Narwastu.id – Pada 26 November 2010 atau 10 tahun lalu adalah hari bersejarah bagi Majalah NARWASTU. Pasalnya, kala itu majalah yang kita cintai ini bisa mempertemukan 5 pimpinan partai politik (Parpol) Kristiani untuk berdiskusi dengan topik “Partai Kristiani Mungkinkah Jadi Parpol Penyeimbang di Indonesia?” Seperti tampak di foto ini, dari kiri ke kanan: Sonny Wuisan, S.H. (Sekjen Partai Kristen Demokrat/PKD), Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos (Moderator), Gregorius Seto Harianto (Ketua Umum Partai Demokrasi Kebangsaan Bersatu/PDKB), Michael Lumanauw, S.Th (Sekjen Partai Kasih Demokrasi Indonesia/PKDI), Dr. Denny Tewu (Ketua Umum Partai Damai Sejahtera/PDS) dan Arnold Wuon (Sekjen PARKINDO 1945).
Acara diskusi bersama petinggi parpol Kristiani ini diadakan di Restoran Golf Rawamangun, Jakarta Timur. Dan diawali dengan doa dan bersantap malam. Di acara ini, salah satu Penasihat NARWASTU, Dr. H.P. Panggabean, S.H., M.S. (Mantan Hakim Agung MA-RI dan bekas Ketua Dewan Kehormatan PDS) yang memfasilitasi acara ini mengatakan, “Acara diskusi ini luar biasa, karena Majalah NARWASTU bisa mempertemukan 5 pimpinan parpol Kristen ini. Kalau saya yang mengundang pimpinan parpol ini belum tentu mereka mau hadir. Dari acara ini kita harapkan ada pokok-pokok pikiran dan bahan perenungan kita untuk berjuang di politik. Diskusi ini akan jadi catatan sejarah, apakah parpol Kristen di Pemilu 2014 masih ada atau punah. Terima kasih buat Pemimpin Redaksi NARWASTU yang kerja keras mempertemukan kita di sini.”
Kembali soal acara ini, tak gampang mempertemukan kelima pimpinan parpol Kristiani ini. Dalam catatan Majalah NARWASTU hanya tiga parpol yang ikut di diskusi ini yang pernah tampil di Pemilu 1999, 2004 dan 2009 pasca Reformasi, yakni PDKB, PDS dan PKDI. Dan hanya PDKB dan PDS yang pernah punya fraksi sendiri di DPR-RI Senayan Jakarta. Tak gampang membangun parpol berbasis Kristiani, karena berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM), pendanaan, jaringan dan situasi politik saat itu (pengaruh penguasa). PDKB di Pemilu 1999 bisa tampil, karena saat itu euforia Reformasi yang luar biasa, dan partai yang dulu diplesetkan “Protestan Dan Katolik Bersatu” itu bisa meraup 5 kursi di Senayan dan membuat fraksi sendiri.
Selanjutnya di Pemilu 2004 PDKB justru tersingkir, karena diduga kuat cukup vokal terhadap penguasa kala itu, sehingga “dihabisi” saat verifikasi faktual. Sedangkan PDS saat itu, yang pendatang baru “diloloskan”, karena mendukung penguasa. Lalu di Pemilu 2009 selain PDS tampil juga PKDI. Namun di pemilu itu kedua parpol itu tak bisa meraup suara signifikan dan tak bisa masuk Senayan karena tak lolos Parleimentary Thereshold (PT).
Dalam sebuah kesempatan, mantan Ketua Bidang Hukum dan HAM DPP PDS, Aldentua Siringoringo, S.H., M.H. kepada Majalah NARWASTU dengan gamblang menuturkan, sekalipun partai Kristen memiliki SDM dan dana besar, jangan harap bisa eksis lagi di pemilu. Karena parpol Kristen sesungguhnya dianggap ancaman serius oleh parpol-parpol nasionalis besar itu. Ada banyak kursi DPR-RI di basis Kristen, seperti Sumut, Papua, NTT, Kalimantan Barat, Sulut, Maluku dan Papua bisa diraup parpol Kristen. Dan ini amat mengkhawatirkan parpol nasionalis besar kalau sampai jatuh ke parpol Kristen. Sehingga salah satu cara untuk mencegah parpol Kristen itu, jangan sampai muncul di pemilu. Dan parpol nasionalis sesungguhnya amat terusik dengan kehadiran parpol yang basisnya warga gereja itu. TU