Renimarina Lumbantoruan, S.Pdk Bertemu Tuhan di Masa Kepahitan

348
Renimarina Lumbantoruan, S.Pdk

Narwastu.id – Dilahirkan normal dengan penglihatan baik, itulah kesaksian Renimarina boru Lumbantoruan. “Saya lahir dengan penglihatan yang sangat baik, artinya saya dapat melihat dunia dengan sempurna, saya dapat menikmati ciptaan Tuhan yang sangat indah,” kenangnya. Sejak kecil Reni demikian dia dipanggil, bertumbuh dan berkembang dengan baik. “Saya bersekolah dengan baik, dan pergaulan saya dengan teman-teman juga sangat baik, dan cara orangtua saya dalam mendidik saya pun cukup baik,” cetusnya.

Tahun 1995 ketika ia lulus SMA ada satu peristiwa yang sangat pahit. Waktu itu Reni terkena satu penyakit. “Saya mengalami demam tinggi, saya dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Di rumah sakit, demam saya tidak turun-turun malahan makin tinggi, dan akhirnya saya sampai tidak sadarkan diri (koma). Setelah saya sadar dari koma, mata saya gelap,” ujarnya.

Waktu itu Reni tersadar, dia kemudian bertanya dan kebetulan yang menjaga adalah kakaknya yang sedang menunggu di ruang perawatan. “Lampu mati iya?” Dia mengira saat itu gelap karena mati lampu, setelah beberapa hari, baru tersadar bahwa ternyata matanya telah buta. Sejak itu terjadi peralihan, dahulu semuanya terang, sekarang setitik cahayapun tidak kelihatan.

Dokter pun berkata, nanti akan pulih secara berangsur-angsur. Namun tak ada perubahan sama sekali, kemudian dia dibawa ke rumah sakit mata, di sana Reni mendengar vonis dokter, bahwa matanya tidak bisa lagi ditolong, syaraf mata dari otak ke mata tidak berfungsi lagi, dokter berkata, “Mudah-mudahan terjadi mukjizat.” Karena menurut medis tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dalam kondisi ini, ada tiga reaksi yang terjadi dalam dirinya. Ada penolakan. “Saya benar-benar menolak keadaan saya, tidak bisa menerima keadaan saya sebagai orang cacat. Dalam kondisi ini, pengobatan demi pengobatan saya jalani, dari pengobatan alternatif yang masuk akal sampai dengan pengobatan yang tidak masuk akal, tetapi kesembuhan tak kunjung ada.”

Atas hal itu, Reni berkali-kali mengikuti kebaktian kebangunan rohani (KKR), baik KKR dari luar negeri maupun dari lokal yang juga menjanjikan kesembuhan ilahi (mukjizat), tapi ternyata kesembuhan juga tak dialami. “Beberapa kali saya kecewa oleh pernyataan penginjil. Ketika saya didoakan, tidak terjadi mukjizat, saya dikatakan kurang iman, padahal saya datang ke KKR dengan satu keyakinan dan harapan bisa sembuh. Dari pengalaman-pengalaman tersebut saya berpendapat, kesembuhan ilahi terjadi bukan karena kehebatan si penginjil.”

Meskipun memang ada karunia menyembuhkan, dan juga bukan hanya karena iman orang sakit semata, tetapi kesembuhan ilahi (mukjizat) bisa terjadi ketika orang sakit tersebut memiliki iman dan Tuhan Yesus berkenan menyembuhkan.

Dia depresi. “Kenyataan pahit yang saya alami mengakibatkan depresi dan semakin terpuruk, kesembuhan yang saya nanti-nantikan tak kunjung ada. Saya merasa hidup berada pada titik terendah, sempat terlintas dalam pikiran ingin mengakhiri hidup.” Kemudian keluarga menyarankan dia supaya masuk panti asuhan, dengan tujuan agar dia belajar dunia orang buta. Di sinilah tahap penerimaan diri.  “Setelah sekian lama, saya hidup dalam kesedihan dan putus asa, akhirnya saya mengetahui dan menyadari maksud dan rencana Allah bagi hidupku, melalui pengalaman yang sangat indah dan ajaib. Di suatu malam, saat semua terlelap, tiba-tiba saya terbangun, entah mengapa malam itu, saya merasakan kesedihan yang mendalam dan sampai menangis.” Dalam hati ia bertanya-tanya kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa nasib saya jadi begini? Mengapa mata saya menjadi buta? Mengapa Tuhan menghukum saya? Apakah dosa saya terlalu banyak, sehingga saya terkutuk? Saat itu merasakan penyesalan, kenapa saya bukan dari sejak lahir saja saya buta?”

Renimarina Lumbantoruan, S.Pdk

Malam itu Reni meminta pada Tuhan agar hidupnya berakhir, namun malam itu keajaiban Tuhan benar-benar terjadi. Dalam posisi tiduran, terjadi sesuatu, ia merasakan seperti ditiup angin, seperti ada yang menggerakkan tubuh. “Saya bangun terduduk, dan saya berlutut, lipat tangan. Saya mengikuti gerakan itu dengan sadar, saya berdoa, mulut saya mengucapkan kata-kata doa, bukan dari pikiran, dan bukan dari hati. Saya menyadari, bahwa apa yang saya alami adalah sedang dipenuhi Roh Kudus. Semenjak itu  saya mengalami perubahan, segala yang buruk yang ada di dalam pikiran saya menjadi hilang seketika. Mungkin inilah yang disebut lahir baru.”

Setelah kejadian itu, perubahan yang sangat nyata terjadi dalam hidupnya. Ada beberapa hal yang sangat nyata terjadi dalam hidupnya. Rindu mendengarkan firman Tuhan. Sebelum mengalami hidup baru, dengan jujur dia berkata, Reni tak pernah rindu membaca atau mendengarkan firman Tuhan, tetapi saat dia lahir baru perbedaannya sangat jelas. “Sepanjang hari saya mendengarkan tayangan rohani di radio Kristen, hari-hari saya diisi dengan acara rohani dari radio, dan dari situlah iman saya hari demi hari makin dibentuk, akhirnya saya dalam menjalani hari-hari boleh menjadi lebih kuat.” Selanjutnya, ia bisa bersyukur. Ketika dalam kesenangan sangat mudah bagi kita mengucapkan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa, akan tetapi saat kita dihadapkan dengan situasi atau kondisi tak menyenangkan atau berada dalam kesusahan, apakah kita dapat bersyukur?

Dia beranggapan jika kita belum mengalami hidup baru, melakukan hal itu sangat sulit. “Pengalaman saya dalam hal bersyukur, awalnya sangat sulit mengucapkan syukur, ketika saya menjadi tuna netra, saya berpikir tidak ada lagi yang perlu saya syukuri dalam hidupku, saya sudah menderita, tadinya saya dapat melihat, sekarang menjadi buta.” Kesimpulannya waktu itu tak ada lagi alasannya untuk bersyukur. Kondisi seperti itu Reni alami cukup lama, tak ada kemampuan untuk bersyukur, yang ada hanyalah sedih dan ratap. “Puji syukur pada yang Tuhan Maha Kuasa, semuanya dipulihkan, setelah saya mengalami hidup baru. Semuanya berubah, sungut-sungut berubah menjadi ucapan syukur, karena saat mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus, hati saya menjadi bahagia, Roh Kudus memampukan saya mengikhlaskan apa yang hilang, yang sangat berharga dalam hidup saya, yaitu penglihatan yang pernah diberikan Tuhan selama sembilan belas tahun.”

Tentu sangat sulit untuk mengikhlaskan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup kita, saat kita kehilangannya, rasanya tidak mampu menerima keadaan. Saat itulah kita dihadapkan terhadap satu ujian yang harus kita lalui, mental dan kerohanian kita dibentuk seperti proses pembentukan emas menjadi emas murni. Jika kita lolos melaluinya, maka mahkota iman akan kita dapatkan. Reni kemudian mampu memaafkan. “Dahulu saya adalah orang yang sangat sulit memberi maaf kepada orang yang menyakiti saya. Tetapi puji Tuhan, setelah saya lahir baru, semuanya berubah. Dulu, kalau ada orang yang menyakiti saya, saya mendendam sampai kadang menghakimi orang tersebut. Tanpa saya sadari bahwa sikap yang demikian adalah sifat pendendam. Sekarang sifat pendendam berubah menjadi pemaaf, dan semuanya oleh karena kemurahan dan urapan Roh Kudus yang telah menjamah hati saya,” terangnya.

Reni rindu berdoa bagi orang lain. Sejak kecil telah dididik orangtuanya supaya rajin berdoa. Kebiasaan itu ia lakukan sampai beranjak remaja, tetapi  berdoa untuk orang lain rasanya sangat jarang lakukan. Sejak lahir baru sampai saat ini setiap pagi bangun tidur, saat teduh mengucap syukur, dan berdoa bagi semua keluarga besar. Reni merasakan ada yang kurang sebelum dia mendoakan keluarganya satu-persatu. Karena ketika berdoa bagi orang lain, di dalam hatinya ada rasa sukacita dan bahagia. Tahun 2010 Reni masuk ke sebuah yayasan tunanetra di Jakarta, di sana dia belajar tentang dunia tunanetra, belajar komputer dengan program tunanetra, baca/tulis braille, berjalan menggunakan tongkat.

“Tahun 2011 saya melanjutkan studi di sebuah STT jurusan pendidikan agama Kristen, sampai lulus dan puji Tuhan mendapat gelar S.PdK,” pungkasnya. Setelah lulus dari kuliah, Reni mencoba melamar pekerjaan ke beberapa yayasan maupun perusahaan. Dan saat ini, puji Tuhan dia diterima dan bekerja di sebuah bank di Jakarta, sebagai telebanking, dan puji Tuhan oleh karena kemurahanNya, Tuhan memelihara hidupnya sampai saat ini. HM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here