Narwastu.id – Sejak Mei 2015 lalu, ibu dan oma yang tekun beribadah ini sangat tersiksa, karena menderita penyakit syaraf kejepit. Lantaran penyakit itu pula aktivitasnya sangat terganggu. Bersama sang suami tercinta, Eliezer H. Hardjo yang juga salah satu Penasihat/Pembina NARWASTU, Oma Eny Setiowati sudah berupaya menyembuhkan dirinya dengan mengunjungi sejumlah rumah sakit terkenal dan terbaik di DKI Jakarta, termasuk ke beberapa sin she dan fisioterapi, namun hasilnya kurang memuaskan. Setiap bergerak, Oma Eny yang punya 7 cucu selalu merasa kesakitan luar biasa. Sehingga ia kemudian harus memakai kursi roda ke mana-mana.
Selama tahun 2015 pula, sang suami, Eliezer setiap hari selalu membawa Oma Eny berenang, kecuali hari Sabtu dan Minggu. Karena olah raga renang direkomendasikan para pakar kesehatan bisa membantu penyembuhan syaraf kejepit. Kemudian pada akhir 2015 lalu, Oma Eny direncanakan untuk dibawa ke sebuah rumah sakit terkemuka di negeri tetangga, National University Hospital di Singapura. Rumah sakit yang satu ini dikenal punya tenaga-tenaga medis profesional dan pelayanannya modern, dan banyak dokternya bergelar profesor.
“Kami membawa Oma Eny ke Singapura setelah melihat kondisinya, dan ia sering mengerang kesakitan. Tentu kami berdoa terus menerus bersama keluarga, serta meminta dukungan dari teman-teman dan saudara agar ikut mendoakan kesehatannya. Termasuk meminta dukungan doa teman-teman dari Full Gospel Busines Mens Fellowship International (FGBMFI),” ujarnya. Termasuk mereka meminta dukungan doa dari beberapa lembaga pelayanan lainnya, seperti ICCC, The Gideons International, di mana Eliezer H. Hardjo, atau dikenal akrab dengan panggilan Opa Elie, ikut melayani.
Pada Maret 2016, lalu diputuskan bahwa Oma Eny akan menjalani operasi atas syaraf kejepit yang dialaminya di Rumah Sakit National University Hospital, Singapura. Sejumlah tenaga medis berpengalaman dan profesor akan menanganinya. Saat akan menjalani operasi tersebut, jauh di lubuk hati Oma Eny sebenarnya ia khawatir dan gelisah. Pasalnya, kalau operasi ini tak berhasil, maka risikonya tinggi, ia bisa jadi akan: lumpuh, kalau tidak linglung atau bahkan meninggal. Tak heran, kalau Ibu Eny kemudian jadi makan tak enak, tidur tak nyenyak, dan kerap melamun.
Namun beruntung, Oma Eny punya seorang suami yang sangat peduli pada istrinya, apalagi ia seorang aktivis gereja. Eliezer tak henti-hentinya memotivasi sang istri tercinta dan mendoakannya agar tetap semangat. “Kita, kan, punya Tuhan Yesus, kita harus berserah dan meminta kesembuhan kepada Dia. Dokter-dokter yang akan mengoperasinya hanya alat Tuhan,” ujar pria yang produktif menulis seputar manajemen, SDM dan kerohanian itu.
Ketika akan dilakukan operasi, ternyata terjadi sesuatu yang unik. “Seorang dokter yang akan ikut mengoperasi, yakni dokter Anestesi mengatakan, operasi tidak dapat dilanjutkan, harus dibatalkan, karena risiko terlalu tinggi, mengingat baru 6 bulan dipasang ring dua buah dan dibalon dua buah jantung Oma Eny. Dokter di Singapura pada detik-detik terakhir dapat membatalkan sebuah operasi kalau tak memungkinkan bagi si pasien, walaupun keluarga sudah setuju. Di situlah rupanya intervensi Tuhan mulai dinyatakan, dan mukjizat Tuhan nyata,” pungkas Eliezer. Aneh dan ajaib, Oma Eny yang awalnya memakai kursi roda, bisa berjalan normal. Ia sembuh, karena ada campur tangan Tuhan untuk menyembuhkannya. Dan hingga kini Ibu Eny sudah pulih seperti sedia kala.
“Kami sekeluarga sangat bersyukur kepada Tuhan. Itulah mukjizatNya. Kalau kita ada penyerahan absolut atau penyerahan penuh kepada Dia, pasti ada intervensi atau mukjizatNya yang tak masuk akal, seperti yang dialami istri saya. Makanya kalau kita berdoa, kita harus berserah kepada Dia, dan jangan mendikte Dia sesuai dengan kemauan kita, tapi biarlah kehendakNya yang terjadi. Mukjizat Tuhan akan nyata kalau kita berserah kepada Dia,” papar tokoh senior di FGBMFI ini.
“Agar Tuhan campur tangan di dalam kehidupan kita, termasuk saat ada sakit penyakit atau persoalan hidup, maka jangan dikte Tuhan saat kita berdoa. Asal kita izinkan penuh Tuhan bekerja, maka percayalah, Tuhan mampu menyatakan mukjizatNya hingga sekarang,” papar pria yang beribadah di Gereja Isa Almasih (GIA), Kelapa Gading, Jakarta Utara ini. TS