Narwastu.id – Sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) diterjang La Nina pada Minggu, 4 April 2021 dini hari. Sejumlah daerah yang diterjang itu antara lain, banjir di Sabu Barat, Malaka, Oesao, air pasang di Sulamu, di pantai Kolbano, di Namodale rote, angin kencang di Pante Baru Rote dan juga pesisir Namidake serta longsor di Desa Nele Ladike, di Kabupaten Flores NTT. Badai La Nina merupakan fenomena alam yang terjadi akibat penurunan suhu lingkungan di lautan Pasifik dan hembusan angin utara menuju khatulistiwa yang menciptakan awan-awan hujan. Awan-awan tersebut menciptakan hujan, angin, petir dan dengan tingkat intensitas sedang hingga tinggi. Menurut BMKG, fenomena ini akan berlangsung hingga bulan Mei 2021.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati melalui pers rilisnya pada Kamis, 8 April 2021 menyampaikan pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat bahwa daerahnya dalam status tanggap darurat bencana. Status tanggap darurat atas bencana angin siklon tropis, banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang yang melanda NTT dalam sepekan terakhir. Penetapan itu ditandatangani Gubernur Viktor melalui Surat Keputusan Nomor 118/KEP/HK/2021 tertanggal 6 April 2021, dan berlaku hingga 5 Mei 2021 mendatang. Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menetapkan status tanggap darurat terhitung mulai tanggal 6 April sampai 5 Mei 2021. Status keadaan tanggap darurat bencana angin siklon tropis, banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang di Provinsi NTT ditetapkan melalui surat keputusan No. 118/KEP/HK/2021 tertanggal 6 April 2021.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun hingga Rabu malam, 7 April 2021, total korban jiwa di beberapa kabupaten dan kota terdampak berjumlah 138 jiwa. Rincian korban meninggal dunia tersebut, yaitu Kabupaten Flores Timur 67 jiwa, Lembata 32, Alor 25, Kupang 5, Malaka 4, Sabu 2, Ngada 1, Ende 1 dan Kota Kupang 1. Sedangkan hilang, total dari laporan pertemuan koordinasi berjumlah 61 jiwa. Rincian sebagai berikut Kabupaten Lembata 35, Alor 20 dan Flores Timur 6. Sementara itu, kerugian material di sektor perumahan berjumlah 1.114 unit dengan rincian rusak berat 688 unit, rusak sedang 272 dan rusak ringan 154. Dalam hal ini upaya penanganan darurat, seperti pencarian dan evakuasi korban, pelayanan warga dipengungsian, pendistribusian bantuan, pendataan maupun pembukaan akses yang terisolisasi terus dan masih dilakukan.
Sejumlah gereja telah melakukan aksi kemanusiaan dengan mengirimkan bantuan ke sejumlah daerah yang terdampak di NTT. Seperti yang dilakukan oleh Sinode Gereja Kristus Yesus (GKY) memberikan bantuan berupa bahan pokok bagi warga di sejumlah daerah di NTT pada Rabu, 7 April 2021. Tim relawan GKY membawa bahan bantuan pada siang hari dan kemudian mendatangi rumah warga dan memberikan bantuan tersebut. Selain bantuan sembako, tim juga akan mengirimkan 20 unit genset yang akan dibagikan ke wilayah Kupang dan Sumba. Hal yang sama juga dilakukan oleh sinode gereja yang ada di NTT, seperti Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Gereja Kristen Sumba (GKS). Bersama pemerintah daerah turut bahu-membahu memberikan pertolongan kepada masyarakat terdampak tanpa memandang latara belakang.
Selain gereja, ada juga lembaga Kristen yang telah bergerak untuk membantu, salah satunya adalah Wahana Visi Indonesia (WVI).
Sejak Senin, 5 April 2021, WVI telah mendistribusikan tandon beserta 5.000 liter air bersih di dua lokasi pengungsian di Mauliru dan Kambaniru, Kabupaten Sumba Timur, salah satu wilayah yang terdampak Siklon Tropis Seroja. Selain di Kabupaten Sumba Timur, WVI juga melakukan respons di Kupang, Alor, Timor Tengah Selatan dan Flores Timur. Sebagai lembaga kemanusiaan fokus anak WVI melakukan respons bencana yang berfokus pada kebutuhan keluarga khususnya anak. WVI juga fokus untuk menyediakan sanitasi dan air bersih, perlengkapan keluarga, bantuan nontunai dan alat pelindung diri (APD).
Kini WVI sedang mempersiapkan untuk mendistribusikan 185 paket keluarga dan 20 paket untuk anak di bawah dua tahun untuk para pengungsi di Mauliru. Air bersih juga akan disalurkan setiap pagi dan sore hari. Selain itu, juga telah melakukan asesmen di lokasi dan mendapati kebutuhan para penyintas antara lain, makanan pokok, pakaian, obat-obatan, air bersih, fasilitas sanitasi, selimut, lampu emergency. Warga juga membutuhkan material bangunan untuk perbaikan rumah yang rusak.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) melalui Unit Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PGI telah mengirimkan bantuan ke NTT melalui Sinode GMIT dan GKS. PGI juga terus mendorong gereja-gereja untuk terlibat aktif dalam memberi bantuan. Sejak bencana alam ini terjadi, PGI merespons, yaitu dengan membuka rekening bantuan untuk tanggap bencana. SD