Narwastu.id – Di tengah pandemi virus corona Covid-19 yang menewaskan ratusan ribu orang rupanya justru melahirkan generasi baru dalam lingkup populasi manusia. Hal itu terbukti dengan banyaknya wanita atau ibu hamil di Tasikmalaya dan Sumedang, Jawa Barat. Hal itu yang dikhawatirkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pemasangan alat KB menurun 50% dan itu berarti menaikkan angka kehamilan hingga 20%. Namun, ada hal penting dari dampak di balik pandemi Covid-19, yakni ketidakpastian bagi kehamilan. Pemeriksaan rutin yang mengurangi risiko kematian ibu dan bayi, misalnya, banyak yang dihentikan selama masa pandemi.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Sumedang, Rukruk Rumiansih, mengatakan, selama pandemi Covid-19 warga diimbau untuk tidak berobat dulu ke Puskesmas, karena dikhawatirkan terpapar oleh yang sakit dan tetap kontak agar dipantau oleh bidan desa. Untuk itu pemeriksaan ibu hamil tetap akan dilayani melalui kunjungan rumah, kemudian ibu hamil juga tetap dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah, terkecuali jika ada keperluan mendesak. Itu pun ibu hamil tetap harus menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker.
Kenaikan jumlah ibu hamil disebabkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) termasuk work from home (WFH). Bagi negara maju mungkin penambahan populasi penduduk bukanlah menjadi masalah besar. Namun, bagi Indonesia yang dikategorikan sebagai negara berkembang, walaupun beberapa waktu lalu Amerika Serikat menggolongkan Indonesia sebagai negara maju, akan tetapi tetap menjadi masalah besar bagi Indonesia. Betapa tidak, seperti kita ketahui bersama dampak dari menyebarnya Covid-19 ini mampu melumpuhkan semua kehidupan. Sehingga tidak terelakkan lagi jika terjadi PHK (Pemutusan hubungan kerja) besar-besaran dari sejumlah perusahaan. Belum lagi banyak orang yang harus menjadi tuna wisma karena tidak mampu membayar sewa rumah.
Kendati pemerintah sudah turun tangan dengan melancarkan bantuan sosial (Bansos) baik berupa uang tunai dan sembako, tapi hal itu belum menjadi bagian dari solusi jangka panjang. Secara kemampuan finansial negara ini pun masih kedodoran dalam menangani Covid-19, apalagi jika ditambah harus memikirkan keberlangsungan hidup jutaan masyarakat Indonesia. Memang tidak ada yang menyalahi jika akhirnya banyak wanita hamil. Akan tetapi dengan situasi seperti sekarang ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup besar, karena mempengaruni ketahanan pangan dan kesehatan. Kita tahu untuk segi gizi yang layak, termasuk kesehatan yang memadai bagi warga Indonesia, menjadi barang yang cukup mewah di negeri ini. Kemiskinan yang mendominasi angka tertinggi negeri ini meningkatkan angka gizi buruk dan kesehatan sehingga menimbulkan angka kematian yang cukup signifikan.
Hal ini jelas menjadi PR bagi pemerintah untuk dapat mengatasi dan memberikan solusi bagi warganya agar ketika bayi tersebut lahir, ia tidak sekedar hidup. Melainkan, mendapatkan penghidupan yang layak agar memiliki masa depan yang gemilang. Bagi para pasutri pun diimbau juga harus memiliki hikmat dengan mengukur kemampuan secara ekonomi saat menerapkan program menambah anak dan bukan menuruti hawa nafsu. Dengan begitu secara tidak langsung kita telah membantu mengurangi beban pemerintah. BTY