencana alam demi bencana alam terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti gempa bumi Yogyakarta, gempa bumi dan Tanah longsor di Sumatera Barat, gempa bumi Yogyakarta, banjir di DKI Jakarta, tsunami di Pangandaran (Jawa Barat), erupsi Gunung Sinabung (Sumatera Utara), banjir bandang Manado (Sulawesi Utara), banjir bandang Bitung, dan beberapa bencana lainnya.

Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, ujar Jemmy Mongan, bekerja sama dengan banyak pihak, terutama dengan pemerintah tempat bencana alam, dan beberapa organisasi dan LSM. Lewat kerjasama itulah disalurkan bantuan yang diperlukan kepada para korban bencana. Program bantuan kemanusiaan lainnya yang juga diberikan adalah pembangunan fasilitas air bersih, pembagian kaki dan tangan palsu. “Juga pemeriksaan dan pembagian kaca mata gratis, dan memberikan pelatihan untuk menolong pernafasan kepada bayi yang baru lahir,” terangnya.

Semua program kemanusiaan di Indonesia berjalan di bawah arahan Pemimpin Pasak Daerah dan Misi Jakarta. Ada pun pimpinan Pasak Jakarta adalah Presiden Djarot Subiantoro, pimpinan Pasak Surakarta adalah Presiden Budi Susanto, dan Presiden Misi Indonesia adalah Paul Rowley. “Saya yang sejak 1998 lalu dipanggil sebagai sukarelawan dan tak menerima gaji, merasa senang untuk terlibat dalam program kemanusiaan ini. Saya merasa bahagia jika bisa membantu meringankan beban para korban bencana. Dan melihat bagaimana mereka bersukacita menerima bantuan yang diperlukan,” papar Jemmy Mongan.

Jemmy menerangkan, semua anggota Gereja Yesus Kristus di seluruh dunia mengikuti perintah dari pemimpin gereja untuk secara rutin berpuasa selama 24 jam, setiap minggu pertama setiap bulan dan menyumbangkan uang makan selama mereka berpuasa. “Semua dana sumbangan puasa dikumpulkan dan diatur oleh kantor pusat gereja untuk disalurkan sesuai kebutuhan,” terangnya.  Dengan menahan rasa lapar selama 24 jam, imbuhnya, para anggota gereja juga belajar merasakan kesusahan atau penderitaan orang-orang yang tidak mampu atau mereka yang tertimpa bencana. “Kami hanya mengikuti perintah Juruselamat kita, Tuhan Yesus Kristus untuk mengasihi sesama manusia,” pungkasnya.

Selain giat melayani di gerejanya, Jemmy yang sudah berkeliling dunia dan menguasai beberapa bahasa asing ini, juga dikenal sukses membina anak-anaknya. Buah hatinya, bahkan bisa mencapai prestasi di dunia internasional sembari aktif melayani di gereja. Putranya, Aditya Nugroho Mongan yang kini sudah menikah dengan perempuan asal Amerika, dan kini hidup bahagia dan menetap di Provo, Utah, Amerika Serikat, punya prestasi luar biasa. Anak pertama Jemmy Mongan dari tiga bersaudara ini boleh disebut figur anak muda yang mampu menginspirasi, religius dan patut dijadikan panutan.

Sekadar tahu, setelah tamat dari SMA 1 Tangerang, Banten, Aditya Nugroho memilih ikut melayani sebagai misionari di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Selama dua tahun ia melayani di kota Solo, Semarang, Bekasi dan DKI Jakarta. Pilihannya untuk melayani di gereja ternyata menyebabkan ia pernah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tawaran beasiswa dari berbagai kampus ternama di Indonesia. Aditya yang dikenal cerdas, religius dan beriman tangguh ini lahir di Jakarta pada 14 September 1992 silam.

Lalu sesudah selesai pelayanannya di bidang misi, ia mengikuti sebuah proses administrasi yang tidak gampang. Dan ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah di BYU (Brigham Young University) Hawai. BYU Hawai adalah salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia, dan rangking empat di Amerika Serikat. Dengan keteguhan hati, berdoa dan bekerja keras serta didukung keluarganya, alhasil setahun lalu Aditya menyelesaikan kuliahnya selama empat tahun dari jurusan Bisnis Manajemen BYU Hawai. Dia putra Indonesia yang prestasi akademisnya cukup luar biasa, dan diakui di lembaga pendidikan bergengsi di Amerika Serikat.

Bahkan, Aditya terpilih sebagai “Graduation Speaker” pada saat wisuda, dan ia lulus dengan predikat membanggakan, summa cum laude. Sembari bekerja di Nu Skin, Amerika Serikat, Aditya kini tetap melayani di gereja. Melayani, bagi Aditya, adalah juga panggilan hidup. Aditya yang dibesarkan dalam keluarga Kristen yang taat dan beriman teguh, percaya bahwa ia bisa melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat, karena ada tangan Tuhan yang membimbingnya. Aditya menyadari sumber segala berkat di dalam kehidupan ini adalah Yesus Kristus. Dan berkat diakuinya bukan dari manusia atau dari dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here