Narwastu.id-Calon anggota DPD-RI DKI Jakarta, Darman Saidi Siahaan, S.H., M.H. beberapa waktu lalu tampil di podcast atau perbincangan di aplikasi YouTube Majalah NARWASTU. Saat itu ia berbicara tentang pengalamannya berorganisasi memimpin NABAJA Se-Jabodetabek dengan host atau pewawancara, Thimoty Kristanto, S.AP dari NARWASTU. Dalam podcast itu, Darman yang juga aktif sebagai pengusaha, pengacara dan giat di sejumlah organisasi berbicara tentang harapannya kalau kelak terpilih sebagai senator di DKI Jakarta. “Saya ini adalah orang kampung, lahir dari sebuah desa dan kemudian saya sekolah di Medan. Di Medan saya dibesarkan di sekolah dan tinggal di asrama,” ujar Darman.
“Jadi memang saya di sana dididik disiplin, mulai dari jam tidur sampai dengan jam bangun. Jadi jam 4.30 WIB kita dulu sudah harus di gereja, lalu sepulang sekolah juga saya harus bekerja di Wisma Bethesda. Jadi memang memanage waktu itu sudah terlatih dari sana,” ujarnya tentang disiplinnya kala itu. Kemudian saat berbicara tentang pencalonannya di senator, ia menerangkan,
“Saya melihat DPD ini ada yang harus dibenahi dulu, mungkin naluri aktivis saya bergejolak ingin berteriak dari Senayan sana. Bahwa DPD ini harus bisa menjadi saluran aspirasi masyarakat dan aspirasi daerah, tidak sebagai lembaga yang tidak bermanfaat untuk rakyat, bukan tidak bermanfaat tetapi kurang bermanfaat,” ujarnya.
Jadi, imbuhnya, ia ingin meneriakkan dari sana supaya dapat lebih greget menampung aspirasi. “Kalau terkait misalnya apa yang Anda inginkan dari DPD ini, sebenarnya menjadi calon legislatif itu sudah bagian dari penampung aspirasi masyarakat dari seluruh persoalan. Seluruh persoalan yang ada di ibukota ini sudah harus ada di benak kita, untuk kita bantu dan selesaikan. Jadi saya tidak bisa mengatakan misi saya hanya untuk satu ini atau satu itu, tidak. Karena persoalan itu belum bisa kita lihat, tetapi yang ada di benak saya sekarang adalah bagaimana ketika ketimpangan sosial antara orang yang paling kaya di republik ini ada di Jakarta ini. Dan orang yang paling miskin pun ada di sini,” paparnya.
Darman menambahkan, lalu bagaimana kaum marjinal atau masyarakat kecil itu, selalu menjadi korban. “Kalau kita lihat daerah-daerah kumuh selalu kita tanya banyak sekali masyarakat atau kelompok-kelompok yang kita sebut terpinggirkan. Dan selalu itu menjadi berita, kita akan digusur dan segala macam. Nah, di sini saya harus ada di dalamnya, termasuk soal agraria, bagaimana penduduk di Jakarta ini yang sudah bermukim 25 sampai 30 tahun di satu domisili atau wilayah, tetapi masih ada penggusuran dengan alasan tidak memiliki izin dan sertifikat tanah. Hari ini pemerintah masih berkutat atau masih berafiliasi. Saya boleh katakan berafiliasi karena para pejabat-pejabat atau oknum itu dengan mafia tanah itu bagaimana mungkin di Jakarta ini masih ada istilah tanah garapan. Yang harus digusur karena tiba-tiba ada pemiliknya,” cetusnya.
Ada banyak kasus di Jakarta ini, imbuhnya, yang disebut tanah garapan dan warganya itu harus diusir. “Saya kira pemerintah harus ambil bagian bahwa mereka tidak pantas dan tidak layak dari dasar apapun. Bagaimana mungkin setelah 30 tahun ada orang tiba-tiba mengaku, itu tanahnya, itu sangat-sangat tidak masuk akal. Tiba-tiba Si A menjadi menang, lalu kalau pemerintah menyarankan diselesaikan di meja pengadilan. Nah, itulah celahnya karena orang susah itu akan kalah. Jadi saya ingin konsen di situ bagaimana tidak ada lagi istilah tanah garapan di Jakarta. Toh, juga Jokowi sedang asyik-asyiknya membagi sertifikat tanah kepada masyarkat, kenapa tidak dimanfaatkan,” pungkasnya. “Tetapi memang di lingkungan mereka, di lingkungan itu masih banyak mafia tanah, dan saya bangga dengan Menteri ATR/BPN yang sekarang Hadi Tjahjanto, bagaimana supaya penduduk itu tidak lagi digusur tetapi disosialisasikan bagaimana mendapat sertifikat tanah, karena mereka juga adalah warga negara yang sudah memiliki KTP dan sudah mengikuti pemilu beberapa kali, tetapi masih harus ada intimidasi. Nah, itu saya tidak terima, itulah saya ingin berjuang melalui DPD. Mudah-mudahan saya terpilih saya akan menggelorakan dari Senayan supaya masyarakat yang terpinggirkan tadi merasa nyaman hidup di Jakarta ini,” ujar pria religius dan nasionalis ini.
Sekadar tahu, Darman Siahaan saat ini dikenal pula Ketua Umum Naposo Batak Se-Jabodetabek (NABAJA). Pada April 2023 lalu di Gelanggang Remaja Pulogadung, Jakarta Timur, Darman Siahaan bersama ratusan pemuda Batak menggelar malam Paskah yang dimeriahkan oleh Victor Hutabarat, dan artis Starlight. Pelayanan firman disampaikan Pdt. Yolanda Makasunggal, istri dari Victor Hutabarat, dan ibu dua orang anak bernama Keshiaviola Nabasa Lamtiur Hutabarat dan Lavico Hagasa Moradongan Hutabarat. Pendeta lulusan STT Jaffray, Jakarta, ini mengimbau agar para anggota NABAJA tetap berjuang dan jangan pernah berputus asa dalam meraih masa depan dalam hidup. Selesai kebaktian Darman dalam sambutannya meminta doa dari seluruh yang hadir agar dirinya diperkenankan Tuhan bisa tampil menjadi calon anggota DPD-RI dari daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta. Dan beberapa hari kemudian, puji syukur, Darman dinyatakan lolos dan memenuhi syarat sebagai calon senator dari Dapil DKI Jakarta.
Lelaki kelahiran Sei Rampah, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, 20 Maret 1977 ini adalah anak ketiga dari 9 bersaudara. Darman Saidi Siahaan, lahir dari pasangan St. Timur Siahaan (alm.) dan R. boru Panjaitan (Ompu Binsar). Ayahnya seorang Sintua (Voorhanger). Sejak SMP ia sudah aktif berdagang minyak tanah dengan mengayuh becak ke daerah Perkebunan Sei Parit-Sei Rampah. Daerah kelahirannya merupakan kawasan yang multietnik dari beragam suku dan agama. Namun di daerah perkebunan didominasi oleh suku Jawa, yang membuatnya berbaur dan fasih berbahasa Jawa, sementara desanya di Belidaan mayoritas suku Batak. Masih terkenang di hatinya kampungnya Sei Rampah adalah kawasan toleran, karena hidup berdampingan dan damai di tengah masyarakat yang multietnik.
Kembali soal acara Paskah tadi, Darman juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh yang hadir, dan menekankan pentingnya arti Paskah untuk NABAJA. “Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan yang sudah hadir dalam acara Paskah kali ini, dengan Ibu Pendeta yang telah bersedia bergabung bersama kami untuk memberikan perenungan firman Tuhan. Terima kasih juga buat perhatian orang tua yang telah memberikan perhatiannya kepada NABAJA,” cetusnya. Dia juga berkisah tentang banyaknya dinamika yang terjadi di NABAJA. Dari soal proporsi pemilihan ketua, dan mewakili puak-puak, termasuk sejak NABAJA terbentuk selama 14 tahun, dan ketua belum diganti dan sudah enam sekretaris. Namun hebatnya NABAJA yang dipimpin Darman Siahaan bisa tetap eksis dan melakukan berbagai kegiatan sosial dan kemasyatakatan dengan rukun dan damai.