Buku Manajemen Gereja Karya St. Prof. Dr. Payaman J. Simanjuntak

14
Buku "Manajemen Pelayanan Gereja" terbitan PT. BPK Gunung Mulia yang menarik dan penting disimak.

Narwastu.id – Buku karya seorang cendekiawan, sintua di Gereja HKBP, tokoh masyarakat dan pakar manajemen ini, pada Juli 2024 lalu sudah dibedah dan diluncurkan di Gereja HKBP Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Buku berjudul “Manajemen Pelayanan Gereja” setebal 173 halaman dan terdiri dari 10 bab ini, cukup menarik disimak serta penting dibaca para pemimpin gereja, pelayan dan anggota jemaat. Bab I membahas organisasi dan manajemen, bab II organisasi gereja, bab III gereja sebagai pusat pelayanan, bab IV perencanaan pelayanan gereja, bab V pengorganisasian pelayanan gereja, bab VI pelaksanaan pelayanan gereja, bab VII SDM pelayan gereja, bab VIII pembiayaan pelayanan gereja, bab IX kepemimpinan inti manajwmen dan bab X kepemimpinan Kristen.

Buku terbitan PT. BPK Gunung Mulia ini patut diapresiasi warga gereja, apalagi penulusnya seorang profesor terkemuka, yang dikenal nasionalis, religius dan punya integritas. Dalam sambutannya di buku ini, Prof. Payaman Simanjuntak menulis, “Pertumbuhan dan perkembangan gereja-gereja di Indonesia dapat dilihat dari jumlah gereja yang makin bertambah. Bukan hanya di kota besar, melainkan di daerah-daerah pun gereja banyak bermunculan. Pertumbuhan gereja-gereja di Indonesia tersebut bukan suatu hal yang mudah. Ada tantangan, juga rintangan yang harus gereja hadapi. Meskipun demikian, tantangan tersebut sekaligus menjadi panggilan bagi gereja-gereja di Indonesia sekarang ini.”

Menurut pemuka adat budaya Batak ini, gereja terpanggil untuk meningkatkan pelayanannya dengan cara mengelola kesempatan dan berkat-berkat Tuhan yang dianugerahkan kepada seluruh jemaat. “Melalui pelayanan gereja, pola hidup dan perilaku umat Kristen dapat dibangun guna menampakkan wajah Kristus sesuai firman Tuhan, tampil beda dari pola hidup dan perilaku masyarakat pada umumnya. Pengikut Kristus harus mampu menjadi teladan dalam kehidupan keluarga, baik dalam hal kejujuran, kesungguhan, dan tanggung jawab di bidang kerja, serta menyatakan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Harapan ini dapat diwujudkan dengan meningkatkan kemampuan semua pelayan gereja mengenai ‘Manajemen Pelayanan Gereja.’ Buku ini disusun untuk dapat digunakan sebagai bahan utama perkuliahan ‘Manajemen Pelayanan Gereja’ di perguruan tinggi agama Kristen,” tulis mantan pejabat di Kementerian Tenaga Kerja RI ini.

Semua perguruan tinggi agama Kristen, imbuhnya, diharapkan memberikan mata kuliah ini agar semua mahasiswa yang kelak menjadi pelayan gereja memiliki pengetahuan luas tentang pengelolaan sumber daya yang tersedia dalam pelayanan. “Buku ini menjelaskan peran gereja dan tanggung jawab semua pelayan gereja dalam melayani jemaat, baik pelayan tahbisan seperti pendeta, diakones, evangelis dan penatua gereja, maupun pelayan non-tahbisan seperti anggota pengurus, seksi-seksi, dan persekutuan kategorial. Buku ini juga menjelaskan peran masing-masing pelayan gereja dalam melakukan pelayanan, baik pelayanan koinonia/persekutuan, marturia/penginjilan, maupun diakonia/pelayanan kasih. Buku ini sangat bermanfaat bagi pendeta dan pelayan gereja lainnya. Bahkan, seluruh jemaat yang ambil bagian dalam pelayanan gereja membutuhkan buku ini,” ujar Guru Besar dan dosen di berbagai perguruan tinggi dan mantan Ketua Umum Partungkoan Dalihan Natolu (Palito) ini.

St. Prof. Dr. Payaman J. Simanjuntak saat podcast di kantor Redaksi Majalah NARWASTU.

Kata Prof. Payaman, kita patut bersyukur bahwa gereja-gereja terus berkembang di Indonesia ini, dan anggota jemaatnya juga terus bertambah. Pelayanan gereja juga berlangsung secara rutin, melayani ibadah Minggu dan persekutuan lainnya. Gedung gereja dibangun pada umumnya oleh dan dari jemaat. Demikian juga pelayanan gereja dapat terlaksana sepenuhnya melalui dukungan jemaat. Perkembangan gereja dan jemaatnya sangat tergantung pada kemampuan pimpinan gereja memobilisasi berkat-berkat Tuhan dan potensi yang dimiliki oleh anggota jemaatnya. Secara demografis, jumlah jemaat Kristen di Indonesia dalam puluhan tahun terakhir ini tetap sekitar 10-12 persen dari jumlah penduduk.

Jumlah jemaat Kristen, katanya, bertumbuh mengikuti pertumbuhan penduduk. Artinya, jemaat Kristen di Indonesia bertambah melalui faktor kelahiran atau keturunan, sedangkan pertambahan pengikut Kristus sebagai buah dari penginjilan sangat kecil. Demikian juga pola hidup dan perilaku penganut agama Kristen di Indonesia ini sukar dibedakan dari pola hidup dan perilaku masyarakat pada umumnya. Banyak orang Kristen yang terlibat kasus korupsi dan kasus penyakit sosial, seperti berbisnis kemaksiatan, pengedar dan pengguna narkoba, penjudi, pencuri, dan pelaku berbagai macam tindakan kriminal lainnya. Artinya, jemaat Kristen di Indonesia pada umumnya belum mampu menampakkan wajah Kristus dalam kehidupan mereka sehari-hari sesuai dengan Firman Tuhan.

“Kondisi kehidupan umat Kristen di atas merupakan tantangan sekaligus panggilan bagi gereja-gereja di Indonesia sekarang ini untuk terus meningkatkan pelayanan gereja secara baik, mengelola kesempatan dan berkat-berkat Tuhan yang dianugerahkan kepada seluruh jemaat Tuhan. Melalui pelayanan gereja, pola hidup dan perilaku umat Kristen harus bisa dibangun untuk menampakkan wajah Kristus sesuai dengan Firman Tuhan, tampil berbeda dari pola hidup dan perilaku masyarakat pada umumnya. Pengikut Kristus harus mampu menjadi teladan atau panutan dalam kehidupan keluarga, kejujuran, kesungguhan dan tanggung jawab di bidang kerja, serta melakukan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Harapan-harapan ini dapat diwujudkan dengan meningkatkan kemampuan semua pelayan gereja mengenai ‘Manajemen Pelayanan Gereja.’ Buku ini disusun untuk dapat digunakan sebagai bahan utama perkuliahan ‘Manajemen Pelayanan Gereja’ di perguruan tinggi agama Kristen,” tulisnya.

Semua perguruan tinggi agama Kristen, lanjutnya, diharapkan memberikan mata kuliah ini, supaya lulusannya yang menjadi pelayan gereja mempunyai pengetahuan yang luas mengenai pengelolaan semua sumber yang tersedia untuk pelayanan gereja. Buku ini menjelaskan peran gereja dan tanggung jawab semua pelayan gereja dalam melayani seluruh jemaat, baik pelayan tahbisan seperti pendeta, diakones, evangelis dan penatua gereja, maupun pelayan nontahbisan, seperti anggota pengurus seksi-seksi dan persekutuan kategorial. Buku ini juga menjelaskan peran masing-masing pelayan gereja dalam melakukan pelayanan koinonia atau persekutuan, pelayanan marturia atau penginjilan, dan pelayanan diakonia atau pelayanan kasih.

Dengan demikian, buku ini sangat bermanfaat bagi semua pendeta dan semua pelayan gereja lainnya. Bahkan, semua jemaat yang ambil bagian dalam pelayanan membutuhkan buku ini. “Penulisan buku ini memang didasarkan pada pengalaman seorang awam yang pernah melayani sebagai penatua gereja selama 20 tahun lebih, dan terus memberikan perhatian atas pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh berbagai gereja di Indonesia pada umumnya. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa masih banyak yang perlu disempurnakan dari tulisan dalam buku ini. Untuk itu, penulis sangat berbahagia memperoleh saran-saran penyempurnaan dari para pembaca yang budiman. Penulis mendoakan supaya buku ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan gereja demi kemuliaan Tuhan,” pungkas profesor yang berusia 85 tahun, namun masih sehat, energik dan giat di berbagai kegiatan pelayanan dan organisasi sosial itu. KL

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here