Narwastu.id – Pada Selasa, 2 Maret 2021 lalu, Pimpinan Pusat Sinode HKBP yang berkantor di Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, mengundang Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos sebagai narasumber (Pembicara) untuk sebuah diskusi terbatas. Jonro diminta memberi pembekalan kepada para staf khusus pimpinan gereja terbesar di Tanah Air itu seputar komunikasi publik plus keterampilan jurnalistik. Acara pembekalan lewat aplikasi Zoom ini dimulai sejak pukul 9.00 WIB sampai 15.00 WIB. Di acara yang berlangsung interaktif ini banyak pertanyaan yang dilontarkan para staf khusus itu terutama seputar tulisan di media massa dan media sosial setelah Jonro memaparkan materi diskusi.
Jonro yang merupakan peraih award sebagai “Jurnalis Muda Motivator 2009 Pilihan Majelis Pers Indonesia (MPI)” pun diminta untuk menilai berita-berita, termasuk foto-foto yang sudah pernah dipublikasikan oleh para staf khusus itu di media internal HKBP. “Jurnalis atau wartawan itu adalah profesi mulia, karena tugasnya mencerdaskan masyarakat dan memberi informasi yang baik dan benar pada masyarakat. Semakin cerdas wartawan di sebuah bangsa, maka akan cerdas pula masyarakatnya. Di sisi lain, wartawan adalah pejuang dan pendidik, karena ia melayani masyarakat dengan menulis peristiwa yang perlu diketahui publik,” pungkas alumni Fakultas Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP) Jakarta, dan lulusan Lembaga Pendidikan Pers Doktor Soetomo (LPPDS) Jakarta ini.
Jonro menerangkan, menulis di media massa, apakah itu di koran, majalah, di TV, radio atau media online berbeda dengan menulis di media sosial (Medsos) seperti Face Book. “Kalau kita menulis di media massa mesti memahami kaidah-kaidah atau aturan penulisan jurnalistik, seperti 5W plus 1H. Tulisan itu pun tidak boleh menyinggung atau menista suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Di Undang-Undang Pokok Pers Nomor 40/1999 semua detail dijelaskan tentang aturan main atau kode etik wartawan Indonesia. Itu amat perlu dibaca. Kalau di media sosial saat ini sering kita jumpai berita hoaks, sehingga isinya sulit dipertanggungjawabkan. Sehingga beda isi berita media massa dengan media sosial,” ucap Jonro Munthe yang juga salah satu pendiri PERWAMKI (Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia) yang sering diundang bicara di berbagai diskusi dan seminar seputar media massa, sosial politik, gereja dan kemasyarakatan itu.
Sebelum acara diskusi ini ditutup dengan doa oleh Pdt. Sarinah Simanullang, panitia yang dipimpin Pdt. Fortunate Siagian menyampaikan, “Terima kasih buat Pemimpin Majalah NARWASTU Pak Jonro Munthe yang sudah meluangkan waktu guna memberi pencerdasan jurnalistik dan pencerahan komunikasi bagi para staf khusus pimpinan HKBP. Sebenarnya kami berkeinginan untuk bisa bertemu secara tatap muka atau mendengar bapak bicara dari dekat, namun pandemi Covid-19 ini menghalangi kita. Kami berdoa buat Pak Jonro dan keluarga kiranya diberkati Tuhan. Begitu juga Majalah NARWASTU semakin maju. Pimpinan HKBP di Pearaja Tarutung pun menyampaikan salam dan ucapan terima kasih atas kesediaan bapak bicara di acara hari ini.” Dikatakan Pdt. Fortunate Siagian, di acara pembekalan ini yang hadir adalah staf khusus dari Ephorus, Sekjen, Kepala Departemen Diakonia, Kepala Departemen Marturia dan Kepala Departemen Koinonia.
Sementara Jonro menyebut, undangan dari Sinode HKBP ini, baginya, sebuah kehormatan sekaligus kesempatan berharga untuk berbagi ilmu dan pengalaman sebagai jurnalis di lingkungan gereja besar beraliran Lutheran ini. “Ini kali kedua saya bicara seputar media massa di lingkungan HKBP. Pertama kalinya saya bicara media massa atau ilmu jurnalistik atas undangan Gereja HKBP Tangerang, Banten, pada 2003 silam. Terima kasih kepada Kepala Biro Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kantor Pusat HKBP, Bapak Pdt. Fortunate Siagian yang sudah berulang kali menghubungi saya untuk meminta kesediaan guna berbicara di acara ini,” tukas Jonro seusai bicara di acara diskusi yang dimoderatori Pdt. Cynthia Pardede ini. GD